Translate

tidak bisa di copy

ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free

KUMPULAN KASUS PARA NASABAH BANK

BOOKMARK
Silahkan anda share ke facebook atau twitter
BERITA & KUMPULAN 
KASUS PARA NASABAH
=============================================================

Omar Kehilangan Rp 7 Miliar di Tabungan

Omar Hallak, seorang warga negara Australia, pemilik Islamic International School Bogor, melaporkan Bank "V" Jakarta ke Kepolisian Daerah Metro Jaya. Ia menduga bank tersebut telah melakukan pembobolan tabungannya.

"Uang milik Omar yang disimpan di bank asing Cabang Muara Karang lenyap sebanyak Rp 7 miliar," kata Dwi Heri Sulistiawan, kuasa hukum Omar Hallak, yang mendampingi Omar di Polda Metro Jaya kepada wartawan, Selasa (11/1/2011) malam.
Dwi mengatakan, uang kliennya bisa lenyap karena diduga ada yang menggunakan identitas palsu dan memalsukan tanda tangan untuk membobol uang Omar. "Padahal klien kami tidak pernah melakukan penarikan dana tersebut," ungkapnya.
Bahkan, saat transaksi penarikan tersebut terjadi, kata Dwi, Omar sedang tidak berada di Indonesia. "Bukti Omar tidak melakukan transaksi dari bukti dokumen resmi keimigrasian bahwa saat transaksi pengambilan uang, Omar tidak berada di Indonesia," lanjut Dwi.
Omar mengatakan, dirinya menjadi nasabah bank asing tersebut sejak 2002, sementara kasus hilangnya uang di dalam rekeningnya telah terjadi pada tahun 2004-2006.
"Modusnya, mereka (pihak bank) memalsukan tanda tangan nasabah pada slip penarikan uang. Atau seolah-olah saya menarik uangnya dan ditransfer ke rekening bank lain. Padahal saya tak punya rekening di bank lain," ujarnya.
Dari hasil cetakan buku tabungan Omar, diketahui rekening Omar kerap ditarik bervariasi Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar. "Nanti setelah diambil, beberapa waktu kemudian uang sudah kembali lagi. Tapi, uang yang terakhir diambil tidak kembali lagi.
"Uang ini digunakan untuk bermain valas saat Omar sedang berada di luar negeri," kata Dwi. Pada 2008, Omar baru mengetahui rekening tabungannya kosong saat hendak menarik uang. Ia sempat menanyakan kepada pihak bank yang menyatakan ini merupakan kesalahan administrasi, rekening Omar tetap pada jumlah semula.
Pada kemudian hari, saat Omar hendak menarik uang ternyata saldo tidak mencukupi dan telah ditarik oleh orang dalam bank tersebut tanpa sepengetahuan Omar. "Saat diklarifikasi, bank bersikukuh penarikan sesuai dengan prosedur yang berdasarkan pada tanda tangan palsu di slip penarikan uang," kata Omar.
Sebelumnya, kata Omar, pihaknya sudah mengupayakan proses dialog dengan pihak bank. "Kami pernah mengundang pihak bank terkait masalah ini. Namun, mereka tidak punya iktikad baik untuk menyelesaikan masalah. Lantas, kami melaporkan ke kepolisian," ujar Omar.
Omar melaporkan DI dan LO, dua pejabat bank sebagai manajer marketing yang juga mengurus manajemen bank tersebut, dengan laporan di Direktorat Kriminal Khusus dengan nomor laporan TBL/ 125 / I/ 2001 /PMJ/Dit.Reskrimsus tanggal 11 Januari 2011.  
Editor : Marcus Suprihadi - sumber

Menabunglah di bank jika ingin uang anda aman, tetapi permasalahannya apakah uang kita akan benar benar aman melihat sekarang ini banyak sekali kasus tentang perbankkan di Indonesia untuk itu masyarakat harus semakin waspada dan cerdas menyimpan uang. Termasuk menitipkan uangnya di bank. Para nasabah Bank Central Asia (BCA) di Kuta, Bali, resah bukan kepalang. Uang di rekening mereka berkurang tanpa melakukan transaksi sebelumnya. Polisi tengah menyelidiki kasus ini.
Seperti diwartakan Kantor Berita Antara, Kapolsek Kuta AKP Dody Prawira Negara, mengatakan tiga nasabah BCA Kuta melapor ke Polsek Kuta. Kemudian bertambah lagi hingga total ada 10 nasabah BCA. Mereka semua melaporkan kehilangan uang tanpa proses transaksi. Selain di Kuta, kasus serupa juga menimpa nasabah BCA di Denpasar.
Hilangnya uang tersebut diketahui saat nasabah bertransaksi di BCA Kuta. “Uang tabungan saya berkurang padahal tidak melakukan transaksi,” kata seorang nasabah yang enggan disebutkan namanya.
Jumlah uang nasabah yang lenyap diperkirakan mencapai puluhan juta. Uang nasabah yang lenyap antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Lenyapnya uang nasabah diduga terjadi secara serentak, hanya dalam rentang waktu antara 16-19 Januari 2010.
Polisi kini tengah menyelidiki kasus mengeuapnya uang yang meresahkan para nasabah BCA. Pihak BCA pun belum memberikan konfirmasi terkait pengaduan nasabahnya. “Kita meminta bantuan cyber crime Polda Bali untuk melakukan penyelidikan,” ujar Dody.
Tingkat kepercayaan terhadap perbankan memang sering kali ternodai oleh perilaku bankir itu sendiri. Orang dalam bank menggerogoti uang nasabah. Kata dedikasi tampaknya tak berarti untuk Ania Wadsworth. Perempuan berusia 28 tahun itu  menduduki jabatan sebagai manajer Bank Lloyds TSB lima tahun terakhir. Tetapi jabatannya itulah ia gunakan untuk menguras hampir satu juta poundsterling atau Rp14,7 miliar.
Bak pagar makan tanaman, Ania telah berulangkali membawa pulang bundelan-bundelan uang senilai 25 ribu poundsterling (Rp368,3 juta) dalam kurun waktu 2002-2007.
“Saya melakukannya demi kekasih saya, Keith Preddie (30). Ia memiliki kesulitan uang terkait dengan obat-obatan. Ia memang salah jalan,” demikian aku Ania kepada Mail Online, Kamis (7/1/2010).
Sebagai manajer operasional, Ania bertanggung jawab menyetorkan uang dalam jumlah besar ke mesin-mesin ATM. Ia biasa meninggalkan kantor paling malam, sehingga mudah baginya untuk mencuri. Ia mengaku takut kepada Keith yang selalu mengancam akan menghabisi nyawanya.
Bukan cuma di Inggeris saja, modus operandi pencurian uang dilakukan oleh para bankir juga terjadi di Indonesia. Yang paling menjadi sorotan saat ini adalah kasus Bank Century.
Deputi Direktur Direktorat Pengawasan Bank Indonesia (BI) Heru Kristiyana menceritakan bahwa Dewi Tantular, adik Robert Tantular sengaja mengambil uang Bank Century pada jam dua dini hari. Pengambilan uang itu selalu di lakukan di malam hari secara bertahap.
“Pada saat LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) mau mengambil alih, dia sengaja mengambil malam hari, jam dua dini hari untuk dikantongi,” kata dia kepada VIVAnews akhir pekan lalu.
Menurutnya, penggelapan uang itu dilakukan secara sistematis. Pemilik Century, Robert Tantular dan Dewi Tantular yang merupakan adiknya dan menjabat Direktur Bank Century saling bekerja sama. “Transaksi seperti itu kan di luar buku, jadi tidak tercatat,” kata Heru.
Untuk menutup bolongnya dana yang dicuri tersebut, Dewi Tantular menggunakan dana deposan besar, Boedi Sampoerna. Namun, dana Boedi aman karena sesunguhnya yang digelapkan adalah dana Bank Century.
Persoalannya kemudian kerugian itu menjadi tanggung jawab pemerintah dan memberikan talangan dana untuk Century.
Seperti diketahui, sejak diambil alih hingga 31 Desember 2008, LPS menyetorkan modal Rp 4,977 triliun. Pada 2009, LPS kembali menyetorkan Rp 1,785 triliun, sehingga total suntikan sebesar Rp 6,762 triliun.
Kini Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) berkomitmen mengupayakan pengembalian uang dari nasabah Antaboga, sebuah produk palsu yang diterbitkan Bank Century. Uang 1.160 nasabah Antaboga yang dicuri Robert Tantular berjumlah total Rp1,4 triliun.
Tetapi sejelek-jeleknya pencuri uang di bank, coba sekali-sekali tiru yang satu ini. Seorang pegawai bank mencuri uang hampir 1,5 juta euro dari bank tempat bekerja. Namun dia sempat meninggalkan pesan untuk bosnya bertuliskan: “Saya menyesal.”
Anehnya lagi, dia kemudian mengubur hasil curiannya itu di taman, lalu menelepon polisi untuk melaporkan perbuatannya. Dia menunggu kedatangan polisi di sebuah kafe. Peristiwa ini terjadi di Kota Kragujevac, Serbia seperti dilansir kantor berita resmi Serbia, Tanjug dan dilansir Reuters.  Sumber


Ada nasabah rekeningnya Rp 46 miliar, tiba-tiba tinggal Rp 6.000

Melalui rapat dengar pendapat dengan Bank Indonesia, Komisi XI DPR meminta laporan kinerja perbankan nasional. Hal ini terkait dengan fungsi BI di bidang pengawasan perbankan. Termasuk perbankan yang bermasalah.
Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis menuturkan, pihaknya secara khusus membahas mengenai kasus-kasus perbankan yang sampai saat ini masih dalam penanganan lebih lanjut oleh Pengadilan.
Sejauh ini, 4 kasus kejahatan dalam dunia perbankan, masih dalam proses penyelesaian di jalur hukum. Walaupun masih bermasalah, tapi tidak mengganggu operasional masing-masing bank.
Harry menekankan, kondisi perbankan nasional saat ini masih sehat. Dibuktikan dengan tidak adanya bank yang masuk dalam pengawasan khusus BI.
"Sampai sekarang tidak ada bank dalam pengawasan intensif, jadi ini kasus-kasus yang saya kira masih aman," ungkap Harry di gedung DPR, Jakarta, Senin (24/6).
Kasus-kasus perbankan yang sempat dibahas antara BI dan DPR antara lain, kasus nasabah Bank Danamon cabang Depok yang awalnya memiliki dana Rp 43 miliar, tiba-tiba berkurang dan hanya tinggal Rp 6.000. Padahal, nasabah tersebut tidak merasa menggunakan dananya.
Selain itu, disinggung pula kasus Bank Mega dengan Elnusa yang melibatkan dana Rp 111 miliar, dan kasus pembobolan uang milik Pemkab Batubara Sumatera Utara sebesar Rp 80 miliar yang raib di bank milik Chairul Tanjung itu.
Ada pula kasus dugaan kredit fiktif kepada Koperasi Bina Usaha sebesar Rp 38,7 miliar di Bank Jabar Banten. Tidak itu saja, tapi juga kasus dugaan korupsi pengadaan satuan unit ruang kantor Bank BJB di T-Tower di jalan Gatot Subroto Jakarta senilai Rp 543 miliar, di mana BJB membeli 14 dari 27 lantai di gedung tersebut.
Kasus PaninBank yang pertama adalah fraud senilai Rp 30 miliar berupa penyelewengan kredit oleh kantor cabang umum, Banjarmasin. "Kasus Bank Mestika Dharma, itu ada agunan dari seseorang kemudian dia pinjamkan, pinjamkan ke salah satu CV di Bandung kemudian dia meminjam kredit Rp 1,2 miliar ke Bank Mestika. Nah itu jadi kasus.
Anggota Komisi XI DPR Maruarar Sirait menambahkan, langkah DPR meminta penjelasan BI terkait kasus yang menimpa empat bank nasional, merupakan langkah antisipasi agar kasus Bank Century tidak terulang lagi.
"Kita hanya mengawasi, jangan sampai kasus Bank Century terulang kembali. Itu saja," tutur Maruarar. sumber 

BI dan Komisi XI bahas pembobolan dana nasabah di 4 bank

Bank Indonesia bersama Komisi XI DPR menggelar pembahasan terkait penyelewengan dana nasabah yang terjadi di empat bank nasional, yakni Bank Mega, PaninBank, Bank BJB dan Bank Mestika Dharma.
Semula rapat dengar pendapat (RDP) antara Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah dengan Komisi XI DPR diselenggarakan secara terbuka. Namun karena pembahasan tersebut merupakan wilayah sensitif yang terkait dengan kepercayaan publik terhadap sektor perbankan, maka RDP dilakukan secara tertutup.
"Ini wilayah sensitif, kalau Komisi XI meminta ada pembahasan lebih mendalam tentang kasus ini, tidak ada salahnya dilakukan rapat tertutup," kata Halim di Komisi XI DPR RI, Senin (24/6).
RDP tersebut memang dilakukan untuk menindak lanjuti temuan BI tentang penyelewengan dana perbankan (fraud) yang terjadi di keempat bank tersebut.
Wakil Komisi XI DPR Harry Azhar Aziz berpendapat BI memang perlu memaparkan hasil temuan itu berdasarkan Undang-Undang (UU) yang berlaku dan perlu memberikan pembahasan lebih mendalam.
"Kami ingin tahu sejauh mana fungsi dan tugas BI dalam menyelesaikan persoalan pengawasan 4 bank itu dan Kami juga ingin tahu apakah BI sudah menjalankan peranannya dengan baik atau tidak," tutur Harry.
Keempat bank tersebut memang terlibat fraud yang dilakukan oleh oknum pegawai bank di cabang masing-masing. Bank Mega cabang Jababeka, Cikarang terlibat kasus pembobolan dana Elnusa sebesar Rp 111 miliar.
Bank BJB Cabang Surabaya, Jawa Timur tersandung kasus korupsi penyelewengan kredit sebesar Rp 55 miliar ke PT Cipta Inti Permindo (CIP). Bank Panin Kantor Cabang Banjarmasin terindikasi fraud dalam proses pemberian kredit (rekayasa kredit) sekitar Rp 30 miliar.
Bank Mestika Dharma cabang Kampung Baru, Medan diduga terlibat pembobolan dana nasabah sebesar Rp 4,5 miliar.  Sumber 

3 Dari 7 pelaku pembobol ATM mengaku berprofesi wartawan

Tujuh tersangka pelaku pembobol ATM diamankan Bareskrim Polri. Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Mabes Polri, Kombes Pol Agus Riyanto, tiga dari tujuh pelaku tersebut mengaku berprofesi sebagai wartawan. 


"Ke tujuh ini ada 3 yang profesinya sama-sama dengan teman-teman (wartawan). (Ketiga wartawan) dari wilayah Sumatera," kata Agus saat konferensi pers di Ruang Rapat Direktorat Tipedeksus Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (24/6).



Dari tiga pelaku tersebut, polisi hanya merilis dua nama yang mengaku berprofesi sebagai wartawan yakni Denly Agus (30) asal Lampung, Miswan (39) asal Tangerang. Kepada petugas, Miswan mengaku sebagai wartawan KPK (Koran Penelusuran Kasus).



Mereka bersama pelaku lainnya telah melakukan aksi pembobolan di 13 titik ATM seperti, Kampung Melayu, Pom bensin Serpong, Alfa Mart Kampung Melayu Tangerang, Pom Bensin Pamulang, Apartemen di Kemayoran, Indomart Sentul, Jalan Raya Bogor, Pom Bensin Pasar Minggu, RSU Cibinong, Cirebon, Semarang, Sukabumi, dan Cianjur.



Adapun barang bukti yang berhasil disita dari mereka yaitu, 42 kartu ATM, 17 hp, 4 buah mobil, 60 gram logam mulia, 49 gram perhiasan emas, uang tunai Rp 37,8 juta, 4 buah jam tangan, dan 1 pucuk air soft gun.  Sumber 





            BOOKMARK
                         ( Siapa tahu suatu saat anda membutuhkan Silahkan anda share ke facebook atau twitter