Soedono Salim
Soedono Salim
atau Liem Sioe Liong lahir di Tiongkok tanggal 19 Juli 1916, Dia
merupakan pendiri Grup Salim. Kepemilikan Grup Salim meliputi Indofood,
Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, PT Mega,
Bank Windu Kencana, PT Hanurata, dan PT Waringin Kencana dan lain-lain.
Dia merupakan salah satu konglomerat dan pengusaha sukses asal Indonesia.
Ia sempat menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di
Indonesia dan Asia. Perjalanan suksesnya dimulai di sebuah pelabuhan
kecil. Fukien di bilangan Selatan Benua Tiongkok. Dia dilahirkan di situ
pada tahun 1916. Kakaknya yang tertua Liem Sioe Hie kini berusia 77
tahun sejak tahun 1922 telah lebih dulu beremigrasi ke Indonesia yang
waktu itu masih jajahan Belanda kerja di sebuah perusahaan pamannya di
kota Kudus.
Di tengah hiruk pikuknya usaha ekspansi Jepang ke Pasifik, dibarengi dengan dongeng harta karun kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara, maka pada tahun 1939, Liem Sioe Liong mengikuti jejak abangnya yang tertua. Dari Fukien, ia Berangkat ke Amoy, dimana bersandar sebuah kapal dagang Belanda yang membawanya menyeberangi Laut Tiongkok. Sebulan untuk kemudian sampai di Indonesia. Sejak dulu, kota Kudus sudah terkenal sebagai pusat pabrik rokok kretek, yang sangat banyak membutuhkan bahan baku tembakau dan cengkeh. Dan sejak jamam revolusi Liem Sioe Liong sudah terlatih menjadi supplier cengkeh, dengan jalan menyelundupkan bahan baku tersebut dari Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian melalui jalur-jalur khusus penyelundupan menuju Kudus. Sehingga tidak heran dagang cengkeh merupakan salah satu pilar utama bisnis Liem Sioe Liong pertama sekali, disamping sektor tekstil. Dulu juga dia, banyak mengimpor produksi pabrik tekstil murahan dari Shanghai.
Di Kudus Liem berkenalan dengan gadis asal Lasem. Gadis itu sekolah di sekolah Belanda Tionghoa. Liem melamarnya, tapi orangtua si gadis tidak mengizinkan, lantaran takut anak gadisnya akan dibawa ke Tiongkok. Kekuatiran itu timbul melihat tampang Liem yang masih totok. Tapi, Liem tak mau menyerah. Akhirnya lamarannya diterima dan diizinkan menikah. Pesta pernikahannya, bahkan dirayakan selama 12 hari. Maklum, keluarga istrinya cukup terpandang. Setelah menikah, Liem makin ulet bekerja dan berusaha. Usahanya berkembang. Tapi, ketika awal 1940-an, Jepang menjajah Indonesia, usahanya bangkrut. Ditambah lagi, dia mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya masuk jurang. Seluruh temannya meninggal. Hanya Liem yang selamat, setelah tak sadarkan diri selama dua hari. Kemudian, Liem pindah ke Jakarta.
Seirama dengan masa pemerintahan dan pembangunan Orde Baru, bisnisnya pun berkembang demikian pesat. Pada tahun 1969, Om Liem bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four, mendirikan CV Waringin Kentjana. Om Liem sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. The Gang of Four ini kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Bogasari yang memonopoli suplai tepung terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi sekitar 2/3 penduduk Indonesia, di samping PT. Prima untuk Indonesia bagian Timur. Hampir di setiap perusahaan Liem Sioe Liong dia berkongsi dengan Djuhar Sutanto alias Lin Wen Chiang yang juga seorang Tionghoa asal Fukien. Bogasari sebuah perusahaan swasta yang paling unik di Indonesia. Barangkali hanya Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas punya pelabuhan sendiri, dan kapal-kapal raksasa dalam hubungan perteriguan bisa langsung merapat ke pabrik.
Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan kantor hanya seluas 100 meter. Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli semen di Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement. Setelah itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan realestate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Selain itu, Om Liem juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil.
Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) bersama Mochtar Riyadi. Di tahun 1970-an. Bank Central Asia ini telah bertumbuh menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia dengan total asset sebesar US$ 99 juta. Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Bank. Ketika itu, Om Liem pernah jadi orang terkaya di Indonesia dan Asia. Serta masuk daftar 100 orang terkaya dunia. Namun, seirama dengan mundurnya Presiden Soeharto dan akibat terjadi krisis moneter, bisnis dan kekayaannya pun turun. Bahkan, Om Liem terpaksa memilih bermukim di Singapura, setelah rumahnya di Gunung Sahari dijarah massa reformasi. Setelah peristiwa tersebut, ia mulai mengalihkan kepengurusan bisnisnya kepada anaknya Anthony Salim, lalu pindah dan tinggal di Singapura hingga tutup usia. Ia dikenal luas masyarakat dekat dengan mantan Presiden ke-2 Indonesia Soeharto. Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.
Begitu perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin menjadi titik tolak majalah Insight, Asia’s Business Mountly terbitan Hongkong dalam penerbitan bulan Mei tahun ini, menampilkan lukisan karikatural Liem Sioe Liong berpakaian gaya Napoleon Bonaparte. Dadanya penuh ditempeli lencana-lencana perusahaannya. Perusahaan holding company-nya bernama PT Salim Economic Development Corporation punya berbagai macam kegiatan yang dibagi-bagi atas berbagai jenis divisi; masing-masing adalah:
Setiap divisi membawahi beberapa arah perusahaan raksasa, berbentuk perseroan-perseroan terbatas. Pelbagai kemungkinan untuk lebih mengembangkan lajunya perusahaan sekalipun tidak akan meningkatkan permodalan, seperti go-public di pasar saham Jakarta, – dilangsungkan group Soedono Lem Salim dengan gencar. Halangan maupun isu bisnis yang mengancam perusahaannya, nampak tak membuat Liem cemas. Seperti katanya kepada Review,
Sudono Salim atau Liem Sioe Liong meninggal dunia dalam usia 96 tahun. Berdasarkan informasi yang beredar, pengusaha kakap itu wafat di Singapura pada tanggal 10 Juni 2012.
Ia keliling kota Makassar, Dengan mengendarai sepeda, ia keliling kota Makasar menjajakan door to door permen, biskuit, serta aneka barang dagangan toko ayahnya. Dengan ketekunannya, usahanya mulai menunjukkan hasil. Saat usianya 15 tahun, Eka mencari pemasok kembang gula dan biskuit dengan mengendarai sepedanya. Ia harus melewati hutan-hutan lebat, dengan kondisi jalanan yang belum seperti sekarang ini. Kebanyakan pemasok tidak mempercayainya. Umumnya mereka meminta pembayaran di muka, sebelum barang dapat dibawa pulang oleh Eka. Hanya dua bulan, ia sudah mengail laba Rp. 20, jumlah yang besar masa itu. Harga beras ketika itu masih 3-4 sen per kilogram. Melihat 1 usahanya berkembang, Eka membeli becak untuk memuat barangnya.
Namun ketika usahanya tumbuh subur, datang Jepang menyerbu Indonesia, termasuk ke Makassar, sehingga usahanya hancur total. Ia menganggur total, tak ada barang impor/ekspor yang bisa dijual. Total laba Rp. 2000 yang ia kumpulkan susah payah selama beberapa tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Di tengah harapan yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar. Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, kini salah satu pangkalan perahu terbesar di luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik. Otak bisnis Eka segera berputar. Secepatnya ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk membuka tenda di dekat lokasi itu. Ia merencanakan menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu.
Keesokan harinya, masih pukul empat subuh, Eka sudah di Paotere. Ia
membawa serta kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven
kecil berisi arang untuk membuat air 2 panas, cangkir, sendok dan
sebagainya. Semula alat itu ia pinjam dari ibunya. Enam ekor ayam
ayahnya ikut ia pinjam. Ayam itu dipotong dan dibikin ayam putih gosok
garam. Dia juga pinjam satu botol wiskey, satu botol brandy dan satu
botol anggur dari teman-temannya. Jam tujuh pagi ia sudah siap jualan.
Benar saja, pukul tujuh, 30 orang Jepang dan tawanan Belanda mulai
datang bekerja. Tapi sampai pukul sembilan pagi, tidak ada pengunjung.
Eka memutuskan mendekati bos pasukan Jepang. Eka mentraktir si Jepang
makan minum di tenda. Setelah mencicipi seperempat ayam komplit dengan
kecap cuka dan bawang putih, minum dua teguk whisky gratis, si Jepang
bilang joto. Setelah itu, semua anak buahnya dan tawanan diperbolehkan
makan minum di tenda Eka. Tentu saja ia minta izin mengangkat semua
barang yang sudah dibuang.
Orang Indonesia pasti mengenal merk
Aqua, Merk ini sangat dikenal masyarakat di seluruh daerah dari
perkotaan sampai dengan pedesaan. Aqua menjadi pelopor air minum dalam
kemasan di Indonesia, yang merupakan ide dari Tirto Utomo yang tidak lain adalah Pendiri Aqua. Tirto Utomo atau Kwa Sien Biauw dilahirkan
di Wonosobo, Jawa Tengah 8 Maret 1930. Karena di Wonosobo tidak ada SMP
maka Tirto Utomo harus bersekolah di Magelang yang berjarak sekitar 60
kilometer, perjalanan itu ditempuh dengan sepeda. Kehidupannya tergolong
lumayan karena orangtuanya pengusaha susu sapi an pedagang ternak.
Lulus SMP Tirto Utomo melanjutkan sekolah ke HBS (sekolah setingkat SMA
di zaman Hindia Belanda) di Semarang dan kemudian di Malang. Masa remaja
Tirto Utomo dihabiskan di Malang dan di situlah dia bertemu dengan Lisa
/ Kienke (Kwee Gwat Kien). Seperti lazimnya sekolah Katholik pada waktu
itu maka sekolah untuk murid laki-laki dan murid perempuan dipisah.
Mereka berdua hanya sempat bertemu di lapangan sekolah.
Selama dua tahun kuliah di Universitas Gajah Mada yang ada di Surabaya, dia mengisi waktu luang dengan menjadi wartawan Jawa Pos dengan tugas khusus meliput berita-berita pengadilan. Namun, karena kuliah tidak menentu, akhirnya Tirto pindah ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Di Jakarta sambil kuliah ia bekerja sebagai Pimpinan Redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna. Pada tahun 1954 selepas SMA di Malang, Lisa masuk Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Sambil kuliah, Lisa bekerja di British American Tobacco (BAT Indonesia). Maret 19555 Lisa gagal mengikuti ujian kenaikan tingkat dan kemudian memutuskan berhenti kuliah. Saat Lisa mengajar bahasa Inggris di Batu Ceper, menjadi guru SD Regina Pacis, dan menerima jasa penerjemahan dan pengetikan, Lisa dilamar Tirto dan mereka menikah pada 21 Desember 1957 di Malang.
Musibah datang pada tahun 1959. Tirto diberhentikan sebagai pemimpin redaksi Sin Po. Akibatnya sumber keuangan keluarga menjadi tidak jelas. Namun, akibat peristiwa itulah Tirto Utomo memiliki kemauan yang bulat untuk menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum UI. Sementara Lisa berperan sebagai pencari nafkah yaitu dengan mengajar dan membuka usaha catering, Tirto belajar dan juga ikut membantu istrinya. Pada Oktober 1960 Tirto Utomo berhak menyandang gelar Sarjana Hukum. Setelah lulus, Tirto Utomo melamar ke Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang merupakan cikal bakal Pertamina. Setelah diterima, ia ditempatkan di Pangkalan Brandan. Di sana, keperluan mandi masih menggunakan air sungai. Berkat ketekunannya, Tirto Utomo akhirnya menanjak karirnya sehingga diberi kepercayaan sebagai ujung tombak pemasaran minyak.
Kedudukan Tirto Utomo sebagai Deputy Head Legal dan Foreign Marketing membuat sebagian besar hidupnya berada di luar negeri. Pada usia 48 tahun, Tirto Utomo memilih pensiun dini untuk menangani beberapa perusahaan pribadinya yakni AQUA, PT. Baja Putih, dan restoran Oasis. Aqua didirikan dengan modal bersama adik iparnya Slamet Utomo sebesar Rp 150 juta. Mereka mendirikan pabrik di Bekasi tahun 1973 dengan nama PT. Golden Mississippi dan merek produksi Aqua. Karyawan mula-mula berjumlah 38 orang. Mereka menggali sumur di pabrik pertama yang dibangun di atas tanah seluas 7.110 meter persegi di Bekasi. Setelah bekerja keras lebih dari setahun, produk pertama Aqua diluncurkan pada 1 Oktober 1974.
Bagaimana nama Aqua ini terbentuk? Desainer Singapura yang merancang logonya mengusulkan nama Aqua. Kata Eulindra Lim, sang desainer tersebut, Aqua mudah diucapkan dan mudah diingat selain bermakna ‘air’. Aqua sebenarnya bukan nama asing baginya. Dia sendiri sering memakai nama samaran ‘A Kwa’ yang bunyinya mirip dengan ‘Aqua’ semasa masih menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna di akhir tahun 1950. Nama A Kwa sendiri diambil dari nama aslinya yaitu Kwa Sien Biauw sedangkan nama Tirto Utomo mulai dipakainya pertengahan tahun 1960-an yang tidak sengaja diambil yang berarti ‘air yang utama’.
Bob Sadino
(Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang
pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan.
Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick.
Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan
pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir
dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari
lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu
berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena
saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Sebagai
peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram
telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak
langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris.
Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat
banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke
lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya.
Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari
ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Fasilitas merupakan unsur ketiga dari 10 faktor yang menentukan kepuasan pelanggan. Konsumen harus dipuaskan dengan pengadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial selengkapnya. Tapi fasilitas itu tidak harus dibangun sekaligus pada tahap awal pengembangan. Jika fasilitas selengkapnya langsung dibangun, harga jual akan langsung tinggi. Ini tidak akan memberikan keuntungan kepada para pembeli pertama, selain juga merupakan resiko besar bagi pengembang. Ciputra memiliki saham di lima kelompok usaha (Grup Jaya, Grup Metropolitan, Grup Pondoh Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan Grup Ciputra). Dari Kelima kelompok usaha itu, Ciputra tidak menutupi bahwa sebenarnya ia meletakkan loyalitasnya yang pertama kepada Jaya. Pertama, karena ia hampir identik dengan Jaya. Dari sinilah jaringan bisnis propertinya dimulai. Sejak perusahaan itu dibentuk tahun 1961, Ciputra duduk dalam jajaran direksinya selama 35 tahun: 3 tahun pertama sebagai direktur dan 32 tahun sebagai direktur utama, hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1996 lalu dan menjadi komisaris aktif. Kedua, adalah kenyataan bahwa setelah Pemda DKI, Ciputra adalah pemegang saham terbesar di Jaya.
PT Metropolitan Development adalah perusahaannya yang ia bentuk tahun 1970 bersama Ismail Sofyan, Budi Brasali, dan beberapa mitra lainnya. Kelompok usaha Ciputra ketiga adalah Grup Pondok Indah (PT Metropolitan Kencana) yang merupakan usaha patungan antara PT Metropolitan Development dan PT Waringin Kencana milik Sudwikatmono dan Sudono Salim. Grup ini antara lain mengembangkan Perumahan Pondok Indah dan Pantai Indah Kapuk. Kelompok usaha yang keempat adalah PT Bumi Serpong Damai, yang didirikan awal tahun 1980-an. Perusahaan ini merupakan konsorsium 10 pengusaha terkemuka – antara lain Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaya, Sudwikatmono, Ciputra dan Grup Jaya – yang mengembangkan proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai seluas 6.000 hektar, proyek jalan tol BSD – Bintaro Pondok Indah, dan lapangan golf Damai Indah Golf.

Grup Ciputra adalah kelompok usahanya yang Kelima. Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang pada awal tahun 1990 diakui sisi seluruh sahamnya dan namanya diubah menjadi Ciputra Development (CD). Ciputra menjadi dirutnya dan keenam jajaran direksinya diisi oleh anak dan menantu Ciputra. Pertumbuhan Ciputra Development belakangan terasa menonjol dibandingkan keempat kelompok usaha Ciputra lainnya. Dengan usia paling muda, CD justru yang pertama go public di pasar modal pada Maret 1994. Baru beberapa bulan kemudian Jaya Real properti menyusul. Total aktiva CD pada Desember 1996 lalu berkisar Rp. 2,85 triliun, dengan laba pada tahun yang sama mencapai Rp. 131,44 miliar. CD kini memiliki 4 proyek skala luas: Perumahan Citra 455 Ha, Citraraya Kota Nuansa Seni di Tangerang seluas 1.000 Ha, Citraraya Surabaya 1.000 Ha, dan Citra Indah Jonggol. 1.000 Ha. Belum lagi proyek-proyek hotel dan mal yang dikembangkannya, seperti Hotel dan Mal Ciputra, serta super blok seluas 14,5 hektar di Kuningan Jakarta. Grup Ciputra juga mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pembangunannya diproyeksikan selama 30 tahun dengan total investasi US$2,5 miliar.
Selain itu, CD juga menerjuni bisnis keuangan melalui Bank Ciputra, dan bisnis broker melalui waralaba Century 21.
Sejak beberapa tahun lalu, Ciputra menyatakan Kelima grup usahanya – terutama untuk proyek-proyek propertinya – ke dalam sebuah aliansi pemasaran. Aliansi itu semula diberi nama Sang Pelopor, tapi kini telah diubah menjadi si Pengembang. “Nama Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri,” ujar Ciputra tentang perubahan nama itu.
Bagi warga Jakarta sudah pasti
mengenal Taksi Blue Bird, ya sebuah armada taksi yang banyak bersleweran
di kota jakarta, dan sudah merupakan salah jenis kendaraan yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat di ibukota Jakarta. Pendiri Taksi Blue Bird adalah seorang perempuan pejuang dari Malang bernama Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono
yang dilahirkan di Malang pada 17 Oktober 1921. Berasal dari keluarga
berada, namun pada usia 5 tahun keluarganya bangkrut. Kehidupan berubah
drastis. Dari seorang gadis cilik yang dikelilingi fasilitas hidup naik
kemudian menjadi miskin. ia kemudian meniti bangku sekolah dalam
kesederhanaan luar biasa. Banyak hal yang mencirikan kesederhanaan hidup
Bu Djoko semasa kecil. Makanan yang tak pernah cukup, pakaian seadanya,
tak pernah ada uang jajan. Hidup betul-betul bertumpu pada kekuatan
untuk tabah. Menginjak remaja ketegaran semakin terasah. Ia bertekad
memperkaya diri dengan ilmu dan kepintaran. Di saat yang sulit itu ia
berusaha merengkuh bahagia diantaranya banyak membaca kisah-kisah
inspiratif yang diperoleh dengan meminjam. Salah satu kisah legendaris
yang selalu menghiburnya adalah "Kisah Burung Biru" atau "The Bird
Happiness". Kisah tersebut dilahap berkali-kali dan selalu membakar
semangatnya, penabur inspirasi dan pemacu cita-citanya.
Bu Djoko remaja menyelesaikan pendidikan HBS di tahun 30-an dan kemudian lulus Sekolah Guru Belanda atau Europese Kweekschool. Dengan tekad yang kuat ia meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke Jakarta. Dan berhasil masuk Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan menumpang di rumah pamannya di Menteng. Kemudian jalan hidup membawa berkenalan dengan Djokosoetono, dosen yang mengajarnya, yang juga pendiri serta Guberbur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Laki-laki itulah yang menikahinya selagi Bu Dkoko masih kuliah. Hingga dikaruniai 3 anak yaitu Chandra Suharto, Mintarsih Lestiani, dan Purnomo Prawiro. Sepanjang dasawarsa 50-an, Bu Djoko bersama keluarga melewatkan kehidupan yang sangat sederhana. Setelah lulus dari FHUI tahun 1952 dan langsung bekerja sebagai dosen di FHUI dan PTIK. Mereka kemudian menempati rumah dinas atas pekerjaan suaminya di jalan HOS Cokroaminoto Nomor 107, Menteng. Mereka dikepung oleh lingkungan yang mewah dan orang-orang dengan kemapanan materi di atas rata-rata. Sementara keluarga Djokosoetono praktis hanya memiliki uang kebutuhan berjalan. Untuk menambah penghasilan keluarga, Bu Djoko berjualan batik door to door. Tak ada gengsi, tak ada malu, tak ada rasa takut direndahkan oleh sesama isteri pejabat tinggi. Semuanya dilakukan murni sebagai kepedulian isteri untuk membantu suami mencari nafkah.
Namun penjualan batik yang sempat sukses kemudian menurun. Hingga Bu Djoko beralih kemudi berusaha telur di depan rumahnya. Realita berjualan telur menjadi pilihan bisnis yang brilian masa itu. Saat itu telur belum sepopuler sekarang. Masih dianggap bahan makanan ekslusif yang hanya dikonsumsi orang-orang menengah ke atas. Dengan lincah Bu Djoko mencari pemasok telur terbaik di Kebumen. Perlahan-lahan usaha telur Bu Djoko dan keluarga terus meningkat. Kegembiraan akan keberhasilan usaha menjadi berkabut lantaran kesedihan memikirkan sakit Pak Djoko meski pemerintah memberikan bantuan penuh untuk biaya perawatan Pak Djoko. Meski demikian, penyakit Pak Djoko tak kunjung sembuh, sampai akhirnya pada tanggal 6 September 1965 beliau wafat. Tak berapa lama setelah kepergian Pak Djoko, PTIK dan PTHM memberi kabar yang cukup menghibur keluarga. Mereka mendapatkan dua buah mobil bekas, sedan Opel dan Mercedes. Disinilah embrio lahirnya Taksi Blue Bird.
Pada suatu malam, Bu Djoko mulai merancang gagasan bagi operasional
taksi yang dimulai dengan dua buah sedan pemberian yang dimiliki. Ia
mengkhayalkan taksinya menjadi angkutan yang dicintai penumpangnya. Apa
sih bisnis taksi itu ? Tentu ia mendambakan keamanan dan kepastian. Apa
jantung dari usaha itu ? Pelayanan, tidak lebih. Lalu bagaimana agar
bisnis itu tidak hanya sukses melayani penumpang tapi juga sukses
mendulang keuntungan? Buat manajemen yang rapi. Dalam wacana yang sangat
sederhana, Bu Djoko menyusun konsep untuk menjalankan usaha taksinya.
Setelah memikirkan mobil dan cara mengelola, ia memikirkan pengemudi.
Bagaimana menciptakan aturan main kerja sehingga pengemudi merasakan
cinta saat bertugas? Bu Djoko dengan cepat menjawab pertanyaannya
sendiri. Ia memperlakukan mereka seperti anak-anaknya sendiri. Pengemudi
itu akan dididik dengan baik, dibina, dirangkul untuk sama-sama
berkembang. Setelah puas menuangkan tentang hal-hal yang ia kerjakan, Bu
Djoko tertidur dengan perasaan bahagia.
Inilah fase yang penting dalam sejarah kelahiran Blue Bird. Yakni ketika Bu Djoko menatap memulai bisnis taksi dalam rancangan idealisme yang ia buat. Walau bermodal dua mobil saja, tapi visinya sudah jauh ke depan. Dibantu ketiga anak dan menantu maka dimulailah usaha taksi gelap Bu Djoko. Uniknya usaha taksi terebut menggunakan penentuan tarif sistem meter yang kala itu belum ada di Jakarta. Untuk order taksi, ia menggunakan nomor telefon rumahnya. Karena Chandra ditugaskan menerima telepon dari pelanggan maka orang-orang menamakan taksi itu sebagai Taksi Chandra. Taksi Chandra yang hanya dua sedan itu kemudian melesat popular di lingkungan Menteng karena pelayanan yang luar biasa. Order muncul tanpa henti. Dari hasil keuntungan saat itu, BU Djoko bisa membeli mobil lagi. Kombinasi antara Bu Djoko yang berdisiplin tinggi dan penuh passion dalam menjalankan usahanya berpadu harmonis dengan pembawaan Chandra yang cermat dan tenang. Semua problem dalam menjalani usaha taksi dibawa dalam rapat keluarga untuk dicari solusinya.
Permintaan akan Taksi Chandra terus mengalir. Usaha yang semula ditujukan untuk menjaga kestabilan ekonomi keluarga, kemudian berkembang menjadi bisnis yang amat serius. Beberapa mobil yang telah dimiliki dirasa kurang mencukupi. Titik layanan kian melebar, tak hanya di daerah Menteng, tebet, Kabayoran Baru dan wilayah-wilayah di Jakarta Pusat, tapi juga sampai ke Jakarta Timur, Barat dan Utara. Di era akhir dlamiah keluarga Bu Djoko tengah mempersiapkan asawarsa 60-an secara alamiah memasuki babak baru yang sangat penting. Sebuah fase dimana kehidupan berbisnis tidak lagi sekedar “aktivitas keluarga” untuk emnambah rezeki. Pada tahun-tahun menjelang 1970 relaita membuktikan bahwa mereka mampu memebsarkan armada dan mendulang keuntungan yang signifikan. Mereka bisa menambah jumlah mobil sendiri lebih dari 60 buah.
Memasuki dasawarsa 70-an, sebuah kabar gembira berkumandang. Ali
Sadikin, Gubernur DKI Jakarta saat itu mengumumkan Jakarta akan
memberlakukan izin resmi bagi operasional taksi. Didasari kenyataan
bahwa masyarakat Jakarta sangat membutuhkan taksi. Peluang ini direspons
dengan insting luar biasa dari Bu Djoko. Maka memasuki tahun 1971,
dengan spirit penuh ia segera berangkat ke DLLAJR untuk mendapatkan
surat izin operasional. Namun anti klimaks dari harapan, Bu Djoko selalu
ditolak karena alasan bisnis dia masih kecil. Memang saat itu yang
mendaptkan izin adalah perusahaan-perusahaan yang pernah menjalankan
bisnis angkutan besar. Namun Bu Djoko sosok yang tak kenal putus asa.
Tak terhitung jumlahnya berapa kali dia selalu mengalami penolakan.
Hingga terbersit ide brilian untuk mengumpulkan isteri janda pahlawan
yang telah menitipkan mobil mereka untuk dikelola sebagai taksi.
Diajaknyaa para janda pahlawan untuk bersama-sama menyerukan petisi
kemampuan perempuan dalam meimpin usaha. Mereka mendatangi kantor
gebernur dan menghadap langsung Ali Sadikin. Menghadapi orasi Bu Djoko,
Ali Sadikin tersentuh dan menetapkan agar Bu Djoko diberikan izin usaha
untuk mengoperasikan taksi. Sungguh sebuah pencapaian menggembirakan
dari kesabaran bolak-balik melobi DLLAJR, walau akhirnya harus melalui
pertemuan dengan Gubernur.
Bu Djoko tidak berminat bergabung. Ia lebih berpikir untuk mencari jalan bagi kemandirian bisnisnya. Tak ada jalan lain untuk menghubungi Bank. Yang terjadi kemudiana dalah sentuhan invicible hand yang bekerja dalam memudahkan Bu Djoko mendapat pinjaman Bank. Mantan murid suaminya dengan cepat membantu memuluskan proses di Bank dan pinjaman pun mengalir.Bagi Bu Djoko suatu yang sangat luar biasa. Di atas kertas sulit mendapatkan dana yang mencukupi untuk membeli 100 mobil. Tapi saat itu dia bisa! Di tahun itu pula Bu Djoko dan anak-anaknya bersiap mencari nama dan logo taksi. Taksi Chandra tetap dijalankan sebagai taksi per jam atau hourly. Sementara taksi baru di bawah PT Sewindu Taxi segera disiapkan namanya. Ide lagi-lagi datang dari Bu Djoko, hingga diberilah nama taksi Blue Bird. Dengan logo sederhana berupa siluet burung berwarna biru tua yang sedang melesat, hasil karya pematung Hartono. Logo itu seperti pencapaian yang membuktikan bahwa ia mampu menghidupkan cita-cita yang diteladankan kisah The Bird of Happiness.
Pada tanggal 1 Mei 1972, jalan-jalan di Jakarta mulai diwarnai taksi-taksi berwarna biru dengan logo burung yang tengah melesat. Taksi itu mencerminkan semangat jerih dan idealisme yang dikobarkan Bu Djoko. Bersama tim di PT. Sewindu Taxi, Ournomo pun mantap menjalankan tugas operasional perusahaan. Bisa dikatakan tahun-tahun 70-an merupakan masa penggodokan idealisme Blue Bird. Dalam kesederhanaan Bu Djoko memimpin perjalanan besar membawa Blue Bird siap mengarungi zaman. Dia menanamkan kepada awak angkutan bagaimana menumbuhkan sense of belonging yang tinggi terhadap Blue Bird dengan menjadi "serdadu-serdadu" tangguh dan penuh pengorbanan. Mereka menikmati masa-masa sangat bersahaja dimana teknologi sama sekali belum menyentuh Blue Bird. Di paruh kedua dasawarsa 70-an, kekuatan armada Blue Bird telah bertambah menjadi sekitar 200 lebih taksi. Pengelolaan yang sangat rapid an manajemen keluarga yangs ehat memungkinkan PT. Sewindu Taxi yang menaungi Blue Bird menambah armadanya. Mobil-mobil tersebut ditempatkan di dua pool yanga da, di jalan Garuda, Kemayoran dan di jalan Mampang Prapatan. Purnomo dipercaya untuk memimpin Blue Bird sebagai ditektur operasional, setelah sang kakak Chandra fokus di PTIK.
Setelah melewati tahun-tahun yang berat dalam menegakkan idealism di era 70-an, dasawarsa selanjutnya mulai disinari optimism yang lebih kuat. Nilai-nilai dan prinsip Blue Bird yang ditancapkan Bu Djoko telah berakar dan menghasilkan batang serta dahan yang sehat. Memasuki dasawarsa 80-an, Purnomo, Mintarsih dan Bu DJoko semakin memperkuat kekompakan. Chandra kadang-kadang ikut dalam diskusi selepas kesibukannya di PTIK. Sisa masalah dari tahun-tahun sebelumnya masih menjadi momok dan beberapa masalah krusial. Tapi Purnomo yang sudah dimatangkanoleh pengalaman era 70-an sudah jauh lebih percaya diri untuk menghadapi kesulitan di lapangan. Purnomo melewatkan tahun-tahun awal di dasawarsa 80-an dengan kerja uang luar biasa keras. Setelah 8 tahun bisa bertahan, wajah bisnis ini terlihat sangat jelas. Blue Bird bisa mengukur diri apakah mampu melanjutkan perjalanan atau tidak. Bu Djoko dan ketiga anaknya bertekad maju terus.
Pada tahun 1985, 13 tahun setelah Blue Bird lahir, armada bertambah gemuk, hamper mencapai 2.000 taksi. Keyakinan BU Djoko bahwa masyarakat perlahan tapi pasti akan mantap memilih Blue Bird dengan kualitas layanan proma dan sistem agrometer yang terpercaya akan terbentuk. Dan benar! Saat itulah muncul banyak taksi-taksi tanpa meteran. Ketika masyarakat memilih taksi meteran yang layak, pilihan jatuh pada Blue Bird yang telah mantap menjalankan sistem agrometer selama belasan tahun. Memasuki paruh kedua dasawarsa 80-an bisa dibilang Blue Bird terus memantapkan diri. Apresiasi masyarakat terbentuk, citra Blue Bird sebagai taksi ternyaman, teraman, dengan pengemudi yang santun telah dikenal luas dan menjadi suatu keyakinan yang mengakar. Inilah masa dimana operator Blue Bird sibuk melayani permintaan konsumen yang membeludak. Jumlah taksi terus bertambah mendekati 3.000 unit. Order terus meningkat. Blue Bird tak pelak menjadi pilihan para pemilik gedung-gedung seabagai taksi resmi di tempat mereka. Blue Bird berkibar di banyak titik penting di Jakarta.
Kemajuan demi kemajuan tak terbendung lagi di tubuh Blue Bird. Manajemen yang rapi, idelisme yang dijaga ketat, pengaturan finansial yang sangat matang dan strategi ekspansi yang arif, membuat langkah kemajuan Blue Bird begitu tertata dan sangat cantik. Perpaduan antara kekuatan karisma Bu Djoko, agresivitas dan kreativitas Purnomo, serta ketenangan strategi Chandra membuat Blue Bird di era 90-an menunjukkan perkembangan yang sehat. Faktor yang mempengaruhi kemajuan Blue Bird di era ini, tak pelak adalah kemajuan persepsi masyarakat. Sungguh tepat prediksi Bu Djoko tentang perusahaan taksi masa depan. Bahwa kelak di kemudian ahri, masyarakat akan mencari, membutuhkan, dan fanatic pada taksi yang teruji kualitas pelayanannya, aman, prima dan nayaman. Argometer yang dulu ajdi momok dan dianggap sebagai “mimpi di siang bolong” ternyata tak terbukti. Justru argometer yang dipakai Blue Bird menjadi standar paling fair yang dicari penumpang.
Inilah catatan penting dari perjuangan Bu Djoko dalam membidik sukses masa depan: kesabaran, teguh dalam prinsip, kepemimpinan yang tegas dan bijaksana serta profesionalisme. Setelah perjauangan berat di era 70-an dan 80-an, maka era 90-an memberikan Blue Bird Group manis buah yang manis. Perkembangan asset adalah hal yang paling menonjol jika membicarakan kemajuan Blue Bird di era 90-an. Jumlah taksi sebelum krismon mencapai hampir 5.000 mobil. Jumlah pool terus bertambah. Blue Bird pun berkembang di sejumlah Provinsi. Generasi 90-an akhirnya ikut merasakan bagaimana tegak di tengah kepungan terror pihak yang tak suka akan kehadiran Blue Bird. Sebuah inovasi baru juga dilakukan Blue Bird Group melalui peluncuran Silver Bird, executive taxi pada tahun 1993.
Di negara-negara lain tidak ada yang namanya executive taxi. Yang
beredar adalah general taxi dengan batas tarif yang telah ditentukan
pemerintah. Ide diawali oleh diadakannya KTT Non Blok yang digelar di
Indonesia tahun 1992. Saat itu pemerintah menyediakan fasilitas mobil
mewah untuk kebutuhan mobilitas semua peserta KK, yakni 320 sedan Nissan
Cedric. Pemerintah akhirnya menunjuk Blue Bird menyediakan 320
pengemudi andal dan berpengalaman. Usai KTT, ratusan sedan mewah
tersebut menganggur. Saat itu lahirlah pemikiran untuk menciptakan satu
produk baru berupa taksi kelas eksekutif yang lebih mewah. Akhirnya Blue
Bird membeli 240 dari 320 sedan mewah eks KTT dan menjadikannya sebagai
Silver Bird.
Tanggal 1 Mei 1997, Blue Bird juga meresmikan kelahiran Pusaka Group yang diniatkan menjadi generasi yang lebih segar dan dinamis dari armada taksi yang sudah ada. Hadirnya Pusaka Group yang menggulirkan taksi Cendrawasih dan Pusaka Nuri pada awalnya merupakan cita-cita Blue Bird untuk melahirkan generasi baru Blue Bird yang lebih modern. Sebagai perusahaan konservatif, Blue Bird sangat berhati-hati meluncurkan bisnis baru yang belum bisa dijamin nasib masa depannya. Maka mantaplah kemudian dilahirkan Pusaka Group sebagai anak perusahaan yang lebih dinamis, tidak konservatif, agresif bergerak di daerah dan dikelola murni oleh keluarga Bu Djoko. Pusaka Group ternyata menunjukkan keberhasilannya. Selanjutnya didirikan Golden Bird yang beroperasi di Bali. Diikuti daerah-daerah lain seperti Surabaya, Bandung, Manado, Medan, Palembang, dan Lombok.
Di dasawarsa 90-an kesehatan Bu Djoko merosot akibat serangan kanker paru-paru. Sosoknya bersemangat tak merasa tersudutkan oleh penyakitnya. Sambil terus memimpin perusahaannya, Bu Djoko menyediakan banyak waktu, perhatian dan tenaga untuk menyembuhkan penyakitnya. Tapi kanker paru-paru yang ddideritanya terlalu buas untuk tubuhnya yang semakin menua. Pada tanggal 10 Juni tahun 2000 ia menutup mata di RS Medistra. Sang Burung Biru itu telah pergi. Tapi ia meninggalkan sesuatu yang tak pernah terhapus waktu. Semangat murninya tidak hanya tersimpan di ahti anak-anak dan cucunya, tapi juga mengalir di segenap batin puluhan ribu karyawannya, mengudara di gedung-gedung dan pool Blue Bird dan melesat bersma taksi-taksi Blue Bird yang melintas di jalan-jalan. Blue Bird di era Millenium bagaikan burung yang terbang tinggi, melebarkan kepak sayapnya dan merambah cakrawala luas. Kehadiran para cucu, emningkatnya pengalaman Chandra dan Purnomo dan semangkin tingginya jam terbang karyawan membuat perusahaan ini terbaik di bidangnya. Pada dasawarsa keempat Blue Bird berjuang melintasi era teknologi canggih dan berusaha luwes.
Perusahaan ini telah berkembang sedemikian rupa seperti benih yang
menumbuhkan batang kuat dan menghasilkan rimbun dedaunan dengan dahan
yang terus bertambah banyak. Dari awal bergulirnya dengan 25 kekuatan
taksi, kini Blue Bird telah memiliki lebih dari 20.000 unit armada. Kini
ada 30.000 karyawan yang berkarya di kantor pusat dan cabang. Tak
kurang 9 juta penumpang dalam sebulan terangkut oleh armada Blue Bird di
sejumlah kota di Indonesia. Jumlah pool telah mencapai 28 titik. Armada
juga terus diremajakan. Beberapa kali mengganti kendaraan dengan yang
baru. Armada Silver Bird yang semula menggunakan sedan Nissan Cedric
kemudian diganti dengan Mercedes di tahun 2006. Sebuah terobosan luar
biasa yang mencengangkan.
Bong Chandra
Soedono Salim
atau Liem Sioe Liong lahir di Tiongkok tanggal 19 Juli 1916, Dia
merupakan pendiri Grup Salim. Kepemilikan Grup Salim meliputi Indofood,
Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, PT Mega,
Bank Windu Kencana, PT Hanurata, dan PT Waringin Kencana dan lain-lain.
Dia merupakan salah satu konglomerat dan pengusaha sukses asal Indonesia.
Ia sempat menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di
Indonesia dan Asia. Perjalanan suksesnya dimulai di sebuah pelabuhan
kecil. Fukien di bilangan Selatan Benua Tiongkok. Dia dilahirkan di situ
pada tahun 1916. Kakaknya yang tertua Liem Sioe Hie kini berusia 77
tahun sejak tahun 1922 telah lebih dulu beremigrasi ke Indonesia yang
waktu itu masih jajahan Belanda kerja di sebuah perusahaan pamannya di
kota Kudus.Di tengah hiruk pikuknya usaha ekspansi Jepang ke Pasifik, dibarengi dengan dongeng harta karun kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara, maka pada tahun 1939, Liem Sioe Liong mengikuti jejak abangnya yang tertua. Dari Fukien, ia Berangkat ke Amoy, dimana bersandar sebuah kapal dagang Belanda yang membawanya menyeberangi Laut Tiongkok. Sebulan untuk kemudian sampai di Indonesia. Sejak dulu, kota Kudus sudah terkenal sebagai pusat pabrik rokok kretek, yang sangat banyak membutuhkan bahan baku tembakau dan cengkeh. Dan sejak jamam revolusi Liem Sioe Liong sudah terlatih menjadi supplier cengkeh, dengan jalan menyelundupkan bahan baku tersebut dari Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian melalui jalur-jalur khusus penyelundupan menuju Kudus. Sehingga tidak heran dagang cengkeh merupakan salah satu pilar utama bisnis Liem Sioe Liong pertama sekali, disamping sektor tekstil. Dulu juga dia, banyak mengimpor produksi pabrik tekstil murahan dari Shanghai.
Di Kudus Liem berkenalan dengan gadis asal Lasem. Gadis itu sekolah di sekolah Belanda Tionghoa. Liem melamarnya, tapi orangtua si gadis tidak mengizinkan, lantaran takut anak gadisnya akan dibawa ke Tiongkok. Kekuatiran itu timbul melihat tampang Liem yang masih totok. Tapi, Liem tak mau menyerah. Akhirnya lamarannya diterima dan diizinkan menikah. Pesta pernikahannya, bahkan dirayakan selama 12 hari. Maklum, keluarga istrinya cukup terpandang. Setelah menikah, Liem makin ulet bekerja dan berusaha. Usahanya berkembang. Tapi, ketika awal 1940-an, Jepang menjajah Indonesia, usahanya bangkrut. Ditambah lagi, dia mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya masuk jurang. Seluruh temannya meninggal. Hanya Liem yang selamat, setelah tak sadarkan diri selama dua hari. Kemudian, Liem pindah ke Jakarta.
Seirama dengan masa pemerintahan dan pembangunan Orde Baru, bisnisnya pun berkembang demikian pesat. Pada tahun 1969, Om Liem bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four, mendirikan CV Waringin Kentjana. Om Liem sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. The Gang of Four ini kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Bogasari yang memonopoli suplai tepung terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi sekitar 2/3 penduduk Indonesia, di samping PT. Prima untuk Indonesia bagian Timur. Hampir di setiap perusahaan Liem Sioe Liong dia berkongsi dengan Djuhar Sutanto alias Lin Wen Chiang yang juga seorang Tionghoa asal Fukien. Bogasari sebuah perusahaan swasta yang paling unik di Indonesia. Barangkali hanya Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas punya pelabuhan sendiri, dan kapal-kapal raksasa dalam hubungan perteriguan bisa langsung merapat ke pabrik.
Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan kantor hanya seluas 100 meter. Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli semen di Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement. Setelah itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan realestate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Selain itu, Om Liem juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil.
Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) bersama Mochtar Riyadi. Di tahun 1970-an. Bank Central Asia ini telah bertumbuh menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia dengan total asset sebesar US$ 99 juta. Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Bank. Ketika itu, Om Liem pernah jadi orang terkaya di Indonesia dan Asia. Serta masuk daftar 100 orang terkaya dunia. Namun, seirama dengan mundurnya Presiden Soeharto dan akibat terjadi krisis moneter, bisnis dan kekayaannya pun turun. Bahkan, Om Liem terpaksa memilih bermukim di Singapura, setelah rumahnya di Gunung Sahari dijarah massa reformasi. Setelah peristiwa tersebut, ia mulai mengalihkan kepengurusan bisnisnya kepada anaknya Anthony Salim, lalu pindah dan tinggal di Singapura hingga tutup usia. Ia dikenal luas masyarakat dekat dengan mantan Presiden ke-2 Indonesia Soeharto. Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.
Begitu perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin menjadi titik tolak majalah Insight, Asia’s Business Mountly terbitan Hongkong dalam penerbitan bulan Mei tahun ini, menampilkan lukisan karikatural Liem Sioe Liong berpakaian gaya Napoleon Bonaparte. Dadanya penuh ditempeli lencana-lencana perusahaannya. Perusahaan holding company-nya bernama PT Salim Economic Development Corporation punya berbagai macam kegiatan yang dibagi-bagi atas berbagai jenis divisi; masing-masing adalah:
- divisi perdagangan
- divisi industri
- divisi bank dan asuransi
- divisi pengembangan (yang bergerak dibidang hasil hutan dan konsesi hutan)
- divisi properti yang bergerak dibidang real estate, perhotelan, dan pemborong
- divisi perdagangan eceran
- divisi joint venture.
Setiap divisi membawahi beberapa arah perusahaan raksasa, berbentuk perseroan-perseroan terbatas. Pelbagai kemungkinan untuk lebih mengembangkan lajunya perusahaan sekalipun tidak akan meningkatkan permodalan, seperti go-public di pasar saham Jakarta, – dilangsungkan group Soedono Lem Salim dengan gencar. Halangan maupun isu bisnis yang mengancam perusahaannya, nampak tak membuat Liem cemas. Seperti katanya kepada Review,
“Jika anda hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang, anda akan gila. Anda harus melakukan apa yang anda yakini.”Bermodal kalimat pendeknya itu pulalah mengantar Liem Sioe Liong muda di Kudus yang juga terkenal sebagai Lin Shao Liang menjadi Soedono Salim si Raja Dagang Indonesia, belakangan ini.
Sudono Salim atau Liem Sioe Liong meninggal dunia dalam usia 96 tahun. Berdasarkan informasi yang beredar, pengusaha kakap itu wafat di Singapura pada tanggal 10 Juni 2012.
Eka Tjipta Widjaja - Pemilik Sinar Mas Group
Eka Tjipta Widjaja merupakan
seorang pengusaha dan konglomerat Indonesia, Berkat keuletannya dalam
menjalankan bisnis perusahaannya, ia merupakan salah satu orang terkaya
di Indonesia menurut Majalah Globe Asia edisi bulan desember 2012 dengan
kekayaan mencapai 8,7 milyar Dolar Amerika Serikat. Pada tahun 2011,
menurut Forbes, ia menduduki peringkat ke-3 orang terkaya di Indonesia,
dengan total kekayaan US$ 8 miliar, beliau merupakan pendiri sekaligus pemilik dari Sinar Mas Group,
Bisnis utamanya adalah pulp dan kertas, agribisnis, properti dan jasa
keuangan. Nama asli Eka Tjipta Widjaja adalah Oei Ek Tjhong, beliau
dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1923 di China, Ia terlahir dari
keluarga yang amat miskin. Ia pindah ke Indonesia saat umurnya masih
sangat muda yaitu umur 9 tahun. Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta
Widjaya yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke
kota Makassar
"Bersama ibu, saya ke Makassar tahun 1932 pada usia sembilan tahun. Kami berlayar tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami hanya bisa tidur di tempat paling buruk di kapal, di bawah kelas dek. Hendak makan masakan enak, tak mampu. Ada uang lima dollar, tetapi tak bisa dibelanjakan, karena untuk ke Indonesia saja kami masih berutang pada rentenir, 150 dollar"Tiba di Makassar, Eka kecil segera membantu ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan mempunyai toko kecil. Tujuannya jelas, segera mendapatkan 150 dollar, guna dibayarkan kepada rentenir. Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju. Eka pun minta Sekolah. Tapi Eka menolak duduk di kelas satu. Eka Tjipta Widjaja bukanlah seorang sarjana, doktor, maupun gelar-gelar yang lain yang disandang para mahasiswa ketika mereka berhasil menamatkan studi. Namun beliau hanya lulus dari sebuah sekolah dasar di Makassar. Hal ini dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan. Ia harus merelakan pendidikannya demi untuk membantu orang tua dalam menyelesaikan hutangnya ke rentenir. Tamat SD, ia tak bisa melanjutkan sekolahnya karena masalah ekonomi. Ia pun mulai jualan.
Ia keliling kota Makassar, Dengan mengendarai sepeda, ia keliling kota Makasar menjajakan door to door permen, biskuit, serta aneka barang dagangan toko ayahnya. Dengan ketekunannya, usahanya mulai menunjukkan hasil. Saat usianya 15 tahun, Eka mencari pemasok kembang gula dan biskuit dengan mengendarai sepedanya. Ia harus melewati hutan-hutan lebat, dengan kondisi jalanan yang belum seperti sekarang ini. Kebanyakan pemasok tidak mempercayainya. Umumnya mereka meminta pembayaran di muka, sebelum barang dapat dibawa pulang oleh Eka. Hanya dua bulan, ia sudah mengail laba Rp. 20, jumlah yang besar masa itu. Harga beras ketika itu masih 3-4 sen per kilogram. Melihat 1 usahanya berkembang, Eka membeli becak untuk memuat barangnya.
Namun ketika usahanya tumbuh subur, datang Jepang menyerbu Indonesia, termasuk ke Makassar, sehingga usahanya hancur total. Ia menganggur total, tak ada barang impor/ekspor yang bisa dijual. Total laba Rp. 2000 yang ia kumpulkan susah payah selama beberapa tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Di tengah harapan yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar. Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, kini salah satu pangkalan perahu terbesar di luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik. Otak bisnis Eka segera berputar. Secepatnya ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk membuka tenda di dekat lokasi itu. Ia merencanakan menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu.
Segera Eka mengerahkan anak-anak sekampung mengangkat barang-barang itu
dan membayar mereka 5 – 10 sen. Semua barang diangkat ke rumah dengan
becak. Rumah berikut halaman Eka, dan setengah halaman tetangga penuh
terisi segala macam barang. Ia pun bekerja keras memilih apa yang dapat
dipakai dan dijual. Terigu misalnya, yang masih baik dipisahkan. Yang
sudah keras ditumbuk kembali dan dirawat 3 sampai dapat dipakai lagi. Ia
pun belajar bagaimana menjahit karung. Karena waktu itu keadaan perang,
maka suplai bahan bangunan dan barang keperluan sangat kurang. Itu
sebabnya semen, terigu, arak Cina dan barang lainnya yang ia peroleh
dari puing-puing itu menjadi sangat berharga. Ia mulai menjual terigu.
Semula hanya Rp. 50 per karung, lalu ia menaikkan menjadi Rp. 60, dan
akhirnya Rp. 150. Untuk semen, ia mulai jual Rp. 20 per karung, kemudian
Rp. 40.
Kala itu ada kontraktor hendak membeli semennya, untuk membuat kuburan
orang kaya. Tentu Eka menolak, sebab menurut dia ngapain jual semen ke
kontraktor? Maka Eka pun kemudian menjadi kontraktor pembuat kuburan
orang kaya. Ia bayar tukang Rp. 15 per hari ditambah 20 persen saham
kosong untuk mengadakan kontrak pembuatan enam kuburan mewah. Ia mulai
dengan Rp. 3.500 per kuburan, dan yang terakhir membayar Rp. 6.000.
Setelah semen dan besi beton habis, ia berhenti sebagai kontraktor
kuburan. Demikianlah Eka, berhenti sebagai kontraktor kuburan, ia
berdagang kopra, dan berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulsel)
dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk memperoleh kopra murah. Eka
mereguk laba besar, tetapi mendadak ia nyaris bangkrut karena Jepang
mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai Mitsubishi
yang memberi Rp. 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kaleng
Rp. 6. Eka rugi besar. Ia mencari peluang lain. Berdagang gula, lalu
teng-teng (makanan khas Makassar dari gula merah dan kacang tanah),
wijen, kembang gula. Tapi ketika mulai berkibar, harga gula jatuh, ia
rugi besar, modalnya habis lagi, bahkan berutang. Eka harus menjual
mobil jip, dua sedan serta menjual perhiasan keluarga termasuk cincin
kimpoi untuk menutup utang dagang.
Tapi Eka berusaha lagi. Dari usaha leveransir dan aneka kebutuhan
lainnya. Usahanya juga masih jatuh bangun. Misalnya, ketika sudah
berkibar tahun 1950-an, ada Permesta, dan barang dagangannya, terutama
kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal dia habis lagi. Namun
Eka bangkit lagi, dan berdagang lagi. Pada tahun 1980, ia memutuskan
untuk melanjutkan usahanya yaitu menjadi seorang entrepreneur seperti
masa mudanya dulu. Ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan
luas lahan 10 ribu hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung,
beliau juga membeli mesin dan pabrik yang bisa memuat hingga 60 ribu
ton kelapa sawit. Bisnis yang dia bangun berkembang sangat pesat dan dia
memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun 1981 beliau membeli
perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas mencapai 1000 hektar dan
pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh.
Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga
mulai merintis bisnis bank. Ia membeli Bank Internasional Indonesia
dengan asset mencapai 13 milyar rupiah. Namun setelah beliau kelola,
bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu
yang dulunya hanya 2 cabang dan asetnya kini mencapai 9,2 trilliun
rupiah. Bisnis yang semakin banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi
semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis kertas. Hal ini
dibuktikan dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga
700 ribu pulp per tahun dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per
tahun. Pemilik Sinarmas Group ini juga membangun ITC Mangga Dua dan
Green View apartemen yang berada di Roxy, dan tak ketinggalan pula ia
bangun Ambassador di Kuningan.
Eka Tjipta Widjaja mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya dalam hal
bisnis dan kehidupannya. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama
Melfie Pirieh Widjaja dan mempunyai 7 orang anak. Anak-anaknya adalah
Nanny Widjaja, Lanny Widjaja, Jimmy Widjaja, Fenny Widjaja, Inneke
Widjaja, Chenny Widjaja, dan Meilay Widjaja.
Tirto Utomo - Pendiri Aqua
Orang Indonesia pasti mengenal merk
Aqua, Merk ini sangat dikenal masyarakat di seluruh daerah dari
perkotaan sampai dengan pedesaan. Aqua menjadi pelopor air minum dalam
kemasan di Indonesia, yang merupakan ide dari Tirto Utomo yang tidak lain adalah Pendiri Aqua. Tirto Utomo atau Kwa Sien Biauw dilahirkan
di Wonosobo, Jawa Tengah 8 Maret 1930. Karena di Wonosobo tidak ada SMP
maka Tirto Utomo harus bersekolah di Magelang yang berjarak sekitar 60
kilometer, perjalanan itu ditempuh dengan sepeda. Kehidupannya tergolong
lumayan karena orangtuanya pengusaha susu sapi an pedagang ternak.
Lulus SMP Tirto Utomo melanjutkan sekolah ke HBS (sekolah setingkat SMA
di zaman Hindia Belanda) di Semarang dan kemudian di Malang. Masa remaja
Tirto Utomo dihabiskan di Malang dan di situlah dia bertemu dengan Lisa
/ Kienke (Kwee Gwat Kien). Seperti lazimnya sekolah Katholik pada waktu
itu maka sekolah untuk murid laki-laki dan murid perempuan dipisah.
Mereka berdua hanya sempat bertemu di lapangan sekolah.Selama dua tahun kuliah di Universitas Gajah Mada yang ada di Surabaya, dia mengisi waktu luang dengan menjadi wartawan Jawa Pos dengan tugas khusus meliput berita-berita pengadilan. Namun, karena kuliah tidak menentu, akhirnya Tirto pindah ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Di Jakarta sambil kuliah ia bekerja sebagai Pimpinan Redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna. Pada tahun 1954 selepas SMA di Malang, Lisa masuk Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Sambil kuliah, Lisa bekerja di British American Tobacco (BAT Indonesia). Maret 19555 Lisa gagal mengikuti ujian kenaikan tingkat dan kemudian memutuskan berhenti kuliah. Saat Lisa mengajar bahasa Inggris di Batu Ceper, menjadi guru SD Regina Pacis, dan menerima jasa penerjemahan dan pengetikan, Lisa dilamar Tirto dan mereka menikah pada 21 Desember 1957 di Malang.
Musibah datang pada tahun 1959. Tirto diberhentikan sebagai pemimpin redaksi Sin Po. Akibatnya sumber keuangan keluarga menjadi tidak jelas. Namun, akibat peristiwa itulah Tirto Utomo memiliki kemauan yang bulat untuk menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum UI. Sementara Lisa berperan sebagai pencari nafkah yaitu dengan mengajar dan membuka usaha catering, Tirto belajar dan juga ikut membantu istrinya. Pada Oktober 1960 Tirto Utomo berhak menyandang gelar Sarjana Hukum. Setelah lulus, Tirto Utomo melamar ke Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang merupakan cikal bakal Pertamina. Setelah diterima, ia ditempatkan di Pangkalan Brandan. Di sana, keperluan mandi masih menggunakan air sungai. Berkat ketekunannya, Tirto Utomo akhirnya menanjak karirnya sehingga diberi kepercayaan sebagai ujung tombak pemasaran minyak.

Kedudukan Tirto Utomo sebagai Deputy Head Legal dan Foreign Marketing membuat sebagian besar hidupnya berada di luar negeri. Pada usia 48 tahun, Tirto Utomo memilih pensiun dini untuk menangani beberapa perusahaan pribadinya yakni AQUA, PT. Baja Putih, dan restoran Oasis. Aqua didirikan dengan modal bersama adik iparnya Slamet Utomo sebesar Rp 150 juta. Mereka mendirikan pabrik di Bekasi tahun 1973 dengan nama PT. Golden Mississippi dan merek produksi Aqua. Karyawan mula-mula berjumlah 38 orang. Mereka menggali sumur di pabrik pertama yang dibangun di atas tanah seluas 7.110 meter persegi di Bekasi. Setelah bekerja keras lebih dari setahun, produk pertama Aqua diluncurkan pada 1 Oktober 1974.
Bagaimana nama Aqua ini terbentuk? Desainer Singapura yang merancang logonya mengusulkan nama Aqua. Kata Eulindra Lim, sang desainer tersebut, Aqua mudah diucapkan dan mudah diingat selain bermakna ‘air’. Aqua sebenarnya bukan nama asing baginya. Dia sendiri sering memakai nama samaran ‘A Kwa’ yang bunyinya mirip dengan ‘Aqua’ semasa masih menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna di akhir tahun 1950. Nama A Kwa sendiri diambil dari nama aslinya yaitu Kwa Sien Biauw sedangkan nama Tirto Utomo mulai dipakainya pertengahan tahun 1960-an yang tidak sengaja diambil yang berarti ‘air yang utama’.
“Dulu bukan main sulitnya. Dikasih saja orang tidak mau. ‘Untuk apa
minum air mentah’, itulah celaan yang tak jarang kami terima,” ujar
Willy Sidharta. Saat itu minuman rignan berkabonasi seperti Cola Cola,
Sprite, 7 Up, dan Green Spot sedang naik daun sehingga gagasan menjual
air putih tanpa warna dan rasa, bisa dianggap sebagai gagasan gila.
Hingga 1978 penjualan Aqua tersendat-sendat. Tidak heran bila Tirto
Utomo sendiri mengakui hampir menutup perusahaannya karena sekitar lima
tahun berdiri tetapi titik impas belum juga dapat diraih. Ia tidak tahan
harus menombok terus menerus. Tetapi selalu ada rezeki bagi orang yang
ulet dan tabah. Tirto Utomo bersama manajemennya akhirnya mengeluarkan
jurus pamungkas dengan menaikkan harga jual hampir tiga kali lipat.
Waktu itu ide ini bisa dibilang juga bisa dibilang ide gila. Masa,
ketika dalam kesulitan keuangan, bukannya menurunkan harga agar para
pelanggan berminat tapi malah menaikkan harga. Tirto sendiri sudah
menyiapkan antisipasi sekiranya upaya itu bakal menyebabkan penurunan
omset. Namun, pasar bicara lain. Omset bukannya menurun malahan
terdongkrak naik. Agaknya orang menilai harga tinggi sama dengan mutu
tinggi. Aqua pun mulai melayani segmen yang tertarik untuk berlangganan.
Pada tahun 1982, Aqua mengganti bahan baku (air) yang semula berasal
dari sumur bor ke mata air pegunungan yang mengalir sendiri
(self-flowing spring) karena dianggap mengandung komposisi mineral alami
yang kaya nutrisi seperti kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan
sodium. Salah satu pelanggannya yaitu kontraktor pembangunan jalan tol
Jagorawi, Hyundai. Dari para insinyur Korea Selatan itu, kebiasaan minum
air mineral pun menular kepada rekan kerja pribumi mereka. Melalui
penularan semacam itulah akhirnya air minum dalam kemaasan diterima di
masyarakat. Penampilan Tirto sehari-hari sangat sederhana, ramah, murah
senyum, namun cerdas berpikir. Dalam hubungannya dengan bawahan, ia
menganut gaya manajemen kekeluargaan dan mempercayai kemampuan
karyawannya melalui sejumlah pengembangan dan pelatihan manajemen. Pada
waktu itu biaya pengemasan dapat mencapai 65% dari biaya produksi.
Melihat itu, Tirto Utomo kemudian menyetujui ide Willy untuk
menggabungkan pabrik botol dengan bisnis air mineralnya yang bernama PT.
Tirta Graha Parama.
Saat ini, keluarga Tirto Utomo bukan lagi pemegang saham mayoritas
karena sejak tahun 1996 perusahaan makanan asal Prancis Danone menguasai
saham mayoritas, sedangkan saham keluarga ‘tinggal’ 26 persen. Meskipun
demikian, Willy Sidharta, yang merupakan anak kandung dari Tirto Utomo
sendiri, memegang jabatan direktur dalam perusahaan tersebut. Pilihan
bergabung dengan perusahaan multinasional diakui membuat langkah Aqua
semakin lincah. Ketatnya persaingan industri air mineral menuntut
upaya-upaya agresif. Sejak itu, terjadi perubahan besar dalam manajemen
Aqua. Dalam produksi, Aqua juga melonjak tajam, dari 1 miliar liter
sekarang mencapai 3.5 miliar liter. Aqua menguasai 40% pangsa pasar air
mineral di dalam negeri.
“Banyak orang mengira bahwa memproduksi air kemasan adalah hal yang mudah. Mereka pikir yang dilakukan hanyalah memasukkan air kran ke dalam botol. Sebetulnya, tantangannya adalah membuat air yang terbaik, mengemasnya dalam botol yang baik dan menyampaikannya ke konsumen.” Kata Tirto Utomo.
Tirto
Utomo memang sudah wafat pada tahun 1994 namun prestasi Aqua sebagai
produsen air minum dengan merek tunggal terbesar di dunia tetap
dipertahankan sampai sekarang.
Bob Sadino
Bob Sadino
(Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang
pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan.
Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick.
Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan
pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir
dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari
lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu
berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena
saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Ciputra
Dengan nama lengkap Dr. Ir. Ciputra lahir di kota kecil Parigi, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Agustus 1931 dengan nama Tjie Tjin Hoan, ia anak ke 3 dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio
yang juga berlatar belakang keluarga sederhana. Ketika berusia 12 tahun
ia kehilangan ayahnya yang meninggal di tahanan tentara pendudukan
Jepang karena tuduhan palsu dianggap mata-mata Belanda. Kepahitan masa
kecil telah menimbulkan tekad dan keputusan penting yaitu memiliki
cita-cita bersekolah di Pulau Jawa demi hari depan yang lebih baik,
bebas dari kemiskinan dan kemelaratan.
Akhirnya Dr. Ir. Ciputra
kecil kembali ke bangku sekolah walau terlambat. Ia terlambat karena
negara kita masih dalam suasana peperangan dengan tentara Belanda maupun
Jepang. Ia masuk kelas 3 SD di desa Bumbulan walau usianya sudah 12 tahun atau terlambat hampir 4 tahun. Ketika usianya 16 tahun lulus dari SD kemudian melanjutkan SMP di Gorontalo dan jenjang SMA di Manado setelah itu memasuki ITB jurusan arsitektur di Bandung. Terlambat tapi bukan berarti terhambat bukan..?
Keseluruhan pendidikan masa remaja Dr. Ir. Ciputra memang merupakan gabungan dari pendidikan yang akademis dan juga non akademis, di dalam kelas dan juga di luar kelas. Inilah yang dapat disebut sebagai sekolah kehidupan yang membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan utuh. Oleh karena itu tidak heran bila saat ini ia berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membangun manusia seutuhnya dan beberapa cirinya adalah membangun moral, mendorong kreativitas dan mendidik karakter-karakter mandiri siswa-siswinya.
Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti dijamahnya. Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki bisnis inti di sektor properti. Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnit bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya.
Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun 1960 Ciputra lulus dari ITB. Ke Jakarta…Kita harus ke Jakarta, sebab di sana banyak pekerjaan, ujarnya kepada Islamil Sofyan dan Budi Brasali. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu. Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara, Ciputra adalah berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu dirapatkan dengan Presiden Soekarno.
Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek monumental Ciputra di Jaya selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro Jay. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional yang handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir adalah Grup Ciputra. Jumlah seluruh anak usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47 dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi.
Keseluruhan pendidikan masa remaja Dr. Ir. Ciputra memang merupakan gabungan dari pendidikan yang akademis dan juga non akademis, di dalam kelas dan juga di luar kelas. Inilah yang dapat disebut sebagai sekolah kehidupan yang membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan utuh. Oleh karena itu tidak heran bila saat ini ia berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membangun manusia seutuhnya dan beberapa cirinya adalah membangun moral, mendorong kreativitas dan mendidik karakter-karakter mandiri siswa-siswinya.
Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti dijamahnya. Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki bisnis inti di sektor properti. Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnit bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya.
Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun 1960 Ciputra lulus dari ITB. Ke Jakarta…Kita harus ke Jakarta, sebab di sana banyak pekerjaan, ujarnya kepada Islamil Sofyan dan Budi Brasali. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu. Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara, Ciputra adalah berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu dirapatkan dengan Presiden Soekarno.
Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek monumental Ciputra di Jaya selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro Jay. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional yang handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir adalah Grup Ciputra. Jumlah seluruh anak usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47 dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi.
Fasilitas merupakan unsur ketiga dari 10 faktor yang menentukan kepuasan pelanggan. Konsumen harus dipuaskan dengan pengadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial selengkapnya. Tapi fasilitas itu tidak harus dibangun sekaligus pada tahap awal pengembangan. Jika fasilitas selengkapnya langsung dibangun, harga jual akan langsung tinggi. Ini tidak akan memberikan keuntungan kepada para pembeli pertama, selain juga merupakan resiko besar bagi pengembang. Ciputra memiliki saham di lima kelompok usaha (Grup Jaya, Grup Metropolitan, Grup Pondoh Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan Grup Ciputra). Dari Kelima kelompok usaha itu, Ciputra tidak menutupi bahwa sebenarnya ia meletakkan loyalitasnya yang pertama kepada Jaya. Pertama, karena ia hampir identik dengan Jaya. Dari sinilah jaringan bisnis propertinya dimulai. Sejak perusahaan itu dibentuk tahun 1961, Ciputra duduk dalam jajaran direksinya selama 35 tahun: 3 tahun pertama sebagai direktur dan 32 tahun sebagai direktur utama, hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1996 lalu dan menjadi komisaris aktif. Kedua, adalah kenyataan bahwa setelah Pemda DKI, Ciputra adalah pemegang saham terbesar di Jaya.
PT Metropolitan Development adalah perusahaannya yang ia bentuk tahun 1970 bersama Ismail Sofyan, Budi Brasali, dan beberapa mitra lainnya. Kelompok usaha Ciputra ketiga adalah Grup Pondok Indah (PT Metropolitan Kencana) yang merupakan usaha patungan antara PT Metropolitan Development dan PT Waringin Kencana milik Sudwikatmono dan Sudono Salim. Grup ini antara lain mengembangkan Perumahan Pondok Indah dan Pantai Indah Kapuk. Kelompok usaha yang keempat adalah PT Bumi Serpong Damai, yang didirikan awal tahun 1980-an. Perusahaan ini merupakan konsorsium 10 pengusaha terkemuka – antara lain Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaya, Sudwikatmono, Ciputra dan Grup Jaya – yang mengembangkan proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai seluas 6.000 hektar, proyek jalan tol BSD – Bintaro Pondok Indah, dan lapangan golf Damai Indah Golf.

Grup Ciputra adalah kelompok usahanya yang Kelima. Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang pada awal tahun 1990 diakui sisi seluruh sahamnya dan namanya diubah menjadi Ciputra Development (CD). Ciputra menjadi dirutnya dan keenam jajaran direksinya diisi oleh anak dan menantu Ciputra. Pertumbuhan Ciputra Development belakangan terasa menonjol dibandingkan keempat kelompok usaha Ciputra lainnya. Dengan usia paling muda, CD justru yang pertama go public di pasar modal pada Maret 1994. Baru beberapa bulan kemudian Jaya Real properti menyusul. Total aktiva CD pada Desember 1996 lalu berkisar Rp. 2,85 triliun, dengan laba pada tahun yang sama mencapai Rp. 131,44 miliar. CD kini memiliki 4 proyek skala luas: Perumahan Citra 455 Ha, Citraraya Kota Nuansa Seni di Tangerang seluas 1.000 Ha, Citraraya Surabaya 1.000 Ha, dan Citra Indah Jonggol. 1.000 Ha. Belum lagi proyek-proyek hotel dan mal yang dikembangkannya, seperti Hotel dan Mal Ciputra, serta super blok seluas 14,5 hektar di Kuningan Jakarta. Grup Ciputra juga mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pembangunannya diproyeksikan selama 30 tahun dengan total investasi US$2,5 miliar.
Selain itu, CD juga menerjuni bisnis keuangan melalui Bank Ciputra, dan bisnis broker melalui waralaba Century 21.
Sejak beberapa tahun lalu, Ciputra menyatakan Kelima grup usahanya – terutama untuk proyek-proyek propertinya – ke dalam sebuah aliansi pemasaran. Aliansi itu semula diberi nama Sang Pelopor, tapi kini telah diubah menjadi si Pengembang. “Nama Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri,” ujar Ciputra tentang perubahan nama itu.
Ny. Mutiara Djokosoetono - Pendiri Taksi Blue Bird
Bagi warga Jakarta sudah pasti
mengenal Taksi Blue Bird, ya sebuah armada taksi yang banyak bersleweran
di kota jakarta, dan sudah merupakan salah jenis kendaraan yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat di ibukota Jakarta. Pendiri Taksi Blue Bird adalah seorang perempuan pejuang dari Malang bernama Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono
yang dilahirkan di Malang pada 17 Oktober 1921. Berasal dari keluarga
berada, namun pada usia 5 tahun keluarganya bangkrut. Kehidupan berubah
drastis. Dari seorang gadis cilik yang dikelilingi fasilitas hidup naik
kemudian menjadi miskin. ia kemudian meniti bangku sekolah dalam
kesederhanaan luar biasa. Banyak hal yang mencirikan kesederhanaan hidup
Bu Djoko semasa kecil. Makanan yang tak pernah cukup, pakaian seadanya,
tak pernah ada uang jajan. Hidup betul-betul bertumpu pada kekuatan
untuk tabah. Menginjak remaja ketegaran semakin terasah. Ia bertekad
memperkaya diri dengan ilmu dan kepintaran. Di saat yang sulit itu ia
berusaha merengkuh bahagia diantaranya banyak membaca kisah-kisah
inspiratif yang diperoleh dengan meminjam. Salah satu kisah legendaris
yang selalu menghiburnya adalah "Kisah Burung Biru" atau "The Bird
Happiness". Kisah tersebut dilahap berkali-kali dan selalu membakar
semangatnya, penabur inspirasi dan pemacu cita-citanya.Bu Djoko remaja menyelesaikan pendidikan HBS di tahun 30-an dan kemudian lulus Sekolah Guru Belanda atau Europese Kweekschool. Dengan tekad yang kuat ia meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke Jakarta. Dan berhasil masuk Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan menumpang di rumah pamannya di Menteng. Kemudian jalan hidup membawa berkenalan dengan Djokosoetono, dosen yang mengajarnya, yang juga pendiri serta Guberbur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Laki-laki itulah yang menikahinya selagi Bu Dkoko masih kuliah. Hingga dikaruniai 3 anak yaitu Chandra Suharto, Mintarsih Lestiani, dan Purnomo Prawiro. Sepanjang dasawarsa 50-an, Bu Djoko bersama keluarga melewatkan kehidupan yang sangat sederhana. Setelah lulus dari FHUI tahun 1952 dan langsung bekerja sebagai dosen di FHUI dan PTIK. Mereka kemudian menempati rumah dinas atas pekerjaan suaminya di jalan HOS Cokroaminoto Nomor 107, Menteng. Mereka dikepung oleh lingkungan yang mewah dan orang-orang dengan kemapanan materi di atas rata-rata. Sementara keluarga Djokosoetono praktis hanya memiliki uang kebutuhan berjalan. Untuk menambah penghasilan keluarga, Bu Djoko berjualan batik door to door. Tak ada gengsi, tak ada malu, tak ada rasa takut direndahkan oleh sesama isteri pejabat tinggi. Semuanya dilakukan murni sebagai kepedulian isteri untuk membantu suami mencari nafkah.
Namun penjualan batik yang sempat sukses kemudian menurun. Hingga Bu Djoko beralih kemudi berusaha telur di depan rumahnya. Realita berjualan telur menjadi pilihan bisnis yang brilian masa itu. Saat itu telur belum sepopuler sekarang. Masih dianggap bahan makanan ekslusif yang hanya dikonsumsi orang-orang menengah ke atas. Dengan lincah Bu Djoko mencari pemasok telur terbaik di Kebumen. Perlahan-lahan usaha telur Bu Djoko dan keluarga terus meningkat. Kegembiraan akan keberhasilan usaha menjadi berkabut lantaran kesedihan memikirkan sakit Pak Djoko meski pemerintah memberikan bantuan penuh untuk biaya perawatan Pak Djoko. Meski demikian, penyakit Pak Djoko tak kunjung sembuh, sampai akhirnya pada tanggal 6 September 1965 beliau wafat. Tak berapa lama setelah kepergian Pak Djoko, PTIK dan PTHM memberi kabar yang cukup menghibur keluarga. Mereka mendapatkan dua buah mobil bekas, sedan Opel dan Mercedes. Disinilah embrio lahirnya Taksi Blue Bird.
Inilah fase yang penting dalam sejarah kelahiran Blue Bird. Yakni ketika Bu Djoko menatap memulai bisnis taksi dalam rancangan idealisme yang ia buat. Walau bermodal dua mobil saja, tapi visinya sudah jauh ke depan. Dibantu ketiga anak dan menantu maka dimulailah usaha taksi gelap Bu Djoko. Uniknya usaha taksi terebut menggunakan penentuan tarif sistem meter yang kala itu belum ada di Jakarta. Untuk order taksi, ia menggunakan nomor telefon rumahnya. Karena Chandra ditugaskan menerima telepon dari pelanggan maka orang-orang menamakan taksi itu sebagai Taksi Chandra. Taksi Chandra yang hanya dua sedan itu kemudian melesat popular di lingkungan Menteng karena pelayanan yang luar biasa. Order muncul tanpa henti. Dari hasil keuntungan saat itu, BU Djoko bisa membeli mobil lagi. Kombinasi antara Bu Djoko yang berdisiplin tinggi dan penuh passion dalam menjalankan usahanya berpadu harmonis dengan pembawaan Chandra yang cermat dan tenang. Semua problem dalam menjalani usaha taksi dibawa dalam rapat keluarga untuk dicari solusinya.
Permintaan akan Taksi Chandra terus mengalir. Usaha yang semula ditujukan untuk menjaga kestabilan ekonomi keluarga, kemudian berkembang menjadi bisnis yang amat serius. Beberapa mobil yang telah dimiliki dirasa kurang mencukupi. Titik layanan kian melebar, tak hanya di daerah Menteng, tebet, Kabayoran Baru dan wilayah-wilayah di Jakarta Pusat, tapi juga sampai ke Jakarta Timur, Barat dan Utara. Di era akhir dlamiah keluarga Bu Djoko tengah mempersiapkan asawarsa 60-an secara alamiah memasuki babak baru yang sangat penting. Sebuah fase dimana kehidupan berbisnis tidak lagi sekedar “aktivitas keluarga” untuk emnambah rezeki. Pada tahun-tahun menjelang 1970 relaita membuktikan bahwa mereka mampu memebsarkan armada dan mendulang keuntungan yang signifikan. Mereka bisa menambah jumlah mobil sendiri lebih dari 60 buah.
Bu Djoko tidak berminat bergabung. Ia lebih berpikir untuk mencari jalan bagi kemandirian bisnisnya. Tak ada jalan lain untuk menghubungi Bank. Yang terjadi kemudiana dalah sentuhan invicible hand yang bekerja dalam memudahkan Bu Djoko mendapat pinjaman Bank. Mantan murid suaminya dengan cepat membantu memuluskan proses di Bank dan pinjaman pun mengalir.Bagi Bu Djoko suatu yang sangat luar biasa. Di atas kertas sulit mendapatkan dana yang mencukupi untuk membeli 100 mobil. Tapi saat itu dia bisa! Di tahun itu pula Bu Djoko dan anak-anaknya bersiap mencari nama dan logo taksi. Taksi Chandra tetap dijalankan sebagai taksi per jam atau hourly. Sementara taksi baru di bawah PT Sewindu Taxi segera disiapkan namanya. Ide lagi-lagi datang dari Bu Djoko, hingga diberilah nama taksi Blue Bird. Dengan logo sederhana berupa siluet burung berwarna biru tua yang sedang melesat, hasil karya pematung Hartono. Logo itu seperti pencapaian yang membuktikan bahwa ia mampu menghidupkan cita-cita yang diteladankan kisah The Bird of Happiness.
Pada tanggal 1 Mei 1972, jalan-jalan di Jakarta mulai diwarnai taksi-taksi berwarna biru dengan logo burung yang tengah melesat. Taksi itu mencerminkan semangat jerih dan idealisme yang dikobarkan Bu Djoko. Bersama tim di PT. Sewindu Taxi, Ournomo pun mantap menjalankan tugas operasional perusahaan. Bisa dikatakan tahun-tahun 70-an merupakan masa penggodokan idealisme Blue Bird. Dalam kesederhanaan Bu Djoko memimpin perjalanan besar membawa Blue Bird siap mengarungi zaman. Dia menanamkan kepada awak angkutan bagaimana menumbuhkan sense of belonging yang tinggi terhadap Blue Bird dengan menjadi "serdadu-serdadu" tangguh dan penuh pengorbanan. Mereka menikmati masa-masa sangat bersahaja dimana teknologi sama sekali belum menyentuh Blue Bird. Di paruh kedua dasawarsa 70-an, kekuatan armada Blue Bird telah bertambah menjadi sekitar 200 lebih taksi. Pengelolaan yang sangat rapid an manajemen keluarga yangs ehat memungkinkan PT. Sewindu Taxi yang menaungi Blue Bird menambah armadanya. Mobil-mobil tersebut ditempatkan di dua pool yanga da, di jalan Garuda, Kemayoran dan di jalan Mampang Prapatan. Purnomo dipercaya untuk memimpin Blue Bird sebagai ditektur operasional, setelah sang kakak Chandra fokus di PTIK.
Setelah melewati tahun-tahun yang berat dalam menegakkan idealism di era 70-an, dasawarsa selanjutnya mulai disinari optimism yang lebih kuat. Nilai-nilai dan prinsip Blue Bird yang ditancapkan Bu Djoko telah berakar dan menghasilkan batang serta dahan yang sehat. Memasuki dasawarsa 80-an, Purnomo, Mintarsih dan Bu DJoko semakin memperkuat kekompakan. Chandra kadang-kadang ikut dalam diskusi selepas kesibukannya di PTIK. Sisa masalah dari tahun-tahun sebelumnya masih menjadi momok dan beberapa masalah krusial. Tapi Purnomo yang sudah dimatangkanoleh pengalaman era 70-an sudah jauh lebih percaya diri untuk menghadapi kesulitan di lapangan. Purnomo melewatkan tahun-tahun awal di dasawarsa 80-an dengan kerja uang luar biasa keras. Setelah 8 tahun bisa bertahan, wajah bisnis ini terlihat sangat jelas. Blue Bird bisa mengukur diri apakah mampu melanjutkan perjalanan atau tidak. Bu Djoko dan ketiga anaknya bertekad maju terus.
Pada tahun 1985, 13 tahun setelah Blue Bird lahir, armada bertambah gemuk, hamper mencapai 2.000 taksi. Keyakinan BU Djoko bahwa masyarakat perlahan tapi pasti akan mantap memilih Blue Bird dengan kualitas layanan proma dan sistem agrometer yang terpercaya akan terbentuk. Dan benar! Saat itulah muncul banyak taksi-taksi tanpa meteran. Ketika masyarakat memilih taksi meteran yang layak, pilihan jatuh pada Blue Bird yang telah mantap menjalankan sistem agrometer selama belasan tahun. Memasuki paruh kedua dasawarsa 80-an bisa dibilang Blue Bird terus memantapkan diri. Apresiasi masyarakat terbentuk, citra Blue Bird sebagai taksi ternyaman, teraman, dengan pengemudi yang santun telah dikenal luas dan menjadi suatu keyakinan yang mengakar. Inilah masa dimana operator Blue Bird sibuk melayani permintaan konsumen yang membeludak. Jumlah taksi terus bertambah mendekati 3.000 unit. Order terus meningkat. Blue Bird tak pelak menjadi pilihan para pemilik gedung-gedung seabagai taksi resmi di tempat mereka. Blue Bird berkibar di banyak titik penting di Jakarta.
Kemajuan demi kemajuan tak terbendung lagi di tubuh Blue Bird. Manajemen yang rapi, idelisme yang dijaga ketat, pengaturan finansial yang sangat matang dan strategi ekspansi yang arif, membuat langkah kemajuan Blue Bird begitu tertata dan sangat cantik. Perpaduan antara kekuatan karisma Bu Djoko, agresivitas dan kreativitas Purnomo, serta ketenangan strategi Chandra membuat Blue Bird di era 90-an menunjukkan perkembangan yang sehat. Faktor yang mempengaruhi kemajuan Blue Bird di era ini, tak pelak adalah kemajuan persepsi masyarakat. Sungguh tepat prediksi Bu Djoko tentang perusahaan taksi masa depan. Bahwa kelak di kemudian ahri, masyarakat akan mencari, membutuhkan, dan fanatic pada taksi yang teruji kualitas pelayanannya, aman, prima dan nayaman. Argometer yang dulu ajdi momok dan dianggap sebagai “mimpi di siang bolong” ternyata tak terbukti. Justru argometer yang dipakai Blue Bird menjadi standar paling fair yang dicari penumpang.
Inilah catatan penting dari perjuangan Bu Djoko dalam membidik sukses masa depan: kesabaran, teguh dalam prinsip, kepemimpinan yang tegas dan bijaksana serta profesionalisme. Setelah perjauangan berat di era 70-an dan 80-an, maka era 90-an memberikan Blue Bird Group manis buah yang manis. Perkembangan asset adalah hal yang paling menonjol jika membicarakan kemajuan Blue Bird di era 90-an. Jumlah taksi sebelum krismon mencapai hampir 5.000 mobil. Jumlah pool terus bertambah. Blue Bird pun berkembang di sejumlah Provinsi. Generasi 90-an akhirnya ikut merasakan bagaimana tegak di tengah kepungan terror pihak yang tak suka akan kehadiran Blue Bird. Sebuah inovasi baru juga dilakukan Blue Bird Group melalui peluncuran Silver Bird, executive taxi pada tahun 1993.
Tanggal 1 Mei 1997, Blue Bird juga meresmikan kelahiran Pusaka Group yang diniatkan menjadi generasi yang lebih segar dan dinamis dari armada taksi yang sudah ada. Hadirnya Pusaka Group yang menggulirkan taksi Cendrawasih dan Pusaka Nuri pada awalnya merupakan cita-cita Blue Bird untuk melahirkan generasi baru Blue Bird yang lebih modern. Sebagai perusahaan konservatif, Blue Bird sangat berhati-hati meluncurkan bisnis baru yang belum bisa dijamin nasib masa depannya. Maka mantaplah kemudian dilahirkan Pusaka Group sebagai anak perusahaan yang lebih dinamis, tidak konservatif, agresif bergerak di daerah dan dikelola murni oleh keluarga Bu Djoko. Pusaka Group ternyata menunjukkan keberhasilannya. Selanjutnya didirikan Golden Bird yang beroperasi di Bali. Diikuti daerah-daerah lain seperti Surabaya, Bandung, Manado, Medan, Palembang, dan Lombok.
Di dasawarsa 90-an kesehatan Bu Djoko merosot akibat serangan kanker paru-paru. Sosoknya bersemangat tak merasa tersudutkan oleh penyakitnya. Sambil terus memimpin perusahaannya, Bu Djoko menyediakan banyak waktu, perhatian dan tenaga untuk menyembuhkan penyakitnya. Tapi kanker paru-paru yang ddideritanya terlalu buas untuk tubuhnya yang semakin menua. Pada tanggal 10 Juni tahun 2000 ia menutup mata di RS Medistra. Sang Burung Biru itu telah pergi. Tapi ia meninggalkan sesuatu yang tak pernah terhapus waktu. Semangat murninya tidak hanya tersimpan di ahti anak-anak dan cucunya, tapi juga mengalir di segenap batin puluhan ribu karyawannya, mengudara di gedung-gedung dan pool Blue Bird dan melesat bersma taksi-taksi Blue Bird yang melintas di jalan-jalan. Blue Bird di era Millenium bagaikan burung yang terbang tinggi, melebarkan kepak sayapnya dan merambah cakrawala luas. Kehadiran para cucu, emningkatnya pengalaman Chandra dan Purnomo dan semangkin tingginya jam terbang karyawan membuat perusahaan ini terbaik di bidangnya. Pada dasawarsa keempat Blue Bird berjuang melintasi era teknologi canggih dan berusaha luwes.

Bong Chandra
Sebuah Sukses Pengusaha Muda
sebagai Pengembang Properti. Pada usia 22 tahun, Bong Chandra telah
berhasil membangun perumahan pertama proyek 5 hektar dengan nilai
investasi Rp 180 miliar. Ia juga seorang penulis dan seorang Bestseller
Motivator yang telah diundang untuk memberikan motivasi Perusahaan
Terbesar di Dunia pada tahun 2009 (versi Fortune 500). Pada tulisan ini,
Bong Chandra telah memberikan motivasi kepada lebih dari 2 juta orang
di seluruh Indonesia.
Bong Chandra adalah anak kedua dari tiga bersaudara, lahir di
Jakarta, 25 Oktober 1987. Bong Chandra lahir di sebuah keluarga
sederhana dan segala sesuatu selalu terpenuhi. Sejak kecil sampai SMA
tidak ada prestasi yang telah dicapai Bong chandra. Dia sebelumnya
adalah inferior dan tidak memiliki banyak teman, kecilnya, dan menderita
penyakit asma membuatnya merasa lebih kecil. Dia juga tidak pernah
mendapatkan piala 1 meskipun, dan tidak pernah memenangkan perlombaan
dan kompetisi.
Hal ini lebih diperparah ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada
tahun 1998. Pada saat itu, keluarga Bong Chandra kebangkrutan. Awalnya
Bong Chandra tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia mulai menyadari ketika
melihat sendiri dipasang pengumuman bahwa rumah ini “TERJUAL”. Situasi
menjadi semakin buruk ketika keluarganya harus berutang ribuan dolar
untuk membayar kuliah nya.
Situasi ini sangat sulit untuk benar-benar membentuk Bong Chandra
menjadi seorang pemuda yang lebih kuat daripada usianya. Pada usia 18
tahun, Bong Chandra memulai usahanya dengan teman – teman. Dalam bisnis
perintis saat itu, Bong Chandra banyak mendapatkan hinaan dan comooh
dari orang di sekitarnya. Dengan sepeda motor babak belur, ia terus
merintis hari kerja dan malam. Pergi keluar kota saja, naik dalam ransum
yang sangat sederhana untuk makan siang hanya $ 1.200. Hujan dan panas
biasanya diderita oleh Bong Chandra.
Penolakan – penolakan yang dihadapi oleh ia membuatnya tumbuh menjadi lebih kuat. Orang-orang yang meremehkan
dan menolaknya sebelum benar-benar melemparkan kayu ke dalam bara api
pembakaran. Alih – agak turun, Bong Chandra harus merasa tertantang
untuk membuktikan kepada mereka yang meragukan. Sekarang Bong Chandra
telah terbukti prestasi yang luar biasa bagi orang – orang yang
digunakan untuk memiliki keraguan.
Saat ini Bong Chandra telah memimpin enam perusahaan dan mengawasi
karyawan staf 250, antara lain, PT. Triniti Pioneer Property, PT. Bong
Chandra Sukses Sistem, PT. Gratis Cuci Mobil Indonesia, dan PT BC
Kuliner Indonesia. Bong Chandra juga merupakan Pengembang yang juga
telah selesai membangun bernama Ubud Perumahan Desa di wilayah Jakarta
Selatan 5,1 hektar dengan investasi sebesar Rp 180 miliar.
Bong Chandra juga penulis Kekayaan Best Seller terbatas yang saat ini
terjual hampir 100.000 eksemplar. 100% dari penjualan buku akan royati
dsumbangkan ke Vincent Yayasan Jakarta Pusat, selain Bong Chandra juga
menulis buku lain berjudul The Science of Luck yang juga Best Seller.
Dia juga memberikan motivasi kepada lebih dari 2 juta orang di TV
ONE. Seminar selalu dihadiri oleh ribuan orang, sejak awal 2010, Bong
Chandra telah mengadakan seminar 10x masing2 3000 orang menghadiri.
Pada tahun 2009 diundang untuk memberikan motivasi di Perusahaan Terbesar di Dunia
(versi Fortune 500). Bong Chandra juga telah diundang oleh beberapa
perusahaan seperti Shell, Bank BRI, Bank Mandiri, Panin, Commonwealth,
Yamaha, Ciputra Group, PLN, Gramedia, Prudential, Sunlife, CNI, TVS
Motor, TVI, Real Estate Indonesia, dan masih banyak lagi .
Semua prestasi di awal utang bahkan NOL. Ini membuktikan bahwa hal
yang paling penting adalah bukan siapa Anda, tetapi apa yang Anda
inginkan besok.
Basrizal Koto
Basrizal Koto (lahir di Pariaman, Sumatera Barat pada tahun 1959)
adalah pengusaha sukses dari Sumatera Barat, Indonesia. Basrizal atau
yang biasa disebut Basko sukses berbisnis di banyak bidang, seperti:
media, percetakan, pertambangan, peternakan, perhotelan properti
Kehidupan
Basko lahir di desa Field, Pariaman dari pasangan Ali Absyar dan
Djaninar. Masa kecilnya sangat pahit, yang Basko merasa hanya makan
sekali sehari, di mana untuk makan sehari-hari ibu harus meminjam beras
ke tetangga. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani yang mengolah gabah.
Karena hidup sulit, ia meninggalkan ayahnya yang pergi bermigrasi ke
Riau. Sang ibu telah memanggil ketabahan dalam menghadapi kehidupan
selalu hati Amak imprint.
Meski sempat di sekolah sampai kelas lima, kisah para pengusaha sukses ini akhirnya menyimpulkan bahwa kemiskinan harus diperangi tidak untuk dinikmati. Izin dari ibunya, ia juga memilih untuk pergi merantau ke Riau dibanding bersekolah. Sebelum pergi, ia mengatakan kepadanya untuk menerapkan 3 K dalam hidup, yang sangat pandai berkomunikasi, manfaatkan peluang dan kemungkinan, serta bekerja dengan komitmen yang tinggi. 3 K yang ia diterapkan dalam bisnis. Hal pertama yang ia lakukan adalah datang ke terminal luar negeri setelah fajar untuk mencari pekerjaan untuk menjadi konduktor. Berkat kemampuannya berkomunikasi, maka hari pertama dia mampu membantu pengemudi oplet. Ketika Anda pertama kali menjadi konduktor, ia bekerja siang dan malam untuk memungkinkan rumah sewa menyewa untuk menampung keluarga.
Perjalanan Bisnis
Basko akal dan visioner yang memulai bisnis dengan menjual pisang. Meskipun tidak ada uang tetapi dengan kepercayaan, pete yang belum dibayar dibawa ke restoran Padang dan dijual dengan perbedaan harga yang lebih tinggi. Hidupnya penuh warna dan keinginan untuk mengubah nasib dirinya mencoba berbagai profesi mulai dari konduktor, driver, pembangun, penjahit sampai menjadi dealer mobil.
Terampil komunikasi, jaringan, menepati janji, dan menjaga kepercayaan akhirnya membawa kesuksesan untuk menaklukkan kemiskinan, membangun kerajaan bisnis, dan menciptakan lapangan kerja. Jumlah perusahaan yang manajemen kini telah mencapai 15 perusahaan, dan sejak 2006 dia juga terjun ke bisnis pertambangan batu bara di Riau, menyediakan TV kabel dan layanan internet di Sumatera.
Beberapa perusahaan yang masuk Grup MCB miliknya adalah PT Basko Minang Plaza (pusat perbelanjaan), PT Cerya Riau Diri Printing (CRMP) (pencetakan), PT Cerya Zico Utama (properti), PT Jaya Bastara Muda (tambang batubara), PT Riau Agro Mandiri (penggemukan, impor dan ekspor ternak), PT Agro Mandiri Riau Perkasa (pembibitan, pengalengan daging), PT Indonesian Mesh Network (TV kabel dan Internet), dan PT Hotel Best Western dan sekarang berganti nama menjadi Premier Basko Hotel Padang. Dia juga memiliki anak. Premier Basko Hotel Padang sebuah hotel bintang lima terdiri dari 180 kamar yang beroperasi di Padang, Sumatera Barat. Proyek yang saat ini sedang berlangsung bersama dengan kota Pekanbaru Superblok Kota Riau Riau Hijau terletak di jantung kota Pekanbaru berdiri di lahan seluas 2 hektar dengan konsep superblok yang terdiri dari 7 lantai dan 3 Centre Tower Shopping masing Tower Apartment , Tower Condotel / Condominium Hotel dan Office Tower 1.
Kehidupan
Basko lahir di desa Field, Pariaman dari pasangan Ali Absyar dan
Djaninar. Masa kecilnya sangat pahit, yang Basko merasa hanya makan
sekali sehari, di mana untuk makan sehari-hari ibu harus meminjam beras
ke tetangga. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani yang mengolah gabah.
Karena hidup sulit, ia meninggalkan ayahnya yang pergi bermigrasi ke
Riau. Sang ibu telah memanggil ketabahan dalam menghadapi kehidupan
selalu hati Amak imprint.Meski sempat di sekolah sampai kelas lima, kisah para pengusaha sukses ini akhirnya menyimpulkan bahwa kemiskinan harus diperangi tidak untuk dinikmati. Izin dari ibunya, ia juga memilih untuk pergi merantau ke Riau dibanding bersekolah. Sebelum pergi, ia mengatakan kepadanya untuk menerapkan 3 K dalam hidup, yang sangat pandai berkomunikasi, manfaatkan peluang dan kemungkinan, serta bekerja dengan komitmen yang tinggi. 3 K yang ia diterapkan dalam bisnis. Hal pertama yang ia lakukan adalah datang ke terminal luar negeri setelah fajar untuk mencari pekerjaan untuk menjadi konduktor. Berkat kemampuannya berkomunikasi, maka hari pertama dia mampu membantu pengemudi oplet. Ketika Anda pertama kali menjadi konduktor, ia bekerja siang dan malam untuk memungkinkan rumah sewa menyewa untuk menampung keluarga.
Perjalanan Bisnis
Basko akal dan visioner yang memulai bisnis dengan menjual pisang. Meskipun tidak ada uang tetapi dengan kepercayaan, pete yang belum dibayar dibawa ke restoran Padang dan dijual dengan perbedaan harga yang lebih tinggi. Hidupnya penuh warna dan keinginan untuk mengubah nasib dirinya mencoba berbagai profesi mulai dari konduktor, driver, pembangun, penjahit sampai menjadi dealer mobil.
Terampil komunikasi, jaringan, menepati janji, dan menjaga kepercayaan akhirnya membawa kesuksesan untuk menaklukkan kemiskinan, membangun kerajaan bisnis, dan menciptakan lapangan kerja. Jumlah perusahaan yang manajemen kini telah mencapai 15 perusahaan, dan sejak 2006 dia juga terjun ke bisnis pertambangan batu bara di Riau, menyediakan TV kabel dan layanan internet di Sumatera.
Beberapa perusahaan yang masuk Grup MCB miliknya adalah PT Basko Minang Plaza (pusat perbelanjaan), PT Cerya Riau Diri Printing (CRMP) (pencetakan), PT Cerya Zico Utama (properti), PT Jaya Bastara Muda (tambang batubara), PT Riau Agro Mandiri (penggemukan, impor dan ekspor ternak), PT Agro Mandiri Riau Perkasa (pembibitan, pengalengan daging), PT Indonesian Mesh Network (TV kabel dan Internet), dan PT Hotel Best Western dan sekarang berganti nama menjadi Premier Basko Hotel Padang. Dia juga memiliki anak. Premier Basko Hotel Padang sebuah hotel bintang lima terdiri dari 180 kamar yang beroperasi di Padang, Sumatera Barat. Proyek yang saat ini sedang berlangsung bersama dengan kota Pekanbaru Superblok Kota Riau Riau Hijau terletak di jantung kota Pekanbaru berdiri di lahan seluas 2 hektar dengan konsep superblok yang terdiri dari 7 lantai dan 3 Centre Tower Shopping masing Tower Apartment , Tower Condotel / Condominium Hotel dan Office Tower 1.
Keuntungan dari akuisisi Novus, perusahaan minyak Australia sekitar Rp 192 triliun pembelian Stanvac Rp 54 TriliunArifin Panigoro, lahir di London 14 Maret 1945, merobek mahir cita-cita atau kain tenun kapas rapi hanya dengan tangan kosong sambil membantu ayah menjual di toko Jalan Braga Bandung. Rasa Keyakinan (PD) dalam bisnis yang berhubungan dengan kegiatan olahraga basket, karate, dan terjun payung adalah hobi.
Prinsip-prinsip yang sangat sederhana dalam meningkatkan Medco antara lain:
1. Lainnya Pantang mengambil rezeki
Ketika penawaran untuk sebuah perusahaan mitra lokal asing, sudah masuk usulan pertama dari perusahaan lain, sebenarnya ingin Rewind, tapi menawarkan sudah masuk dan dinyatakan Perusahaan asing menang karena itu sosok yang lebih akrab AP. Karena tidak sepegetahuan buruk dan tidak ada pihak asing, akhirnya AP bersama dengan penawar pertama dan keuntungan 100% untuk bidder pertama sebelumnya. Mitra tersebut terkejut, kan?. Yess ….. menjawab.
2. Semangat nomor satu.
Membangun kepercayaan dengan kejujuran: Jujur adalah abadi, yang berarti dari pepatah Belanda “Eerlijk duurt’t langst Prinsip yang harus menjalankan bisnis.
3. Merintis Baru Binis
a. Stanvac Nilai Aset yang dimiliki (Mobil Oil dan Exxon Mobil) pada sebuah ladang minyak di Sumatera Selatan bumi sebesar US $ 60 juta, mala dibeli seharga US $ 85 juta untuk menutup perhitungan titik (BEP) jika minyak muncrat 10 juta barel, adalah konten dibuktikan dengan 200 juta barel. Untungnya?. Menurut hitungan saya US $ 6 miliar atau Rp 54 triliun, yaitu: harga jual minyak mentah (US $ 60 barel) – Pengeboran Biaya (US $ 30 per barel) X 200 juta. Pertukaran Rp / US $ / Rp 9.000
b. Eksecutif perusahaan yang sebelumnya menjadi Medco kontraktor terkejut dan tidak bisa percaya setengah Medco mengikuti memenangkan tender dan pembelian (mengakuisisi) seluruh saham Novus, Australia berbasis perusahaan minyak yang memiliki 26 blok di daerah operasi tujuh negara: Indonesia (Kakap dan Brantas blok), Ausralia, USA Serikat, Oman, Uni Emirat Arab, Pakistan dan Filipina. Minyak Cadangan terbukti (yang dianggap penelitian pasti) sebelum 139 juta meningkat menjadi 209.900.000 barel. Jumlah cadangan terbukti dan yang tiba-tiba melonjak menjadi 851.700.000 barel. Apa manfaatnya?.
Hampir Rp 192 triliun.
4. Banyak kawan-kawan,
Juta kawan masih kurang, musuh kebanyakan. Mencari teman lebih sulit daripada membuat musuh, sehingga prinsip kehidupan.
5. Net Working dan Trust:
Setelah jatuhnya Presiden Soeharto, AP aktif di Partai Demokrat Perjuangan (PDIP), AP pasti sangat dekat dengan Presiden Megawati, di depan Medco manajer saya mengatakan “itu, s waktu kita sekarang”, yang nyana, mereka segera menolaknya dengan keras. Tidak ada korupsi Dude … sehingga untuk berbicara manajer Nya mengatakan.
6. Mengerahkan Duty, Masalah Wajah, Tidak ingin ngemplang.
Medco harus menghadapi masalah utang untuk membiayai akuisisi Mangistaumunaigaz ladang minyak di Kazakhstan, fraksi Negara Rusia. Hal ini terjadi karena krisis dan harga minyak jatuh di bawah US $ 10 per barel. Dalam utang restrukturasasi proses, ada kasus yang jarang terjadi ketika membahas utang dengan Credit Suisse First Boston (CSFB) dipimpin David Matlin, Direktur Distress Pasar Utang. Negosiasi yang seharusnya selesai empat hari di atas meja dapur malam itu. “Jika Anda perlu cek dari US $ 270 juta, saya akan memberikannya kepada Anda sekarang, “kata David Matlin.
Kesuksesan data pengusaha sukses ini membeli kembali saham dari tangan orang-orang lain di 2006 dibahas secara rinci oleh Harvard Business School dan menyimpulkan bahwa itu bukan hanya karena kegigihan keluarga Arifin Panigoro, tetapi karena kepercayaan di kalangan investor terhadap kelas dunia perusahaan swasta dari Indonesia yang datang keluar dari krisis.
Februari 2008, AP berbicara di depan mahasiswa di Harvard Business School tentang studi kasus “Entrepreneuship dan Bisnis Keluarga”. Diskusi kasus keberhasilan suatu perusahaan sering terjadi di Harvard, tetapi hanya kali ini disampaikan langsung oleh pemilik dan mungkin dari Indonesia baru AP seperti itu di sini.
Sebagai rasa tanggung jawab sosial dan bisnis kecurangan bantuan prinsip Direktur kecil Grameen Bank Muhammad Yunus, Bangladesh, Medco kerjasama dengan Pemerintah Merauke, yang disebut “Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) dengan tujuan membawa potensi Merauke untuk menjadi lumbung dan enegy terintegrasi. Potensi komoditas dapat tumbuh terdiri dari: padi, jagung, kedelai, sorgum gula, tebu dan tanaman lainnya. Proyek ini melibatkan masyarakat lokal dengan mengakui hak adat dan membuat masyarakat sebagai pemegang saham
Sumber: BISNIS IS (tidak) MUDAH
Dalam jangka waktu tidak lebih dari 2 jam, saya membaca sebuah tak berkedip Buku “Pengalaman dan Pemikiran Arifin Panigoro” Boss Medco Energi, sebuah perusahaan pribumi yang terlibat dalam minyak dan gas, daerah operasi telah menembus setiap benua di dunia: Amerika, Eropa, Australia, Afrika dan tentu saja Asia.
Membaca buku ini seperti menonton pertujukan Srimulat dan Symphony Orchestra, buku ini menceritakan kisah data pengusaha sukses ini kiat-kiatnya menjadi sukses, yang ditulis dalam sangat turun ke bumi dan cerdas sebagai Srimulat dengan celetuk-celetukannya membuat saya tersenyum.
Pada akhir tulisan seperti Orchestra Symphony dengan satu atau dua Ketukan piano, aku emosi bawah, drifting, diam dan berdoa niat itu dan langkah-langkah yang telah diambil untuk berkontribusi pada orang muda serta krisis Energi, Pangan dan Swasembada Lingkungan dengan membangun pertanian terpadu pada lahan di Merauke dari 4,5 juta hektar.
Chairul Tanjung
Chairul Tanjung lahir di Jakarta, 16 Juni 1962, dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung
adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah
kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika
Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena
berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut
memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen
yang sempiDia merupakan adalah pengusaha asal Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya, Para Group, Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985. Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.
Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega. Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).
Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara dibidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans 7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio. Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp. membeli sebagian besar saham Carefour, yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.
Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar.
Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki rekanan (partner) dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting. Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Menurut Chairul, modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Baginya, kemauan dan kerja keras harus dimiliki seseorang yang ingin sukses berbisnis. Namun mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Baginya, membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring (networking) dalam menjalankan bisnis.
Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil jalan seketika (instant), karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Membangun integritas adalah penting bagi Chairul. Adalah manusiawi ketika berusaha,sesorang ingin segera mendapatkan hasilnya. Tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.
Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki rekanan (partner) dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting. Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Menurut Chairul, modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Baginya, kemauan dan kerja keras harus dimiliki seseorang yang ingin sukses berbisnis. Namun mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Baginya, membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring (networking) dalam menjalankan bisnis.
Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil jalan seketika (instant), karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Membangun integritas adalah penting bagi Chairul. Adalah manusiawi ketika berusaha,sesorang ingin segera mendapatkan hasilnya. Tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.
Salahuddin Uno
Pemegang saham PT Adaro Energy Tbk, yang juga presiden direktur PT
Saratoga Investama Sedaya yang dimasukkan dalam urutan 58 dari 150 orang
terkaya di tahun 2009 Globe Asia. Pengusaha sukses sebelum usia 40
tahun ia menjabat sebagai ketua Asosiasi Pengusaha Muda Indonesia
(HIPMI) untuk periode 2005-2008, aktif di Kamar Dagang Indonesia dan
Industri (Kadin), anggota KEN (Komite Ekonomi Nasional) dan Bendahara
ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).Sandiaga Salahuddin Uno lahir di Rumbai, Riau pada tanggal 28 Juni 1969. Pria yang kerap disapa Sandi ini adalah anak Henk pasangan dan Mien R Uno. Sebelum dikenal sebagai seorang pengusaha sukses, seperti sekarang, Sandi memajukan karirnya sebagai seorang pekerja kantor. Setelah lulus dari Wichita State University, Amerika Serikat, dengan pujian summa cum laude, pada tahun 1990 ia mendapat kepercayaan dari perintis William Soeryadjaja Astra Group untuk bergabung sebagai karyawan Bank Summa. Itu adalah awal dari sejarah bekerja dengan keluarga taipan.
Tahun baru kerja, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di George Washington University, Amerika Serikat dan lulus dengan IPK 4,00 kumulatif. Kemudian, pada tahun 1993 ia bergabung dengan Investasi Seapower Asia Limited di Singapura serta manajer investasi di MP Grup Holding Limited sejak tahun 1994. Setahun kemudian, ia pindah ke NTI Resources Ltd di Kanada dan menjabat sebagai Wakil Presiden Eksekutif.
Menghasilkan ketika mencapai US $ 8.000 per bulan. Sayangnya, keberhasilan menikmati baru tiga-tahun di topping perusahaan, ia harus rela tersingkir dari kursi dari badai krisis moneter pada tahun 1998 empuknya yang menyebabkan NTI Resources Ltd bangkrut. Semua susah payah tabungan diinvestasikan di pasar saham juga membantu terdampar oleh runtuhnya pasar saham global.
Tidak menguntungkan kondisi pertumbuhan yang membuatnya tidak mungkin lagi untuk terus bertahan di tanah sehingga ia memutuskan untuk kembali ke negara itu. Sesampainya di Indonesia, karena tidak mampu membayar sewa, dia terpaksa pindah dengan orang tuanya. Situasi dibuat hampir putus asa.
Di tengah kegamangannya, ia mulai berpikir bahwa dia tidak ingin menjadi seorang karyawan lagi karena tidak bisa mandiri secara finansial. Krisis moneter yang parah yang melanda perekonomian dunia yang akhirnya menyebabkan keinginannya untuk mencoba dunia kewirausahaan.
“Sebagai pengusaha, saya akan lebih mandiri secara finansial daripada menjadi seorang karyawan,” katanya. Karir Noor Asiah suami sebagai pengusaha dimulai pada tahun 1997 dengan mendirikan sebuah perusahaan penasehat keuangan disebut PT Recapital Advisors ia mulai dengan teman SMA-nya, Rosan Roeslani.
Sejak itu, Sandi mulai mempelajari seluk beluk bisnis. Orang yang paling bertanggung jawab atas naluri bisnisnya yang diasah William Soeryadjaya. Paman Will, sehingga ia digunakan untuk menyambut orang keturunan Tionghoa, “Saya masih ingat, ia sering duduk bersama-sama (William Soeryadjaja, Ed.) Kami membahas waktu yang lama, bisa berlangsung berjam-jam. Semangat Wirausaha sangat tangguh,” kenangnya . William tidak ada bisnis untuk berbagi pengetahuan sandi pelit.
Pada tahun 1998, ia bekerja sama dengan salah satu dari anak-anak William Edwin Soeryadjaya untuk mendirikan sebuah perusahaan investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya. Lini bisnis termasuk produk pertambangan, telekomunikasi dan kehutanan. Saratoga memiliki saham besar di PT Adaro Energy Tbk, terbesar kedua batubara perusahaan di Indonesia, yang memiliki cadangan sebesar 928 juta ton batubara. Hubungan jaringan Bersenjata dengan perusahaan dan lembaga keuangan dalam dan luar negeri, Sandi mulai menjalankan bisnis barunya.
Usahanya adalah untuk mengumpulkan modal investor untuk mengakuisisi perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Dia membeli perusahaan yang berada di pagar dan berada dalam perawatan dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) – kemudian berubah menjadi Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Kemudian dijual kembali dengan nilai yang tinggi ketika krisis kinerja perusahaan yang stabil dan menguntungkan. Dari alasan bisnis, nama terjebak dan dikantonginya pundi-pundi dolar sandi. Ada 12 perusahaan yang telah diambil alih. Beberapa perusahaan telah dijual, termasuk PT Citra Darmaja Dipasena, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Hotel Grand Kemang, dan PT Astra Microtronics.
Menurutnya ini, keterampilan untuk menjadi pengusaha harus dididik sejak kecil. Ia mencontohkan pemenang Shell Penghargaan Pengusaha yang telah memulai bisnis ini sejak mereka remaja. “Saya kagum dengan mereka. Bakat mereka harus dipelihara untuk kekuatan ekonomi Indonesia di masa mendatang,” katanya. Dia melihat pengusaha Indonesia berada dalam krisis.
Seiring waktu, para Sandi bisnis yang berkembang pesat. Menggurita bisnisnya, mulai pertambangan, infrastruktur, perkebunan, hingga asuransi. Sandi Sukses semakin terasa istimewa karena ia berhasil mencapai sukses di usia masih relatif muda. Pada tahun 2009, namanya bahkan dalam daftar 150 orang terkaya Globe Asia. Di antara mereka dalam daftar, ia merupakan salah satu pengusaha termuda di posisi ke-58 dengan kekayaan US $ 220 juta atau sekitar Rp22 triliun.
Pada waktu itu, bapak dua anak hanya terkejut menemukan namanya dalam daftar. “Saya tidak tahu, mereka dapat dari mana data itu. Saya juga tidak pernah merasa laporan kekayaan saya kepada suatu lembaga atau seseorang, saya benar-benar percaya bahwa bisbol kekayaan saya yang banyak,” candanya seperti dikutip oleh harian Media Indonesia.
Apalagi jika sedikit menoleh ke belakang, krisis pahit pada tahun 1998 bahkan membuat Sandi bersyukur. Jika tidak, mungkin sampai sekarang, ia masih berstatus sebagai karyawan.
Di satu sisi, krisis merupakan berkah bagi password. “Saya selalu percaya setiap masalah ada solusinya,” katanya. Sandi mampu “memanfaatkan” momen krisis bagi perusahaan untuk melebarkan sayap. Pada saat itu perusahaan atas banyak yang menderita tak berdaya.
Nilai aset mereka runtuh. Didirikan investasi perusahaan Sandi dan rekan-rekannya berencana segera. Mereka meyakinkan investor asing untuk ingin menyuntikkan dana ke negara itu. “Itu yang paling sulit, bagaimana untuk memastikan bahwa Indonesia masih memiliki prospek.”
Pengalamannya bangkit dari himpitan krisis, pengakuan tersebut tidak lepas dari tangan Allah yang memberinya kesempatan. “Saya tidak akan menemukan kesempatan yang tidak terbentur pada situasi yang ketat,” katanya. Dengan mengutip sebuah ayat dari Al-Quran berarti, “Setiap kesulitan selalu mudah di bagian belakang,” majikan agama ini thread yang menarik dari pengalaman hidup, perjuangan atau melawan.
Meskipun lahir dari orang tua yang dikenal sebagai seorang pengusaha, dia menyatakan tak pernah siap untuk menjadi pengusaha. “Orang tua lebih suka saya bekerja di perusahaan, tidak terjun ke wirausaha,” kata pria yang penggemar basket. “Menjadi pilihan pengusaha,” akunya. Oleh karena itu, dia tidak berpikir seperti seorang pengusaha yang telah bertindak sejauh ini. “Saya seorang pengusaha kecelakaan,” katanya, lalu tertawa.
Meskipun predikat sebagai pengusaha muda, ia mengaku sudah terlambat. “Saya seorang pengusaha pada usia 28. Apakah aku merasa sudah terlambat,” katanya. Sandi aktif dalam Chamber Indonesia Dagang dan Industri (Kadin) sejak tahun 2004 sampai dengan September 2010 ini merasa bertanggung jawab untuk memberikan pengusaha kelahiran di Indonesia.
Untuk itu, menurut profil pengusaha muda sukses ini, keterampilan untuk menjadi pengusaha harus dididik sejak kecil. Ia mencontohkan pemenang Shell Penghargaan Pengusaha yang telah memulai bisnis ini sejak mereka remaja. “Saya kagum dengan mereka. Bakat mereka harus dipelihara untuk kekuatan ekonomi Indonesia di masa mendatang,” katanya. Dia melihat berada dalam krisis.
Dalam kontras dengan dunia politik yang ditandai dengan jumlah orang yang bersedia mencalonkan diri di parlemen. Sandi, dalam pemilu legislatif tahun 2009 saja, lebih dari 500 ribu orang mendaftar sebagai calon. Sementara pengusaha untuk menarik 100 ribu saja sulit. Kepedulian itulah yang membuatnya enggan terjun ke dunia politik. Dengan sedikit bercanda nada, ketua Asosiasi pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2005-2008 dikatakan, “kebutuhan Indonesia pengusaha Politisi memiliki banyak..”
Di balik kisah suksesnya aturan dunia bisnis, ada penyesalan kecil yang terjebak dalam pikirannya. Karena waktu dihabiskan mengurus bisnis dan kegiatan organisasi, Sandi mengaku merasa bersalah pada keluarganya karena kurangnya waktu yang cukup untuk bahkan berbaur.
Meski begitu, ia mencoba setidaknya setiap akhir pekan adalah hari untuk keluarga, itu sangat terbatas. Tempat favorit untuk bersantai dengan keluarga sementara sedikit adalah Senayan. Setiap Sabtu ia rutin berolahraga bersama keluarganya. Olahraga favoritnya adalah joging dan golf.
Setelah itu, ia ditemani dua anaknya untuk berjalan di mal meskipun ia kurang cenderung menghabiskan waktu di tempat itu. Tapi demi bayi bahagia, ia bersedia memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, Sandi sering melamun bahwa satu hari tidak 24 jam. “Jika itu adalah hari ditambah empat jam, tambahan empat jam akan dihabiskan dengan keluarga saya,” katanya.
aksa mahmud
Dia seorang pengusaha pejuang yang kemudian menjabat sebagai seorang
negarawan politisi ditentukan. Setelah berjuang dengan kerja keras
membangun kerajaan bisnis Bosowa Group, HM Aksa Mahmud, bertekad untuk
mengabdikan diri sebagai negarawan, politisi serta dalam posisi DPD
(Dewan Perwakilan Daerah) dari Sulawesi Selatan dan pejabat tinggi
negara lembaga sebagai Wakil Ketua periode (Majelis Permusyawaratan
Rakyat), MPR 2.004-2.009 serta dalam posisi sebagai hamba sosial melalui
yayasan filantropis beberapa didirikan.Memerangi pengabdian semangat dan tekad, Grup pendiri Bosowa dirilis Forbes Asia (September 2006) sebagai urutan 28 dari 40 di Indonesia terkaya, dan urutan enam terkaya pribumi, dengan kekayaan $ 195 juta, itu sangat berharga dihargai dan analogi seperti berlian yang kuat dan indah.
Semangat dan sebagai kisah pengusaha sukses dicapai dengan doa, kejujuran, kerja keras, belajar terus menerus, pengambilan resiko dan tanggung jawab, yang merupakan filsafat hidup. Ulet dan pandai, seperti mengasah batu berlian yang sangat keras sehingga memancarkan kilauan yang sangat indah. Nya keberanian sebagai pengusaha prajurit dibentuk seperti letusan gunung berapi yang memuntahkan bebatuan dan daun berlian dari kedalaman bumi. Pernyataan atau analogi, jika terlalu berlebihan. Namun, setuju atau tidak, jika mendengarkan, itu adalah pernyataan yang cukup komunikatif untuk menganalogikan cerita bangsa kelahiran putra kehidupan Barru, Sulawesi Selatan, 16 Juli 1945 ini.
Meskipun tidak sempurna, perjalanan hidupnya ini, proses analog seperti grinding (memotong) berlian. Dengan asumsi, bahwa semua pria seperti berlian. Setidaknya, berlian dalam dirinya sendiri. Masalahnya adalah bagaimana salah satu berlian mengasah dalam dirinya. Itu adalah berlian kualitas yang paling menentukan dalam diri seseorang. Aksa Mahmud dapat memenuhi syarat berlian mengasah dalam dirinya untuk menghasilkan kilauan yang cemerlang, baik di perjuangannnya keras sebagai pengusaha dan politisi dalam penentuan pelayanannya sebagai seorang negarawan. Lebih banyak membaca: Berlian Bangsa dari Timur, halaman 16.
Hampir seperampat abad, berjuang untuk membangun dan meningkatkan Aksa Bosowa Group, serta mempersiapkan generasi kedua mengambil alih kepemimpinan untuk kemuliaan Bosowa estafet pembangunan sebagai perusahaan multinasional memasuki berikutnya. Membaca lebih: Pengusaha Pendiri Bosowa, halaman 22, dan, Bosowa, Tiga Kerajaan Diamonds, halaman 26.
Kemudian Aksa Mahmud kembali ke habitat mereka di dunia politik. Ketika masih mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas Hasanuddin di Makassar, dia adalah seorang aktivis, Angkatan 66. Hari ini, saat ia mempresentasikan wartawan Tokoh Indonesia, dia adalah seorang mantan pengusaha, menjadi politisi dan pejabat negara.
Sebagai seorang pengusaha, Aksa disebut era perjuangan. Pebisnis pejuang! Dia adalah seorang pengusaha yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Pengusaha yang tidak ingin menyakiti Negara. Sebagai contoh, ketika krisis ekonomi melanda 1997-2000 negara, konglomerat banyak yang membawa perusahaan masuk BPPN untuk menghindari kewajiban, namun tidak Aksa. Dia menyelesaikan semua kewajibannya, walaupun kondisi sangat sulit.
Bahkan setelah melalui dan mengatasi kondisi sulit, dia mampu mengembangkan sayap Bosowa Group, selain sukses membangun pabrik semen, juga mengambil alih pengelolaan jalan tol Bintaro, membangun pembangkit listrik di Cirebon dan lain-lain. Sekarang, setelah mengambil pimpinan perusahaan untuk putra dan putri yang juga telah disiapkan, ia sepenuhnya memanfaatkan sisa hidupnya untuk melayani masyarakat, bangsa dan negara dalam posisi politisi dan pejabat negarawan.
Sejak kecil sampai usia 60 tahun, ia telah berjuang dan berhasil membangun Grup Bosowa, kini ia bertekad untuk melayani. “Jadi sisa hidup saya, saya berpikir tentang berapa banyak lagi lakukan untuk negara ini, untuk bangsa ini, kepada orang-orang. Aku lebih berharap bahwa mudah-mudahan sisa hidup dapat bekerja lebih banyak untuk bangsa dan negara dan agama sehingga manfaatnya bisa dirasakan lagi untuk generasi berikutnya, “kata Anggota Dewan Wali Amanat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Aksa adalah off, lega, karena dalam dunia usaha telah mampu memberikan perusahaan yang didirikannya untuk diserahkan ke generasi kedua. Generasi kedua, Aksa mengatakan: Buktikan bahwa anekdot Cina tidak benar. Bahwa pendiri berdarah, berkeringat dan berjuang untuk meningkatkan bisnis, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan. Tapi coba sebagai bangsa membuktikan bahwa pendirinya berkeringat, berjuang untuk membangun, generasi kedua dan generasi ketiga menaikkan membuat kemuliaan.
Untuk putra dan putri, pengusaha ini selalu mengingatkan filosofi hidup yang dianut, yaitu kerja keras, terus menerus belajar dan berdoa. Filosofi ini selalu ditanamkan dan bertindak dalam setiap detik dalam hidupnya dan gerak. Itulah kunci sukses berlian mengasah (talent) dalam dirinya sehingga mencapai keberhasilan, baik dalam membangun bisnis, membesarkan keluarga dan berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara.
Dia sangat bergantung pada saham yang diterima dari orang tuanya sebagai seorang anak, bahwa segala sesuatu yang ingin kita capai kehendak Allah, kehendak Allah. Kami hanya bisa bercita-cita, harus niat, harus bekerja keras tetapi pada akhirnya keputusan ada di tangan Allah. Oleh karena itu, ia menyimpulkan, kita bekerja keras, kita belajar terus menerus, kami berdoa agar keputusannya lahir dari Allah. Karena kita hanya sampai tingkat doa, keputusan di tangan Allah, bukan di tangan kita.
Di atas ketentuan, ia selalu menekankan bahwa dalam dunia bisnis harus berjuang untuk menjadi seorang pebisnis yang baik? Pertama, yayasan adalah kejujuran, kerja keras, dan yang ketiga memiliki keberanian dan kepercayaan diri. Jadi jika Anda tidak jujur tidak mendapatkan dalam dunia bisnis, jika Anda tidak ingin melakukan kerja keras dalam dan juga tidak memiliki keberanian untuk masuk. Kenapa? Bisnis adalah seperti perang tak berujung. Membaca lebih: Tips Bisnis Bosowa halaman 27.
Melalui kemajuan bisnisnya yang telah dibudidayakan lebih dari seperempat abad, ayah dari lima anak telah tergores tinta emas dalam pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Gambar sebagai konglomerat juga relatif bersih. Namanya dibersihkan dari berbagai kasus kredit macet, penggelapan pajak, perusakan lingkungan dan kasus miring lainnya yang telah banyak disalahkan untuk sejumlah konglomerat Indonesia.
Bosowa Group pendiri perjalanan yang benar-benar sarat dengan hal-hal yang patut dicontoh oleh mereka yang ingin belajar dari pengalaman berharga orang lain. Dia dikenal sebagai pekerja keras dan tidak pernah menyerah. Seperti berlian (diamond) adalah “tidak mungkin untuk menjinakkan”. Sebagai seorang pengusaha, kejeliannya mengendus dan mengambil keuntungan dari peluang bisnis yang mengagumkan. Dengan hanya modal awal sebesar Rp 5 juta, dia kini tercatat sebagai salah satu pengusaha pribumi yang sangat dihormati.
Bahkan, menurut majalah Forbes Asia, yang dirilis September 2006, Aksa menembus peringkat 28 orang terkaya di Indonesia, beberapa tingkatan intelektual Jusuf kakak ipar M Kalla, yang menempati posisi ke-36 dari 40 orang terkaya di Indonesia.
Politisi Kecurangan, Sin!
Aksa kemudian memasuki dunia politik. Dalam dunia politik, ia menghadapi kondisi yang sangat berbeda. Dalam dunia bisnis dia selalu menanamkan disiplin dan kejujuran. “Jika kita berbicara ketat menghindari kejujuran pasti berbohong kan?” kata mantan anggota Fraksi MPR dari Sulawesi Selatan Perwakilan Daerah (1999-2004) adalah. Sementara berada di ranah politik, bahwa berbohong tampaknya sah, sangat lazim. “Tampaknya bahwa kita berada dalam politik, tidak menjadi politisi cerdas yang tidak tahu berbohong,” kata suami dari Hj Ramlah Aksa dan saudara Wakil Jusuf Kalla Presiden.
Jadi ada tiga hidup yang berbeda, hidup pengusaha dan menjalani hidup sebagai seorang politikus serta pejabat negara. Seorang politisi dianggap cerdas jika ada kemampuan untuk ‘berbohong’ dan stocking pesona, ada kemampuan untuk membangun sebuah citra yang pada dasarnya juga merupakan tujuan yang baik. Oleh karena itu, seolah-olah kebohongan adalah modal dasar dari seorang politikus. Sementara kejujuran adalah dasar dari modal usaha.
Dalam dunia yang berbeda, Aksa yang cerdas dan bijaksana disesuaikan untuk dapat dimainkan secara optimal. Beradaptasi dari sifat melarang berbohong, di bidang kehidupan yang benar-benar tampaknya menoleransi politisi. Dalam dunia bisnis, berbohong dianggap dosa. Sementara ‘kebohongan’ politisi dunia bukanlah dosa. Oleh karena itu, Aksa mengatakan, akan menjadi politisi yang akan mengikuti semua politisi peralatan. “Jika saya harus ‘berbohong’ Saya harus ‘berbohong’, tapi aku tidak akan berbuat curang,” katanya.
Sejak kecil sampai usia 60 tahun, ia telah berjuang dan berhasil membangun Grup Bosowa, kini ia bertekad untuk melayani. “Jadi sisa hidup saya, saya berpikir tentang berapa banyak lagi lakukan untuk negara ini, untuk bangsa ini, kepada orang-orang. Aku lebih berharap bahwa mudah-mudahan sisa hidup dapat bekerja lebih banyak untuk bangsa dan negara dan agama sehingga manfaatnya bisa dirasakan lagi untuk generasi berikutnya, “kata Anggota Dewan Wali Amanat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Jika ‘palsu’ diungkapkan oleh politisi tidak melakukan dosa, tetapi ia mengatakan, kecurangan merupakan dosa besar. Dengan demikian, ‘kebohongan’ yang tidak berdosa untuk menghindari kecurangan. Politisi datang bisa berbohong tetapi tidak curang, agar tidak berbuat dosa. Itulah yang muncul dalam pikiran ketika kembali memasuki dunia politik. Jadi dalam perjalanan ke depan, dalam politik, ia bertekad untuk tidak menipu konstituen. Baginya, tegas, dalam politik, kecurangan adalah dosa.
Aksa memberikan contoh kebohongan yang tidak menipu. Ketika berbicara harapan atau janji, fakta bahwa kesadaran tidak dapat dicapai menipu dan berdosa. Itulah janji menipu! Tapi ketika ia berbicara tentang harapan dan janji yang benar-benar dimaksudkan untuk mencapai, tetapi ternyata setelah upaya untuk mencapainya, belum terwujud, yang tidak menipu. “Tapi kalau kita bicara maka tidak ada upaya, itu nama menipu,” kata Aksa Mahmud.
“Jika kita mencoba tetapi itu tidak tercapai, tampaknya tidak ada kebohongan, tetapi tidak ada niat untuk menipu Tetapi jika kita bicara tetapi tidak bertindak untuk mencapai, itu adalah niatnya adalah menipu, itu haram.. Bahwa saya adalah tidak benar, “Aksa Mahmud menjelaskan. Itu mungkin pertanyaan mungkin terletak pada politik, bukan haram, tapi bajingan kecurangan. Artinya, katanya, kita berbicara tentang harapan dan tidak ada usaha untuk mencapainya tapi kemudian tidak terpenuhi, ada kebohongan. Tapi, menurut Aksa, itu bukan dosa karena tidak ada upaya. “Tapi jika kemudian ada usaha menjanjikan, maka tidak tercapai, itu adalah nama menipu Sin!.” perusahaan Aksa, dalam menentukan sikap dalam politik.
Negarawan, titik Kejujuran
Kemudian posisi berbeda lagi setelah Wakil Ketua Majelis, sebagai pejabat negara di lembaga-lembaga tinggi negara. Apakah selesai ia berjuang dan bertugas dalam tiga dimensi kehidupan. Pertama hidup sebagai pengusaha, kehidupan kedua sebagai politisi, dan kehidupan ketiga sebagai pejabat negara. Jika itu antara pengusaha dan politisi yang bertentangan. Tapi sebagai pejabat negara, keduanya harus digabungkan. “Jika para politisi tidak berbohong itu sebagai dosa, jika sama sekali pejabat negara tidak boleh,” katanya. Sebagai seorang pejabat negara, intinya harus semata-mata kejujuran.
Jadi ia menyimpulkan, dunia usaha, dunia politisi dan pejabat negara, akan menanggung pondasi utama adalah kejujuran. Kenapa? Bahwa bangsa ini harus diurus dengan landasan kejujuran sehingga orang percaya pemimpin mereka. Karena pemimpin yang dapat berhasil tanpa dukungan dari kepercayaan dipimpin.
Oleh karena itu, ia adalah prinsip bahwa posisinya sebagai pejabat negara harus berada di ground truth. Ini berarti kejujuran, tidak boleh mengkhianati komitmen sebagai pejabat negara. Oleh karena itu, jika seorang pejabat negara, tetapi mencari bukan untuk mencari ketenaran kekayaan. Karena negarawan, ya begitu. Menurut dia, tidak ada negarawan yang kaya, tapi negarawan yang memiliki nama baik dan selalu diingat. Lebih mahal daripada nilai kenegarawanan bahwa kekayaan. Kesenangan tinggi untuk pejabat negara adalah nama wewangian.
Jika politisi berjuang untuk merebut kekuasaan. Pengusaha berjuang untuk memperoleh keuntungan. Sementara negarawan bagaimana melakukan untuk mendapatkan ketenaran. Tentu saja, menurutnya tersebut, ketenaran hanya dapat dicapai jika didasarkan pada pengabdian yang tulus dan jujur. Apa yang kita dibuat untuk kepentingan rakyat. Apa yang kita lakukan untuk kepentingan khalayak yang lebih luas. Apa yang kita lakukan pada dasarnya untuk kepentingan bangsa. Itu adalah dasar bagi seorang negarawan.
Memang, pejabat negara juga pada dasarnya diperoleh melalui perjuangan kekuasaan, baik oleh partai politik atau tidak, tapi kemudian kita harus menempatkan diri menjabat sebagai negarawan. Cara berpikir yang lebih luas, tanpa kepentingan pribadi. Karena jika masih belum ada kepentingan bisnis link atau kepentingan politik, posisi kenegarawanannya akan terganggu.
Oleh karena itu, menurut Mahmud Aksa, tidak sedikit orang menempati posisi negara tapi tidak menghasilkan nama baik yang bahkan tidak menghasilkan kesan yang baik dalam pelayanan.
Yah, hanya kita memilih, akan menjadi contoh untuk generasi mendatang pengganti kita, mari kita lakukan yang terbaik. Jika Anda ingin dicerca oleh generasi penerus kita, bikinlah dosa selama kekuasaan ada di tangan. Jadi, itulah yang saya katakan bagaimana kita akan sesuai dengan mandat rakyat, amanat bangsa ini, perintah hukum. Semua yang dipercayakan untuk mengurus negara ini untuk melakukan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih besar.
Politisi pengabdian Statesman
Untuk Aksa, dalam dunia politik, sebenarnya adalah untuk melayani. Secara keseluruhan ia tidak kepentingan pribadi. Dia hanya ingin dapat memanfaatkan sisa hidupnya berperan meningkatkan kesejahteraan, martabat bangsa ini. Sebab, menurut dia, politisi adalah pintu masuk ke demokratis berpartisipasi secara langsung terlibat dalam mempengaruhi kebijakan negara untuk kesejahteraan seluruh rakyat bangsa ini.
Secara pribadi, Aksa sudah ekonomis makmur dan diberkati dengan lima putra dan putri yang telah menjadi, tidak lagi kepentingan, ambisi menjabat posisi sesuatu yang penting untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya. Sebaliknya, dia ingin memberdayakan dirinya dan kemampuannya untuk kepentingan bangsa, rakyat dan negara. Dia ingin mengabdikan diri kepada Allah dan sesama manusia di sekelilingnya, terlepas dari asal-usul, kelas dan kelompok.
Dia bertekad untuk menjadi seorang negarawan politisi. Terutama di posisinya saat ini sebagai Wakil Ketua Majelis, untuk berpikir, bertindak dan melayani untuk semua orang di Tanah Air. Aksa tidak lagi cukup hanya cukup memperhatikan peningkatan kesejahteraan puluhan ribu karyawan yang bergabung dengan Bosowa Group, keluarga mereka, atau delapan juta orang di Sulawesi Selatan, wilayah yang memilih untuk menjadi anggota Dewan. Utuh tetapi ingin berkontribusi, melayani, untuk semua (hampir 240 juta) warga negara Indonesia.
Sebagai contoh, Aksa Mahmud, tampaknya tidak memiliki ambisi untuk menduduki kursi Gubernur Sulawesi Selatan yang kini jadi incaran beberapa tokoh. Bahkan, melihat arus politik yang mengkristal di tanah kelahirannya, pendiri Bosowa Group diperjuangkan dan memiliki peluang besar untuk menduduki posisi Gubernur Sulawesi Selatan. Namun, baginya, sebagai anggota Dewan dan kantor Wakil Ketua Majelis telah begitu terhormat untuk dapat beribadah dan melayani, tidak peduli seberapa kecil, bagi bangsa dan negara.
Afdol Aksa menyebutkan lebih dari konglomerat pengusaha panjang, sejak tahun 2004, didedikasikan untuk dunia politik dengan menjadi anggota Dewan (di AS adalah posisi yang sangat terhormat sebagai senator). Sebelumnya ia juga pernah menjadi anggota MPR sebagai utusan daerah Selatan. Tapi karir politiknya tidak terbatas kepada anggota Dewan. Memenangkan suara terbanyak dalam Pemilu anggota Dewan ini berubah Sulawesi terpilih sebagai wakil ketua Majelis. Sebuah posisi bergengsi dan ratusan kerinduan dari perwakilan berbasis di Senayan. Seperti kata pepatah, sekali mendayung dua pulau terlampaui, bahwa perjalanan politik Aksa Mahmud. Sama seperti dalam bisnis, dalam politik dia tidak akan bekerja setengah-setengah.
Konsekuensi dari posisi ini tentu dihitung oleh pendiri Bosowa Group. Karena sejak awal telah mengangkat tekadnya bahwa dunia politik adalah pengabdian. Posisi atau kekuasaan adalah sarana utama pengabdian. Dengan posisi di lembaga-lembaga tinggi negara, dia sangat menyadari harus mencurahkan lebih banyak energi dan pikiran untuk menghadapi masalah bangsa, terutama dalam kaitannya dengan fungsi Majelis dan Dewan Perwakilan Daerah sebagai badan legislatif.
Secara keseluruhan dia tidak memikirkan gaji / penghasilan apa-apa saja dibandingkan dengan penghasilannya sebagai pengusaha. Termasuk kendaraan tuan rumah sehari-hari, sudah pasti tidak sebagus mobil pribadinya sebagai pemilik perusahaan tidak kurang dari 30 buah tempat penampungan di spanduk Grup Bosowa.
Tapi untuk Aksa Mahmud, ini akan menjadi kepuasan tersendiri, pengabdian itu. Posisi di lembaga negara dilakoninya sekarang baginya merupakan manifestasi dukungan rakyat dan percaya padanya. Sebagai wakil ketua Majelis, dia kini memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah strategis, kontribusi energi dan pikiran demi kemajuan bangsa.
Kepuasan antara lain, bahwa melandasi niat untuk mengambil bagian dalam pemilihan gubernur Sulawesi Selatan terjun akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Bahkan, dukungan masyarakat Sulawesi Selatan baginya untuk mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat berjalan begitu keras yang muncul dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya, ia dikalahkan dalam pertempuran untuk kursi “Garuda Satu” Sulawesi Selatan (2002). Namun sistem pemilu waktu itu tentu saja masih menggunakan yang lama, sepenuhnya ditentukan oleh penghitungan suara di parlemen TKT I. Adapun saat ini, itu adalah era pemilihan langsung. Sementara itu, dalam pemilu lalu, ketika kursi DPD Sulawesi, Aksa Mahmud memenangkan suara terbanyak untuk lolos ke Senayan. Untuk alasan ini, banyak pengamat memprediksi bahwa peluang untuk memenangkan pemilihan gubernur Sulawesi Selatan saat ini, sangat besar.
Namun, tampaknya Aksa Mahmud menolak secara halus mendukung aspirasi. Aksa Mahmud telah membentuk pilihannya untuk melayani sebagai Wakil Ketua Majelis. Artinya, dia harus merasa berguna dalam posisinya sebagai seorang senator dan wakil ketua Majelis. Bahkan, bagi kebanyakan orang, jika dihitung-hitung dari berbagai aspek, gubernur adalah posisi yang sangat strategis baik dari segi pendapatan dan fasilitas yang akan diperoleh. Selain itu, dengan perkembangan bisnis rantai berbasis di Sulawesi, posisi Sulawesi Selatan gubernur sangat menggoda. “Saya percaya Tuhan akan memberikan angka lebih mungkin untuk melanjutkan pembangunan Sulawesi Selatan,” katanya seperti dikutip oleh pers.
Hal ini menunjukkan sikap yang tidak haus kekuasaan kepribadian. Meskipun materi aktual dan pengaruh politik ia mampu melakukan itu. Dengan demikian, dia bersedia dan memberikan kesempatan kepada yang lebih muda untuk memimpin Sulawesi Selatan, sehingga komentar dari karakter muda yang sangat terkesan dengan sikap Mahmud Aksa.
Aksa menyadari sebagai wakil daerah, Dewan Perwakilan Daerah, dipilih langsung oleh suara mayoritas rakyat di daerah pemilihannya, tentu saja, telah tugas sesuai dengan UU, daerah bersuara diwakili, mewakili wilayah tersebut, termasuk orang di dalamnya . Berbeda dengan anggota DPR mewakili kelompok atau partai. Anggota DPD yang mewakili seluruh wilayah dan rakyatnya.
Namun, sebagai Wakil Ketua Majelis, ia diasumsikan tugas negara. Dia lebih menempatkan diri memikirkan setiap langkah kebijakan dan keputusan kepentingan nasional selalu. Tidak lagi memikirkan wilayah tetapi di seluruh wilayah perjuangan bagaimana kebijakan yang komprehensif. “Mudah-mudahan, tugas-tugas ini bisa saya jalankan sebaik Pertama, tidak mengecewakan daerah saya mewakili.. Kedua, tidak terlalu mengecewakan seluruh rakyat Indonesia,” katanya dalam percakapan dengan seorang wartawan Rakyat Aksa Indonesia.
“Aku duduk di sini tidak berpikir demi diri sendiri tapi aku selalu bersedia untuk mendoakan mudah-mudahan dalam posisi saya selalu memikirkan kepentingan rakyat Indonesia, Indonesia, dan kepentingan Republik Indonesia. Entah bagaimana bahwa tugas ini adalah untuk menjaga negara ini negara kesatuan, dan menjaga rakyat Indonesia, “jelas Aksa Mahmud.
Aksa juga sangat berterima kasih untuk memulai pertumbuhan bibit demokrasi di negara ini. Menurut dia, negara demokrasi telah menjadi tren dunia modern. Setiap negara membutuhkan waktu yang relatif lama dan perjuangan cukup keras untuk mewujudkannya. Menurut Aksa, demokrasi dan kesejahteraan memerlukan setidaknya pendidikan yang memadai untuk sebagian besar anggota masyarakat. Meskipun, ia melihat, benih berkecambah demokrasi di Indonesia masih penuh dengan tantangan. Antara lain, dilihat dari munculnya ketidakpuasan dengan amandemen, UUD 45 yang merupakan pilar utama demokrasi di Indonesia. Membaca lebih lanjut: Langkah Kembali, Kembali ke UUD 1945, halaman 39.
Publik Spotlight
Sebagai seorang politisi dengan latar belakang pengusaha dan kebetulan juga dekat dengan hubungan keluarga dengan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden yang berada di pusat kekuasaan, Aksa Mahmud tidak keluar dari pusat perhatian kadang-kadang terpojok. Di antara mereka ada yang meragukan ketulusan semacam keluar posisi ketiga sebagai pengusaha, politisi, dan sebagai pejabat negara (pejabat publik) ditambah keluarga dekat Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pertanyaan yang muncul di depan umum, apa yang tidak benturan kepentingan antara bisnis dan posisi pejabat negara?
Namun, semua tuduhan miring yang ditujukan kepadanya ditanggapinya dengan bijak. Dia membantah bahwa statusnya sebagai Wakil Presiden Jusuf Kalla adik mertua adalah kunci keberhasilan bisnis dan politik. Bahkan, seperti yang diakui oleh dirinya sendiri, ia kadang-kadang bahkan tidak nyaman saja dan terbebani dengan posisi sebagai bagian dari keluarga Wakil Presiden Jusuf Kalla. Aksa bukanlah manusia biasa yang suka bergantung pada pihak lain atau kepada pihak berwenang.
Oleh karena itu, seluruh bisnis kini dikendalikan anak Bosowa, ia melarang bekerja pada proyek-proyek pemerintah. “Ini dapat dicari, di mana tidak ada dana proyek yang bersumber dari pemerintah, tidak ada Semuanya bekerja. Kepada publik. Raya tersebut, dana pembangunan, bukan pemerintah. Pembuatan kekuasaan bukanlah uang pemerintah, membuat kebun bukan uang pemerintah. Jadi jangan berasal dari dana pemerintah. “
Bahwa ada kebijakan pemerintah yang siapa yang akan bangun jalan raya, maka ada uang silakan bangun. Yang ingin membangun pembangkit listrik, yang merupakan uang silakan bangun. Pemerintah hanya menciptakan iklim. “Jadi aku bilang anak saya, datang pada bisnis yang tidak berasal dari dana pemerintah tetapi pemerintah menciptakan iklim usaha,” kata Aksa. (Baca selengkapnya: Wawancara HM Aksa Mahmud, halaman 30.
Proses pembentukan identitas sebagai seorang anak, cukup untuk menjamin bahwa dia adalah pria kepribadian yang kuat, memiliki harkat dan martabat. Sejak kecil, ia telah menyelam di antara perusahaan lain dengan menjual permen di sekolah. Jual produk dari desanya ke kota. Memisahkan diri dari firma hukum independen yang didirikan perusahaan sendiri.
Aksa menempa diri Anda seperti berlian mengasah di sekolah dirinya.Menamatkan Dasar di desa asalnya Barru, 1959. Kemudian melanjutkan ke Sekolah State Technical di Parepare, lulus 1962. Kemudian setelah lulus Sekolah Menengah Teknik di Makassar (1965), terus Fakultas Teknik Elektro Universitas Hasanuddin di Makassar.
Aksa Mahmud juga aktif berorganisasi. Ia aktif sebagai anggota KADIN Indonesia Advisory Board (2004-Sekarang). Ketua Dewan Bisnis Sulawesi (2003-sekarang). Anggota Dewan Pembina Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2001-sekarang).
Ketua Dewan Pembangunan Daerah dan Masyarakat Bulutangkis Indonesia (PBSI), 2001. Ketua Universitas Islam Indonesia Makassar Yayasan, Ketua Dewan California State Makassar, dan Ketua Dewan Pembina Negara Politani Pangkep (2000-sekarang).
Antara tahun 1999 dan saat ini menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang Sulawesi Selatan. 1994 sampai ketua saat ini Dewan Penasehat GAPENSI Pusat. Tahun 1987-1994 Ketua GAPENSI Sulawesi Selatan. Tahun 1983-1986 Ketua Anggota Dewan Eksekutif Pengembangan (BPP) HIPMI. Tahun 1980-1983 Wakil Ketua Dewan Hubungan Luar Negeri Pusat (BPP) HIPMI. Tahun 1976-1985 Sekretaris Jenderal AKI (Asosiasi Kontraktor Indonesia) Sul-Sel. Tahun 1982-1985 Ketua Dewan (Pedesaan) HIPMI Sul-Sel. Juga telah aktif sebagai Wakil Ketua Bidang Anggar Seluruh Indonesia Asosiasi Dana.
Sebagai aktivis mahasiswa yang aktif KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), 1966. Pada tahun 1965, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan 1962 Cabang Makassar Indonesia Alumni Mahasiswa Islam.
Karirnya, serta pendiri dan pemimpin Bosowa Group (1968-2004), Wakil Ketua Majelis RI Aksa (2004-2009), Anggota Dewan Sulawesi Selatan (2004-2009), Advisor kepada Gubernur Daerah Sulawesi Selatan Economic Affairs (2002 – sekarang) dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI Fraksi Daerah (1999-2004).
Sebagai wakil ketua MPR, Aksa kini kantor di Nusantara III, Lt 9 Jl Jend Gatot Subroto 6, Senayan, Jakarta Pusat, Tel. 021-57895006, 57895026, dan tinggal di kantor rumah di Denpasar Jl Raya Blok C No 12 Kuningan, Jakarta.
Dalam hampir 62 tahun (lahir 16 Juli 1945), penampilan Aksa tampak jauh lebih muda dari usianya. Penggemar olahraga golf, berenang dan menyelam adalah menjaga kesehatan dengan menjaga kelangsungan bermain golf. Kemudian ketika mereka datang ke tempat kelahirannya di Barru, Sulawesi Selatan, dia pergi berenang dan menyelam ke laut. Ketika menyelam di laut, dia benar-benar menikmati betapa indahnya air.
“Ada juga banyak keindahan di dalam air Jika sebagai pengusaha, menyelam itu semua utang kita lupa.. Jika politisi, melupakan semua masalah kita. Diving adalah dunia kesenangan, keindahan, bebas dari segalanya,” kata Aksa Mahmud . Menurut dia, pada dasarnya untuk perawatan kesehatan harus menjadi waktu yang harus dibebaskan dari beban apapun.
Kedermawanan
Melengkapi pengabdiannya berarti, selain anggota aktif Dewan Pembina Kepala Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Indonesia Makassar Yayasan, Ketua Dewan Negara California Makassar, dan Ketua Dewan Pembina Negara Politani Pangkep , Aksa juga telah membentuk sejumlah lembaga yang terlibat dalam masalah pendidikan dan sosial. Antara lain, Yayasan dan Yayasan Bosowa Haji Mahmud. Bosowa Foundation, antara lain, membantu untuk turun pada saat terjadi bencana. Juga di bidang pendidikan, beasiswa setiap tahun untuk memberi kesempatan kepada anak-anak yang potensial, tetapi orang tuanya tidak mampu.
Yayasan Haji Mahmud, mengabadikan nama ayahnya, difokuskan pada pendidikan TK. Yayasan ini diharapkan untuk berpartisipasi dalam pembentukan karakter dan fondasi bagi masa depan bangsa kita dengan membangun pusat-pusat pendidikan anak terutama bagaimana anak-anak bisa belajar agama yang baik.
Bosowa Foundation juga membangun TPA. TPA adalah taman tempat untuk belajar Alquran. Itu dibangun 150 TPA. Tujuan mereka untuk membantu mendorong sekolah swasta dalam rangka meningkatkan kualitas sehingga masa depan bisa menjadi sekolah yang memiliki kualitas yang sama dari sekolah umum.
Bakrie lahir di Jakarta, 15 November 1946, ia adalah anak sulung dari
keluarga Achmad Bakrie, Bakrie Grup pendiri dan Ical akrab dipanggil.
Setelah menyelesaikan studi di Fakultas Institut Teknologi Bandung
Listrik pada tahun 1973, Ical memilih untuk fokus pada pengembangan
keluarga, dan terakhir sebelum menjadi anggota kabinet, dia memimpin
Kelompok Bakrie (1.992-2.004). Selama bekerja di dunia usaha, Ical juga
aktif dalam pengelolaan sejumlah organisasi. Sebelum memutuskan
meninggalkan karier di dunia usaha, ia menjabat sebagai Ketua Kamar
Dagang dan Industri (Kadin) selama dua periode (1994-2004).Pada tahun 2004, ia memutuskan untuk mengakhiri karier di dunia usaha, setelah mendapat kepercayaan sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Kabinet Indonesia Bersatu 2004-2009. Dan sejak terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar 2009-2010, mencurahkan waktu dan energi untuk mengurus partai.
Sebagai pengusaha Bakrie Indonesia juga ketua Golkar sejak 9 Oktober 2009. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di Kabinet Indonesia Bersatu. Sebelumnya ia juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dalam kabinet yang sama, tetapi posisi berubah dalam perombakan yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 Desember 2005.
Ia pernah disebut-sebut sebagai orang terkaya di Asia Tenggara. Dia dibilang pengusaha paling cemerlang dalam sepuluh tahun reformasi di Indonesia. Selain keluar dari krisis ekonomi yang mengancam perusahaan, Bakrie Group, bisa menduduki posisi penting di pemerintahan.
Bakrie keluarga juga telah disebut oleh majalah Forbes Asia sebagai orang terkaya di Indonesia pada 2007. Dia tidak membantah tetapi juga tidak menanggapi secara berlebihan. Apa rahasia sukses bisnis keluarga ini? BERITA gembira itu bertiup dari Singapura. Dari Negeri Singa sebabnya majalah Forbes Asia edisi 13 Desember 2007 dilaporkan. Isi, seperti tahun-tahun sebelumnya, menampilkan daftar orang-orang terkaya super alias terkaya dari Indonesia. Dan ribut-ribut, juara untuk tahun ini adalah Bakrie, seorang pengusaha dan politisi yang telah terpuruk dalam krisis ekonomi satu dekade lalu.
Banyak orang tersentak. Bagaimana mungkin Ical Bakrie-panggilan akrab yang sebelumnya berada di tempat keenam dengan kekayaan US $ 1,2 miliar, kini menyodok ke atas? Jawabannya, menurut Forbes penelitian, terletak pada kemampuannya melipatgandakan pundi-pundi kekayaan.
Dalam setahun, kekayaan keluarga Bakrie melonjak hampir lima kali lipat dari tahun sebelumnya menjadi US $ 5,4 miliar atau sekitar Rp 50,2 triliun! Berkat prestasi ini, Aburizal langsung menggusur lima taipan atas sekali. Boss Raja Garuda Mas Grup, Tanoto, yang tahun lalu dinobatkan sebagai orang terkaya, kini turun satu peringkat ke urutan runner-up.
Bakrie Group sedang beruntung. Menurut seorang bankir investasi, kelompok usaha menikmati berkat dua sekaligus: harga komoditas melonjak di pasar dunia dan awal dari investor global di pasar modal.
Abdul Latief
Kiprah sukses sebagai pengusaha toko (toko serba ada) Pasaraya
Sarinah Jaya dikenal. Outlet terbesar di Blok M, dan Manggarai baik di
Jakarta Selatan dan Jakarta Utara di Puit menampung pekerja Indonesia
banyak. Produk lokal dan kerajinan khas Indonesia untuk mengisi
sudut-sudut bangunan belanja. Jaya menjadi identik Pasaraya Sarinah
pusat perbelanjaan untuk warga kelas atas elit tengah Indonesia, serta
sekaligus menyimpan standar maksimum bagi wisatawan asing yang harus
dikunjungi untuk menemukan barang-barang kerajinan khas Indonesia.Abdul Latif, seorang pria kelahiran Banda Aceh Minang 27 April 1940 memulai karir sebagai pengusaha terkemuka department store benar-benar dari bawah. Sifat khas perantau Minang pedagang yang tidak ingin menyia-nyiakan sisa kios sedikit emperan toko, Abdul Latif besaran awalnya memulai bisnis dari sebuah toko kecil yang dibelinya di Grogol, Jakarta Barat.
Cerita dimulai ketika ia bekerja di Sarinah Department Store, yang dimiliki oleh pemerintah di bawah kendali Departemen Perdagangan bangunan dan outlet yang berlokasi di Jalan MH Thamrin, Jakarta. Melanjutkan untuk mengambil S-1 studi di Fakultas Ekonomi, Universitas Krisnadwipayanan (Unkris), Jakarta, oleh perusahaan department store Sarinah ia dikirim ke luar negeri berikut manajemen studi department store Seibu Group, terkenal department store di Tokyo, Jepang , pada tahun 1966. Antara tahun 1963-1971 adalah Ketua Abdul Latif Promosi dan Pengembangan Ekspor PT Sarinah Department Store.
Kembali di negeri ini, Corporate Leadership Academy lulusan (APP) Departemen Perindustrian tahun 1963 diserahkan konsep baru pemasaran untuk diterapkan di Department Store Sarinah ya itu didasarkan pada konsep pemasaran yang ia pelajari di tanah Rising Sun, Jepang. Tapi apa adalah ide bermoral konsep marketing di sebuah toko modern yang kurang berkenan pemimpin yang mengirimnya untuk belajar di Negara Sakuran Jepang.
Sebuah mobil yang dibawa kembali dari Jepang ia lego untuk segera membeli sebuah toko kecil di daerah Grogol, Jakarta Barat. Di sanalah ia pertama kali menjadi pengusaha mempersiapkan semua mandi basah turun perdagangan di lapangan. “Saya tertarik pada pengecer seperti Pasar Baru,” ia beralasan perdagangan dengan membuka sebuah toko kecil. Latif kemudian menawarkan diri untuk berhenti dan Sarinah dan mendirikan perusahaan sendiri PT Latif Marda Corporation pada tahun 1972, dibantu oleh adiknya Abdul Muthalib. Dua tahun kemudian, pada tahun 1974 berdiri lagi sebuah perusahaan yang dimiliki oleh PT Indonesia Product Centre Sarinah Jaya. Sekarang semua bisnis lembaga Abdul Latif, antara lain, terlibat dalam agribisnis, buku, iklan, asuransi, pengembang, konstruksi, ritel, dan media berlindung di konglomerat bendera nama A’Latief Corporation.
Soeharto Telepon
Keahlian keenam anak dari sembilan bersaudara dalam bisnis dan manajemen sumber daya manusia, yang setiap hari kontak dengan manajemen dan tenaga kerja pemberdayaan, begitu menarik perhatian Presiden Soeharto Presiden incumbent.
Matra Juni 1993 edisi majalah itu menulis, sebelum fajar pada hari bulan suci Ramadhan tahun 1993 sehingga anak-anaknya menegur doa Latif cepat tahajud untuk makan makan bersama istri dan empat anak. Anak berkomentar Latief bahwa jika jangka panjang doa harus berdoa dan banyak dimintakannya Allah yang benar.
“Eh, saya ingin bertanya satu sama siapa lagi kalau bukan Tuhan yang sama, presiden atas aku hanya Allah,” kata Latif kepada putranya, yang selalu berbicara setiap bahasa dan dialek Betawi dari Jakarta untuk hidup dan merasa besar di bumi Betawi Jakarta. Bukan hanya untuk anak-anak, dalam pembicaraan formal dan dalam kapasitas pejabat pemerintah yang pernah ia sering menggunakan bahasa dilafalkannya mulus Betawi. Setelah “debat” segera setelah telepon berdering, suara datang dari seorang pembantu Presiden Soeharto, yang kemudian memberikan nomor telepon untuk dihubungi segera. Nama itu akan diminta menjadi tidak informasi lain dari penguasa Orde Baru Presiden Soeharto pada saat itu.
“Halo,” kata Latif salam pertama. “Wa’laikum halo, bagaimana kabarmu Llatief? Saudara akan mendapatkan tugas negara untuk membantu meningkatkan kualitas tenaga kerja kita, melindungi pekerjanya, kemudian memberikan pelatihan dan meningkatkan kesempatan kerja,” kata Soeharto singkat.
Soeharto juga telah meminta menteri bagaimana Latif kelangsungan hidup perusahaan dibangun dengan susah payah dari bawah itu. ia menjelaskan secara singkat, jika ada panggilan tugas nasional ia akan meninggalkan bisnis. “Apa yang bisa ditinggalkan,” kata Soeharto perlu lagi penjelasan lebih lanjut. Latif mengatakan sudah lama menyiapkan pengganti dalam bisnis apapun, dan lebih pada kegiatan terbaru dari perencanaan dan monitoring bisnis saja. Latif juga menambahkan Abdul Latif Yayasan didirikan untuk mempersiapkan pendirian Universitas dan Politeknik.
Penunjukan Abdul Latief menjadi Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia pada 1993-1998 oleh Soeharto adalah singkat, hanya dalam percakapan sederhana berlangsung empat menit. Tapi, tentu saja, Soeharto sudah mengantongi info lebih lanjut di bawah ini track record dari para pendiri dan mantan ketua Asosiasi Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) tahun ini 1972-1973.
Berbagai prestasi dan kebijakan selama ia telurkan masa Latif masih terasa sampai hari ini. Misalnya, munculnya istilah upah minimum regional (UMR) yang membatasi setiap majikan harus memberikan upah minimum untuk setiap karyawan dalam jumlah yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan standar hidup di daerah perusahaan. Demikian pula, kebijakan harus memberikan manfaat pemimpin setiap perusahaan (THR) kepada setiap karyawan, tanpa kecuali setiap menjelang hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri Muslim yang diberikan kepada karyawan dan karyawan sebelum Natal adalah Kristen.
UMR Kebijakan dan THR yang dituangkan ke dalam undang-undang yang wajib, bahwa ia bermaksud untuk mendorong pengusaha untuk menjadi karyawan yang lebih manusiawi. Sebelum kehadiran ia memberikan THR dianggap sebagai tindakan belas kasihan saja dari majikan kepada pekerja tanpa kerangka hukum yang jelas. THR karena itu mungkin ada dan mungkin tidak ada. Dalam pandangan Latif THR dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan derajat tenaga kerjanya.
Demikian pula, dalam upaya untuk membangun jangka panjang sumber daya manusia, Latif memastikan bahwa sistem pendidikan akan memutuskan. Saat ia menggugat etos bangsa harus dipertanyakan, karena itu Latif mengatakan, “Hidup tidak harus rileks lebih lanjut untuk membangun tenaga kerja siap.”
Menjadi menteri untuk mantan aktivis dan Kadin Indonesia Hipmi ini berarti memasuki bidang politik, jalan hidup baru yang sudah menjadi tujuannya sejak remaja. Cita-cita yang tidak segera memeluk karena setelah lulus dari sekolah tinggi pada tahun 1959 Negeri Jakarta VII, ia akan mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi pengusaha, meskipun ayahnya adalah seorang tokoh yang sebenarnya hanya dikenal hingga empat tahun. Abdul Latief adalah Padang. Ayahnya sejak usia 19 tahun untuk bermigrasi ke Aceh untuk mengeksplorasi Islam serta perdagangan tekstil. Ibunya, Siti Rahmah adalah aktivis Aisyiah Muhammadiyah di Bumi Serambi Mekkah Aceh.
Abdul Latief anak keenam dari sembilan anak yang lahir di Kampung Baru, Kutaraja sekarang dikenal sebagai Banda Aceh. Ketika ia berusia empat tahun ayahnya meninggal. Dia dibesarkan oleh neneknya, tetapi segera itu dua tahun kemudian neneknya meninggal pula. Usia sepuluh tahun dia bersama keluarganya pindah ke Jakarta pada tahun 1950. “Saya dengan penuh kasih memikirkan masa depan kita,” kata Latif mengingatkan bentuk pengasuhan ibu, Siti Rahmah.
Sejak masa kanak-kanak, otak kognitif Abdul Latif dikenal encer. Selama bersekolah nilai (SD) SD dari rapor selalu membuat rata-rata dari sembilan juara sering. Latif antara lain menyukai pelajaran sejarah, geografi, dan aritmatika. Demikian pula bangku, SMP, yang ditempuhnya pada lulus SMP Negeri Jakarta V pada tahun 1956. Lokasi sekolah yang berdekatan dengan bioskop Astoria di Jalan Pintu Air, Jakarta. Masa remaja dikenang sebagai Latif pemuda yang belajar keras dan membaca jangka waktu yang cukup dan melawan menyenangkan meriah untuk menonton.
Sebagai sebuah toko pengusaha yang membuka cabang di Singapura, Abdul Latif memiliki kesempatan untuk meningkatkan produksi masyarakat. Ketika ia awalnya menjual dalam skala besar dengan menyewa satu lantai dari bangunan yang terletak di Jalan Thamrin Sarinah, Jakarta, maka menjelang akhir kontrak ia membangun gedung sendiri di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Bangunan ini apa yang membuatnya bahkan lebih terkenal sebagai pusat perbelanjaan modern pertama pemilik Pasaraya. Pasaraya Sarinah Jaya Blok M tengara pusat perbelanjaan modern di Indonesia. Sampai sekarang masih belanja nomor satu terbesar nya di seluruh bagian negara.
Mengungkapkan kisah sukses sebagai pengusaha ia menyebutkan mengadopsi sistem manajemen terbuka. Sebagai seorang pengusaha, dalam pengalamannya dia tahu tentang apa dan bagaimana tenaga kerja yang terampil. Dalam waktu sebagai Menteri Tenaga Kerja dia mengoreksi pendapat kebanyakan orang yang bermegah biaya tenaga kerja di Indonesia. “Saya tidak setuju. Dari awal saya menjadi menteri saya katakan, kita tidak bermimpi lagi, berpikir tentang tenaga kerja murah ini kita harus disingkirkan.,” Katanya, bertentangan dengan keinginan mayoritas pengusaha yang ingin memanfaatkan tenaga kerja mereka sebanyak mungkin, tapi meremehkan kontribusi untuk kelangsungan hidup. Abdul Latif peluncuran status pekerja tetapi tidak hanya mitra bisnis sapi kas disesuaikan dengan majikan. Ia dikabarkan akan menikah dengan Desy Ratnasari, siteron pemain sekaligus petembang lagu “Tenda Biru” ketenaran.
Rangga-Umara
Sebelum diberhentikan dari posisi manajerial di sebuah perusahaan,
Rangga Umara (31) memilih dijual lele pecel di pinggir jalan. Kekurangan
modal untuk membuatnya menjadi renternir utang. Bagaimana jatuh-bangun
membangun bisnis Rangga RM Pecel Lele Lela? Ayo, lihat cerita.“Selamat pagi!” Jadi ucapan khas di Lela Lele RM, setelah Anda masuk ke sana. Tidak peduli Anda datang pada, pagi siang, siang, atau malam, masih disambut dengan salam, “Selamat pagi!”
Bahwa aku “menyarankan” Staf saya dalam menyambut tamu di tambang restoran Lele Lela. Hal ini dilakukan agar karyawan termotivasi dan produk disediakan selalu segar seperti suasana pagi yang segar.
Lela bukanlah nama istri atau anak, tapi berdiri Kode lebih. Oh, ya, memperkenalkan, nama saya Rangga Umara. Meskipun usia saya relatif muda, 31 tahun, pahit pahit membangun bisnis telah dirasakan sejak bertahun-tahun lalu, sebelum RM Pecel Lele Lela dikenal luas. RM adalah saya telah menyiapkan sejak Desember 2006. Jadi-jadi sekarang menyebutnya sukses. Karena, saya telah melalui masa – masa sulit. Oleh karena itu, saya lebih mampu menghargai jerih payahku, menghormati kehidupan dan lain-lain.
Kugeluti profesi yang bisa dibilang melenceng dari pekerjaan ayah saya, Deddy Hasanudin, seorang ustaz dan ibu, Tintin Martini, pegawai negeri yang akan segera pensiun.
Pertama, tujuan saya adalah untuk menjadi pengusaha. Tapi entah kenapa saya akhirnya belajar di sebuah perguruan tinggi di London Departemen Manajemen Informasi. Ini ilmu akademis membawa saya untuk bekerja di sebuah perusahaan pengembangan di Bekasi sebagai manajer komunikasi pemasaran di perusahaan.
Sayangnya, setelah hampir lima tahun bekerja, saya tahu kondisi perusahaan tidak sehat. Hal itu membuat banyak karyawan yang diberhentikan. Saat itulah aku menyadari, aku hanya menunggu giliran mereka. Itulah mengapa saya mulai berpikir lebih serius tentang rencana kehidupan berikutnya. Yang jelas, saat itu saya bisa memikirkan, tidak lagi ingin menjadi seorang karyawan dari kantor karena sewaktu-waktu bisa menjadi masalah lagi PHK.
Wira-upaya putus asa
Akhirnya, saya memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Sayangnya aku bingung tentang apa bisnis. Sebelumnya, saya telah membuka usaha kecil, termasuk sewa komputer, tetapi bisnis saya selalu gagal. Dipikir-pikir, saya memutuskan untuk membuka usaha di bidang kuliner. Alasannya sederhana, saya suka makan.
Aku memilih seafood seperti kios, yang ditemukan di trotoar. Modalku hanya $ 3 juta. Uang yang saya dapatkan dari menjual hasil barang-barang pribadi ke teman-teman, seperti ponsel, parfum, dan jam tangan. Sampai saat ini, hal tersebut masih terus mereka, ia membuat kenang-kenangan. Istri saya, Siti Umairoh bahwa usia, mendukung keputusan.
Awalnya, dia pikir aku hanya bisnis sampingan seperti sebelumnya, sejak saya mulai menjual sebelum mengundurkan diri dari perusahaan tersebut. Dia terkejut ketika aku benar-benar menekuni bisnis ini, meskipun masih ia mendukung.
Orangtua keberatan untuk itu. Mungkin mereka khawatir tentang masa depannya begitu jelas. Maklum saya sebelumnya bekerja dengan kantor berpakaian rapi, berkeliaran malah jadi terkesan tidak jelas.
Semi-permanen berukuran 2×2 meter warung Pondok Kelapa Saya telah menyiapkan di daerah. Karena modal biasa-biasa saja, saya menemukan bahwa sewa cukup murah, sekitar Rp 250 ribu per bulan. Aku mempekerjakan tiga orang, dua di antaranya telah menikah. Berbeda dari kios makanan laut di trotoar umumnya berspanduk awning biru dan putih, warungku kudesain unik.
Rupanya, desain yang unik tidak membantu penjualan. Tiga bulan pertama, penjualan selalu minus. Tak satu pun dari para pembeli datang. Aku mencoba berbesar hati, mungkin warungku sepi karena banyak yang tidak tahu di mana warung tenda saya itu. Saya mulai mencari lokasi lain yang lebih ramai. Saya menawarkan sistem kerjasama dengan makanan dan kios-kios lain, tapi selalu ditolak.
Sampai suatu hari, saya pergi ke sebuah restoran di daerah semi-permanen tempat untuk makan, masih di Kelapa Pondok. Seperti yang lain, pemilik restoran itu juga menolak kerjasamaku. Ia bahkan menawarkan untuk membeli peralatan rumah akan makan topi karena dia ditinggalkan pembeli. Saya menolak, karena tidak punya uang. Akhirnya, ia menawarkan ruang sewa seharga Rp 1 juta per bulan. Saya juga setuju.
Serupa Pisang Goreng
Bulan pertama untuk membuka usaha, mulai mencari hasil. Pembeli mulai berdatangan. Aku tahu, usaha yang bisa sukses dan bertahan adalah bisnis yang memiliki spesialisasi. Saya memutuskan untuk menjual pecel lele, makanan favorit saya sejak kuliah. Ya, selama kuliah, saya rajin berburu toko lele pecel lezat. Saya pikir, orang-orang yang menjual makanan dari no lele khusus.
Sekali lagi, semoga sukses bagi saya tidak sepenuhnya berpihak. Setelah saya menjual lele, yang menjual ayam sebagai gantinya. Jika kehabisan menu ayam, cukup pilih pembeli rumah. Namun, saya tidak mau menyerah. Karena aku tahu itu lele lezat. Jadi, ketika pembeli duduk menikmati hidangan, aku berkeliling meja, minta mereka untuk mencicipi lele hasil masakan kami. Untungnya, mereka menemukan memasak lezat.
Dari sana, saya mencoba lebih keras untuk memperkenalkan lele memasak. Saya mencoba untuk menonjolkan kelebihan lele yang terletak di daging yang lembut dan juicy. Untuk membuat penampilan fisik lele mungkin kurang menarik, lelenya I baluri tepung dan digoreng. Hasilnya? Gagal total!
Aku melihat tepung lele berbalur. Dia .. he .. he .. itu sebenarnya menyerupai pisang goreng. Aku menyerah. Aku mencoba lagi dengan tepung lele goreng. Kali ini, goreng telur dan melalui beberapa proses. Alhamdulillah, sukses! Pembeli semakin lebih suka makan lele olahan kami. Pelanggan yang suka makan ayam, lele mulai bergerak ke dalam tepung.
Setelah tiga bulan pindah ke tempat baru, pendapatan rumah tangga makan saya meningkat menjadi Rp 3 juta per bulan. Saya sangat berterima kasih. Dari sana saya berpikir lebih ke bisnis totalnya. Terutama bila dibandingkan dengan penghasilan saya sebagai karyawan di kantor yang hanya “tiga titik”. Artinya, setelah ketiga, dan “koma” Ha … ha .. ha …
Terjebak Rentenir
Tahu menjual bisnis saya, pemilik restoran mengangkat sewa dua kali lipat, yaitu Rp 2 juta per bulan. Aku mulai merasa seolah-olah bekerja untuk orang lain sebagai akibat dari yang saya mengambil hanya untuk membayar sewa.
Masalah tumbuh lagi karena saya juga harus memikirkan gaji karyawan. Aku menoleh untuk mendapatkan uang untuk membayar karyawan. Saya tidak akan memiliki kantor pekerjaan tetap lagi. Karena ada tiga karyawan yang mengandalkan saya.
Saya mencoba untuk tetap bertahan, meskipun pendapatanku masih minus. Karena pusing, pada awal tahun 2007 aku bertekad untuk berutang pemberi pinjaman sebesar Rp 5 hanya untuk karyawannya, juta. Saya berprinsip, dalam keadaan apapun, karyawan masih harus diprioritaskan.
Setelah berulang up dan turun perintis Pecel Lele Lela, ia akhirnya mulai menuai manisnya madu bisnis kuliner. Usahanya semakin menanjak, terutama setelah banyak orang tertarik untuk menjadi waralaba Pecel Lele Lela.
Untungnya, masalah demi masalah yang mempengaruhi salah satu upaya sukses melalui. Selain tidak pernah menyerah setiap kali dia melihat masalah, saya tidak ingin fokus pada isu-isu yang sedang dihadapi. Saya lebih memilih untuk mencari peluang untuk membuka pintu keluar. Alih-alih lari dari masalah, Anda tahu. Dengan cara itu membuat saya terus berpikir optimis dan semangat mencari solusi terbaik.
Terima kasih andalan Lele goreng tepung, rumah saya makan banyak pengunjung. Lele pecinta dari berbagai daerah datang ke rumah saya makan di Pondok Kelapa untuk menikmatinya. Itu bagus untuk melihat perubahan positif, terutama ketika mempertimbangkan bulan pertama adalah pembeli kesepian. Itu membuat saya lebih bersemangat untuk mengundang kerjasama dengan lebih banyak orang.
Jadi, akhirnya saya dapat dengan cepat berpindah dari makan pertama saya telah menyewa seharga Rp 2 juta per bulan. Menu Lele disediakan lebih beragam, termasuk lele goreng tepung, lele fillet Kremes, dan paddock lele saus. Tiga menu jadi ini adalah andalan kami, bahkan jadi favorit pembeli sejauh ini.
Namun, di balik kesuksesan saya, cobaan kembali menimpa. Satu kokiku berhenti bekerja. Kemudian, saya menemukan bahwa ia telah membuka bisnis serupa seperti saya. Apakah aku gila? Tidak, aku hanya kecewa mengapa dia tidak memberitahu saya dari awal. Jika Anda hanya tahu, saya akan mendukungnya. Kita tidak bisa mengharapkan orang-orang akan bekerja begitu setia kepada kami. Aku senang, benar-benar, untuk melihat orang lain maju.
Saya juga suka ketika usaha saya untuk menginspirasi dan menguntungkan orang lain. Bagi saya, ketentuan sudah diatur. Bahkan ketika hari banyak orang melakukan lele bisnis kuliner seperti saya, saya tidak menganggap mereka sebagai ancaman. Ini benar-benar memotivasi saya untuk terus berbuat lebih baik. Tapi meskipun demikian aku bingung dengan penarikan koki. Selain itu, ketika rumah mulai sibuk makan saya.
Istri saya kini juga membantu mengembangkan bisnis saya.
Buka Usaha Waralaba
Berkat kerja keras dari karyawan kami, rumah makan saya dapat terus beroperasi seperti biasa. Suatu hari, dalam perjalanan pulang ke rumah orang tua saya di London, saya pergi ke sebuah restoran makanan cepat saji Amerika. Di situlah aku bertemu Bambang, teman-teman lama saya SMA. Sebelumnya, kita digunakan untuk bermain basket bersama-sama. Rupanya, Bambang bekerja di restoran sebagai manajer.
Saya kemudian mengatakan kepadanya bahwa saya sudah memiliki sebuah restoran dan memberi isyarat untuk berhenti ketika ada waktu. Tak disangka, beberapa minggu kemudian ia datang ke rumah saya makan yang benar-benar terletak sangat jauh dari tempat kerja.
Dari sana kami berbicara banyak tentang bisnis restoran. Saya juga curhat soal kebingungan saya sebelumnya ketika koki kiri. Bambang dan banyak memberikan umpan balik, bagaimana mengelola sebuah restoran. Penasaran dengan saran, saya akhirnya membuatnya sebagai konsultan, meskipun kecil.
Sebagai honor, aku mengganti uang bensin. Dia membantu membuat Standard Operating Procedure (SOP) untuk menjalankan restoran. Dengan cara ini, aku tidak lagi bingung ketika dibiarkan koki. Bambang juga melatih karyawan mereka sehingga mereka bekerja lebih profesional, sesuai SOP.
Bambang adalah peran cukup besar. Rupanya, ia memperhatikan rumah saya makan, sehingga akhirnya berhenti bekerja dari pekerjaan dan pindah pekerjaan kepada saya. Bahkan, seorang teman yang banyak mengikuti jejaknya. Sekarang, Bambang Manajer Umum sehingga untuk Pecel Lele Lela.
Untungnya, dengan SOP, usaha menjadi lebih maju. Aku bisa membuka cabang lagi. Istri saya juga membantu bisnis saya. Bahkan, atas permintaan banyak orang, sejak 2009 Pecel Lele Lela mulai kuwaralabakan. Sebenarnya, saya tidak punya rencana untuk mewaralabakannya. Namun, para penggemar benar-benar mendorong saya untuk melakukannya.
Upaya itu tidak sia-sia, tahun lalu saya menerima penghargaan dari Kementerian UKM.
Win Awards
Jumlah permintaan bisnis waralaba, akhirnya bisa membuat saya menolak untuk mewaralabakan Pecel Lele Lela. Ya, dihitung atas rumah saya makan diperkenalkan kepada lebih banyak orang serta bagi-bagi rezeki. Meskipun waralaba awalnya meminta hanya dari Jabodetabek, kini mulai merambah ke daerah. Antara lain, Bandung, Yogyakarta, Karawang, dan Purwokerto.
Cabang lebih beberapa akan dibuka dalam waktu dekat, di lapangan dan beberapa kota lainnya. Bahkan, permintaan waralaba yang ada dari masyarakat Indonesia yang tinggal di Jeddah, Penang, Kuala Lumpur, dan Singapura. Rencananya, cabang di luar negeri akan direalisasikan tahun ini. Alhamdulillah, sekarang Pecel Lele Lela memiliki 27 cabang, 3 di antaranya adalah saya sendiri.
Nama Lela sendiri bukan nama istri saya atau anak-anak saya. Kedua anak-anak saya, Razan Muhammad (2,5) dan Ghanny Adzra Umara (1,5). Lela hanya singkatan, yaitu Praktek Lebih. Ini adalah kedua doa bagi saya, sehingga usaha saya lebih lancar. Alhamdulillah, Ramadhan bergabung Pecel Lele Lela menu acara diisi diadakan terbuka dengan Presiden di Istana Negara, dihadiri oleh para menteri dan duta besar negara sahabat.
Selain itu, tahun lalu saya juga menerima penghargaan dari Kementerian Perikanan dan Kelautan karena usahaku dianggap paling inovatif dalam mengenalkan dan mengangkat citra lele dengan menciptakan makanan kreatif sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan. Lain penghargaan saya capai, Indonesia Usaha Kecil dan Menengah Penghargaan Pengusaha (ISMBEA) 2010 dari Kementerian Usaha Kecil dan Menengah.
Dua penghargaan ini lebih memotivasi diri untuk bekerja keras sekali lagi senang karena usaha saya untuk membuat lele jadi menu modern tidak sia-sia. Sekarang, selain sibuk mengembangkan Pecel Lele Lela, saya juga sering diundang untuk menjadi pembicara di berbagai seminar, termasuk di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Itu bagus untuk berbagi pengetahuan, sehingga mereka nantinya dapat menciptakan lapangan kerja sendiri.
Karyawan Mengobati makan di restoran lain jadi salah satu cara saya menghargai pekerjaan mereka.
Gratis Makan Siang
Impian saya untuk menjadi pengusaha sekarang sudah mencapai. Asal tahu saja, saya pernah bermimpi memiliki sebuah restoran dengan konsep seperti terkenal restoran cepat saji. Hari ini, mimpi itu perlahan mulai terwujud. Saya tidak pernah membayangkan upaya ini akan berhasil. Banyak orang mengatakan, keberhasilan saya datang cukup cepat.
Aku sangat berterima kasih, sekarang semua cabang omset mencapai Rp 1,8 miliar per bulan, mengingat saya dulu punya banyak rasa takut untuk memulai. Sampai sekarang, saya masih memegang keyakinan, jika kita ingin fokus pada langkah, akan berhasil.
Lain saya sejak awal adalah prinsip untuk selalu memulai sesuatu dengan akhir yang positif. Maksudku, saya selalu berpikir tentang bagaimana upaya itu berhasil, bukan sebaliknya. Karena itu, saya selalu optimis.
Inovasi harus menjadi kebiasaan, tetapi untuk terus meningkatkan kualitas dan pencitraan Pecel Lele Lela. Itulah sebabnya, sekarang aku menyeduh konsep baru untuk jangka panjang. Diversifikasi menu dan pencitraan Pecel Lele Lela sendiri semakin berpikir.
Sekarang, ada banyak pilihan pada menu lele lele Pecel Lela. Menghimbau kepada pembeli, Pecel Lele Lela juga menghilangkan makanan untuk pembeli ulang dalam beberapa hari mendatang. Dan, pembeli bernama Lela juga akan menerima tunjangan seperti makanan gratis seumur hidup. Menarik, bukan?
Namun, keberhasilan yang saya capai bukan hanya konsep kematangan dan menu kelezatan saja, Anda tahu. Karyawan juga memiliki andil besar. Itulah sebabnya, penting bagi saya untuk membuat mereka merasa di rumah dan bekerja dengan hati.
Sebagai hadiah, mereka sering makan di restoran lain pada saya. Jika hati senang, mereka pasti akan bekerja dengan semangat. Oh yeah, tentang logo Pecel Lele Lela yang sempat diprotes kedai kopi Amerika karena mirip, juga sudah saya berubah sejak cabang dibuka untuk 16.
A Kasoem
Kasoem Seorang lahir di desa Bojong, Kadungora, Garut, Jawa Barat, 9
Januari 1917. Penghasilan ayah yang bekerja sebagai petani, membuat
Kasoem kecil terbiasa hidup sederhana. Untuk setiap urusan pendidikan,
ia melewati hanya berhasil tingkat Dewasa siswa taman College Park.
Namun, kendala ekonomi tidak mematahkan semangatnya.Sebelum dikenal sebagai pengusaha sukses, Kasoem bergabung membela kemerdekaan Indonesia. Ini bahkan telah lakukan sejak saya adalah seorang mahasiswa belajar di taman dengan berbagai organisasi yang terlibat dalam gerakan. Dari sana, ia kemudian mendapat kesempatan untuk mengenal banyak pemimpin perjuangan sebagai Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Setelah SMA, Kasoem bekerja pada sebuah toko kacamata yang terletak di Jalan Braga, Bandung. Toko tersebut dimiliki oleh orang Jerman bernama Kurt Schlosser. Dari majikan, Kasoem kemudian banyak belajar tentang seluk-beluk bisnis kacamata. Perlahan-lahan, dengan modal sepeda, Kasoem memulai usahanya jalan berkeliling dari pintu ke pintu untuk menjajakan barang dagangannya gelas.
Sebelum ia, Kasoem bergabung membela kemerdekaan Indonesia. Ini bahkan telah lakukan sejak saya adalah seorang mahasiswa belajar di taman dengan berbagai organisasi yang terlibat dalam gerakan. Dari sana, ia kemudian mendapat kesempatan untuk mengenal banyak pemimpin perjuangan sebagai Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Akhirnya, setelah beberapa tahun, berkat semangat kerja keras dan ketulusan, Kasoem berhasil membuka toko mereka sendiri dalam gelas Jalan Pungkur yang merupakan toko kacamata pertama dibuka oleh penduduk asli. Kacamata bisnis perlahan-lahan berkembang dan berhasil memperluas cabang-cabangnya ke kota-kota besar di Indonesia seperti Solo, Yogyakarta, hingga ibukota Jakarta. Usahanya terus berkembang itu memberinya kesempatan untuk membantu orang-orang yang aktif dalam gerakan nasional. Karena kontribusinya, interaksi antara pejuang menjadi lebih luas. Dalam perjalanan karirnya, Kasoem memang membantu dan dibantu sejumlah pemimpin gerakan.
Ketika tentara Jepang masih berkuasa di Indonesia, kacamata Kasoem dapat memiliki di Jalan Braga, Bandung bantuan Ki Hajar Dewantara dan Bung Hatta. Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda kembali ke Indonesia mendominasi. Selama revolusi itu, Kasoem ingin aktif di Palang Merah Indonesia. Tapi kemudian, ia terpaksa mengungsikan keluarganya ke Klaten, Jawa Tengah, Bandung Lautan Api saat kejadian meletus pada tanggal 24 Maret 1946. Kemudian, atas saran dari Bung Hatta, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden, Kasoem toko di Yogyakarta gelas dan kacamata hitam polishing pabrik di Klaten.
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia, ia kembali ke Bandung. Sayangnya, gelas toko di Jalan Braga telah dikendalikan oleh orang Cina. Tidak ingin hanya menerima nasib, Kasoem mencoba untuk mengambil kembali dengan mengajukan gugatan di pengadilan sampai akhirnya berhasil mendapatkan kembali toko. Pada tahun 1955, ia membuka tokonya dan membuka jaringan di berbagai daerah.
Lima tahun kemudian, ia pergi ke Jerman Barat untuk menambah pengalaman dan wawasan karena tidak puas dengan keahliannya. Di sana ia belajar optik dan magang di pabrik-pabrik yang dimiliki oleh Dr Herman Gebest sampai akhirnya mampu menguasai ilmu pembuatan kacamata baik secara teoritis maupun praktis. Setelah perasaan mendapat ilmu yang cukup, Kasoem kembali ke negara itu. Pada tahun 1970, ibukota bank, ia mendirikan pabrik di kampung nya lensa bifokus, Kadungora, Garut, Jawa Barat. Tanaman ini merupakan pabrik pertama di Indonesia dan terbesar di Asia pada saat itu. Namun, krisis tahun 1997 yang mengguncang perekonomian Indonesia membantu berdampak pada kelangsungan hidup tanaman. Krisis yang sangat kuat, akhirnya membuat pabrik yang diresmikan oleh Adam Malik adalah bangkrut.
Di antara sibuk membangun bisnis yang dimulai sejak 30-an itu, antara tahun 1961-1971, ia masih mengambil waktu untuk menjadi dewan mahasiswa atau nomor pembangun kurator universitas dan organisasi mahasiswa Indonesia, seperti Institut Bandung Teknologi, Universitas Padjadjaran Universitas Pasundan dan Perhimpunan Pelajar Indonesia.
Kasoem Seorang meninggal di London pada tanggal 11 Juni 1979. Kacamata bisnis kemudian diteruskan oleh delapan putra dan putri dan cucu dengan menggunakan nama merek yang berbeda, seperti A Kasoem, PT Kasoem, Lily Kasoem dan Cobra, yang sampai sekarang telah tersebar di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, Solo , Yogyakarta, Cirebon, beberapa kota di luar Jawa. Kasoem telah menyebar bisnisnya dalam semangat delapan anaknya sejak usia dini. Menurut salah Ruba’ah putrinya, ayahnya tidak akan memberikan uang saku kepada anak-anak mereka jika tidak membantu pekerjaan di optik.
Pada usia 25 tahun, penghasilannya memiliki ribuan dolar. Perempuan
yang selalu mengaku ‘desa’ bekerja dari rumahnya di pinggiran kota
London untuk mengembangkan bisnis internasional berbasis internet
marketing. Dia bercita-cita menjadi ‘pensiun’ sebelum usia 30 tahun.
Anne Ahira, namanya. Di dunia online, ia dikenal sebagai marketer
kelas dunia internet yang sukses. Dia adalah co-author dari 30 Hari
Untuk Sukses Internet Marketing. Buku ini ditulis oleh 60 penulis yang
pilihan internet marketer di seluruh dunia – terkenal sebagai buku
internet marketing terbaik 2003. Buku ini omset penjualan mencapai lebih
dari 340.000 dolar dalam waktu kurang dari empat bulan.
Ahira juga telah diwawancarai oleh Pemasaran Vision Muka America pada
“Internet Marketing Nubuat”. Perusahaan hanya memilih delapan dari
internet marketer terbaik di dunia. Ahira adalah satu-satunya wakil dari
kawasan Asia-Pasifik dan satu-satunya perempuan yang dipilih untuk
wawancara. Hasil wawancara ini kemudian dijual Vision muka Pemasaran
Amerika untuk 97 dolar per copy.
Selain itu, Ahira adalah pendiri Elite Team International dan yang
membuat Elite Team System. Kurang dari empat bulan, para anggota telah
menyebar ke lima benua. Ia mendalangi strategi pemasaran untuk 1.000 anggota dari elit yang kini tersebar di 84 negara.
“Mereka yang tergabung dalam Elite Team Internasional tergantung pada
saya untuk strategi pemasaran mereka jadi aku seorang teknisi untuk
membantu saya .. Tetapi jika orang tidak memiliki sistem, maka dia bisa
melakukannya sendiri,” kata Ahira.
Rutin Ahira juga membuat newsletter TheBestAffiliate.com. Newsletter
berisi tips tentang strategi pemasaran internet yang dibaca oleh 14.000
profesional internet marketing di 120 negara. Dan belum lama ini, Ahira
dipilih untuk “Dunia Super Affiliate 12″ pada tahun 2004 (lihat
SuperAffiliateConfessions.com).
Orang desa
Kisah seorang gadis lulusan dari Fakultas Bahasa Asing Yapari Bandung
memberikan inspirasi bagi banyak orang. Bahkan beberapa yang ingin
mengikuti jejaknya. Ahira bukanlah pewaris bisnis taipan atau kantor di
sebuah perusahaan besar di gedung pencakar langit. Dia juga bukan
lulusan sekolah bisnis di luar negeri. Semua dia lakukan dijalankan
melalui komputer dengan internet marketing di rumahnya di Banjaran,
Kabupaten Bandung.
Selain produktif yang besar, ia masih punya banyak waktu untuk
bermain kapan saja, belanja, menonton film favoritnya, makan di kafe
atau restoran di London dengan teman-teman atau keluarga, termasuk
bermain di Time Zone. Semua itu bisa dilakukan karena ia tidak perlu
terikat ke kantor, yang penting untuk mengakses internet.
Kesuksesannya tidak datang dengan ribuan dolar hanya seperti itu. Ia
belajar bisnis dan internet marketing autodidak saja melalui trial and
error yang cukup melelahkan dan menghabiskan banyak uang yang berasal
dari aktivitas mengajar bahasa Inggris ketika ia masih menjadi mahasiswa
di Bandung STBA.
Ia akrab disapa Ahira / Hira, lahir 28 November 1979. Dia adalah anak
kedua dari tiga bersaudara pasangan Hj Asiah Aas dan H Sobur Sodikin.
Semua adiknya. Ahira Hidup Motto: “Kekayaan sejati adalah apa itu saya,
bukan apa yang saya miliki.”
Sejak sekolah dasar ia mandiri dan membantu orang tua mereka menjual
pisang goreng atau es. Jika Anda pergi ke sekolah, ia membawa tiga tas
besar, satu untuk buku-buku, dan dua untuk menjual pisang. Dia selalu
berkata pada ibunya, ketika dia tumbuh, dia tidak ingin bekerja untuk
mencapai, dia ingin bekerja di rumah, waktu liburan mungkin aja, di
seluruh dunia, di mana aja jadi, banyak uang.
Mendengar kata-katanya, ibunya digunakan untuk berteriak, “Jangan
bermimpi, jika Anda memiliki sebuah pabrik Mr mungkin Anda akan
menyukainya, tapi Dad pekerja pabrik biasa-biasa saja, tukang kayu dan
Mama Anda hanya campur aduk. Jika Anda ingin hidup lebih baik hidup,
hanya untuk mengetahui hak dan cerdas. “Ini adalah kata yang sering
bertanya kepada ibunya.
Saran Mama membuat Hira belajar keras di sekolah sehingga sering
juara. Ibunya pernah berkata bahwa ia ingin melakukan perjalanan di
seluruh dunia, ia harus berbicara bahasa Inggris. Oleh karena itu, Hira
mulai belajar bahasa Inggris sejak SD dengan mengikuti berbagai kursus,
satu saja dengan Belanda. Pada saat itu orang-orang di desa untuk
suara-suara aneh. Mengapa belajar bahasa Inggris? Mereka pikir itu hanya
membuang-buang uang. Tapi dia selalu berpikir itu adalah modal untuk
seluruh dunia.
Berbagai sertifikat dicapai melalui kursus bahasa asing, seperti
Jerman dan Inggris. Tidak hanya itu, lebih dari selusin sertifikat
kursus akuntansi, komputer, menggambar, olahraga, dan banyak lagi.
Begitu banyak, ia tidak ingat, apa yang pernah mengikuti kursus.
Hira sebenarnya bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan mereka di
Jerman, tapi karena orang tuanya hanya seorang buruh pabrik dan penjual
gado-gado, bahwa tujuan menjadi sulit dicapai. Dia kemudian menghadiri
College of Foreign Languages (STBA) di London dan lulus cum laude
dalam waktu kurang dari tiga tahun.
Karena tingkat perguruan tinggi, Hira mengajar paruh waktu. Namun,
setelah tingkat kedua, ia sering disewa oleh perusahaan-perusahaan
tekstil, seperti Pan Asia Textile, KTSM, Kukje-Adetex, Korin, Hanil
Global Industri Tekstil, dan banyak orang lain mengajar perusahaan
Indonesia untuk karyawan asing mereka.
Dia juga mengajarkan anak-anak karyawan yang belajar di Sekolah
Internasional. Dia mengajarkan matematika, sains, menggambar, dan
Inggris untuk Indonesia. Setiap mengajar, sehingga ia dibayar antara Rp
75.000 sampai Rp 150.000 per jam.
Untuk mengukur siswa cukup besar dan setiap bulan ia bisa
menghasilkan $ 1.000. Tapi sebelum mengajar, ia juga bekerja sebagai
usaha sampingan, jasa kebersihan, dan bahkan harus menjual buku untuk
anak-anak. Pada saat itu ia sedang berjalan berkeliling dari rumah ke
rumah. Sampai akhirnya datang ke rumah, dan seorang ibu menawarkan
kepadanya, dia hanya berjalan sekitar tengah hari dan panas, lebih baik
untuk mengajarkan anak-anak mereka bahasa Inggris. Sejak itu ia menjadi
guru.
Pertama Pendahuluan
Di kampus ia berpikir, mungkin mengajar adalah cara hidup. Tapi dalam
hatinya ia sering mengatakan bahwa otak sebenarnya dapat digunakan
untuk lebih dari sekedar mengajar.
Sampai suatu hari saat makan siang, kakak ipar mengatakan kepada saya
bahwa ada seorang anak 17 tahun yang menerima ribuan dolar dari
internet. Bahkan, kakak ipar tidak tahu apa itu internet, bahkan
sekarang dia tidak tahu bagaimana cara mengirim atau membuat e-mail. Dia
hanya tahu satu situs: http://www.yahoo.com. Suster-in-hukum peternak ayam, bekerja dengan ayahnya untuk mengurus orang lain dalam ayam.
Mendengar cerita, keingintahuan Hira muncul, bagaimana bisa seorang
anak berusia 17 tahun bisa mendapatkan ribuan dollar dari internet?
Keesokan harinya ia pergi ke kafe untuk pertama kalinya dan mencari tahu
bagaimana membuat uang di internet.
Bahkan, pada waktu itu, setiap surat elektronik (e-mail) yang Hira
tidak tahu. Tapi setelah mendengar cerita bahwa pada pandangan pertama,
seolah-olah ia bertekad dalam hatinya, “Jika seorang anak 17 tahun itu
bisa, maka saya juga bisa!”
Temannya, Didit Ahadiat, salah satu siswa yang bekerja paruh waktu
sebagai penjaga warnet (warnet) adalah orang pertama yang mengajarinya
bagaimana membuat e-mail di Hotmail. Temannya sekarang bekerja sebagai
insinyur mengembangkan Elite Team International didirikan Hira.
Membangkitkan rasa ingin tahu dan antusiasme untuk belajar adalah
harga diri yang tinggi. Di kafe, dia tidak malu untuk meminta
orang-orang yang berada di sana. Dia selalu memohon, “Tolong ajarin saya
bagaimana untuk membuat uang di internet?”. Mendengar itu, hampir semua
teman-teman Anda tertawa. Mereka menyebutnya mimpi.
Tekad dan keinginan yang kuat untuk mengumpulkan uang di intenet
tidak selalu didukung. Banyak hal sedih ia melewati. Hampir semua orang
di sekelilingnya tidak percaya pada apa yang dia lakukan. Mereka pikir
dia adalah aneh dan gila karena mereka pikir dia hanya membuang-buang
uang. Bahkan, teka-teki belum terpecahkan dan ia tidak akan menyerah.
Per Desember 2001 Hira memulai perjalanannya menjadi “internet
marketer” (penjual melalui internet). Hobi membaca dan membeli informasi
melalui internet juga membuat Hira sukses menjalankan “internet
marketing”.
Pada tahun pertama, ia tidak mendapatkan hasil yang diharapkan.
Sebaliknya, ia menderita kerugian karena Hira belajar tentang dunia
internet marketing sama sekali tanpa guru.
Setelah pasang dan surut, akhirnya pada tahun kedua, upaya Ahira
mulai menunjukkan hasil. Di babak kedua, pendapatan per bulan dari
internet dapat disamakan dengan masyarakat berpenghasilan sebagian besar
wilayah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Ini terus meningkat
setiap bulan. “Dan aku tidak terlihat seperti peningkatan geometris
deret hitung,” kata Hira, yang merahasiakan berapa banyak uang per
bulan.
Cara Membuat Uang
Menurut Hira, ada banyak cara untuk mendapatkan uang melalui dunia
maya. Namun, ia hanya memilih untuk menjalankan dua jenis bisnis di
internet, pemasaran afiliasi dan pemasaran jaringan. Sebenarnya, mereka
tidak jauh berbeda untuk menjual keduanya, tetapi sistem pembayaran
komisi yang berbeda.
Melalui pemasaran afiliasi, penjualan langsung Hira tidak pecah, jadi
jika Anda ingin mendapatkan uang harus terus menjual. Produk yang
ditawarkan apa saja, mulai dari buku, informasi, software, alat
pemasaran, atau barang-barang yang dapat dilihat dan dapat dijual. Hira
tidak menjual dirinya sendiri, tetapi sebagai “reseller” atau membantu
menjual barang orang lain untuk mendapatkan uang dari komisi.
Misalnya, jika ada seorang penulis atau pengembang perangkat lunak,
mengatakan A untuk membuat sebuah buku dengan tema “internet marketing”
atau informasi lainnya. Orbit penulis dan membuka buku itu di internet
bagi pemasar afiliasi internet.
Nah, kekuatan internet marketer di seluruh dunia, termasuk Hira,
biasanya ditawarkan dengan mendaftar sebagai agen penjualan. Namun,
tidak semua tawaran langsung diambil, biasanya dipelajari terlebih
dahulu isi buku atau software yang ditawarkan dan target pasar.
“Jika beberapa baik, saya hanya ingin mendaftar sebagai
afiliasi-nya,” kata Hira. Proses pendaftaran untuk menjadi afiliasi
kekuasaan biasanya gratis dan sangat sederhana. Hanya membutuhkan waktu 5
menit untuk mendaftar proses. Setelah itu mendapatkan URL khusus untuk
menjual.
Jika Anda berhasil menjual buku atau software, bisa mendapatkan
komisi dalam jumlah bervariasi. Untuk item yang “virtual” atau dapat
didownload sebagai e-book atau software, memperoleh komisi mulai dari 40
sampai 75 persen, atau 38,8-72,75 dolar seolah-olah 97 perusahaan
dolar.
Untuk pemasaran afiliasi, Hira memiliki “buletin” disebut The
Newsletter Afiliasi Terbaik, dan sekarang dibaca oleh 14.000 profesional
internet marketing di 120 negara. Untuk pemasaran jaringan, Hira
memiliki sistem pemasaran yang Team Elite sistem kini telah digunakan di
lebih dari 50 negara.
Menjanjikan Masa Depan
Hira menemukan bahwa sebuah bisnis online yang sangat menjanjikan dan
akan menjadi sesuatu yang bahkan lebih menjanjikan daripada bekerja
secara offline. Untuk target pasar dunia.
Bekerja secara offline hanya bisa bekerja satu atau dua pekerjaan,
kecuali karyawan memiliki. Tapi jika Anda dapat melakukannya secara
online 10, 30, 40 pekerjaan, dan mereka hanya memerlukan waktu satu set
up tetapi dapat menghasilkan terus menerus.
Misalnya, Tim Elite, Hira hanya membuat satu kali 30-hari kursus
pelatihan, tapi satu dapat digunakan terbatas dan mereka yang hanya
menerima pelatihan yang akan merasa seperti pelatihan baru. Dan bahkan
online, Hira bisa mengajar sambil tidur-tiduran.
Hira memberi contoh bagaimana ia menghasilkan uang dari internet.
Untuk menjual produk, katakanlah satu bulan dia butuh waktu. Dia bisa
menjual produk dalam satu bulan tapi dia selalu sibuk menjawab e-mail
dari klien atau tim elit. Jadi ia mengharapkan untuk menjual produk
dalam satu bulan. Kali ini digunakan untuk penelitian, membuat website,
strategi pemasaran, dan lain-lain. Katakanlah kepada produk yang ia
didirikan pada Januari, mungkin, misalnya, $ 500 per bulan. Bulan
berikutnya ia mendirikan dan menjual produk B, dan ia juga dapat
mengatakan $ 500 per bulan juga.
Dia mampu komisi dari produk A yang ia didirikan pada bulan
sebelumnya dan penambahan produk B. Dan, ia terus mencari produk lain
yang bisa dijual. Jadi bisa dibayangkan, dalam setahun ia bisa menjual
10 produk yang berbeda, pada titik tertentu bisa mendapatkan lebih dari
5.000 dolar AS per bulan.
Namun, produk A malah menghasilkan $ 3.000 per bulan setelah 10
bulan. Itu sebabnya banyak internet marketer yang berpenghasilan hanya
adegan dalam beberapa tahun. Itu karena mereka sudah memiliki sistem
pemasaran yang dapat berjalan sendiri dan membuat uang bulan demi bulan.
Sekarang Hira bisa pergi ke mana saja dan kapan saja. Meskipun ia
tidur, komputer telah menjadi seperti mesin uang. Dan ia percaya, banyak
orang Indonesia yang saya bisa atau bahkan lebih.
Tips untuk Sukses
Menurut Hira, persyaratan jika Anda ingin menjadi internet marketer
harus memiliki akses ke internet. Memahami bagaimana untuk
mengoperasikan komputer, tetapi tidak perlu menjadi “pintar” atau
seorang ahli komputer. Namun, mutlak mengerti bahasa Inggris karena
bisnis yang dijalankan secara global tanpa batas.
“Mental juga harus siap, jangan berpikir ribuan produktif dolar untuk
datang seolah-olah oleh sihir. Jika Anda berpikir demikian, maka akan
ada waktu bagi Anda untuk mendapatkan frustrasi dan menyerah yang satu
ini,” kata Hira.
Menurut Hira, ketika merasa frustrasi, itu sebenarnya hanya kekalahan
sementara, harus terus melakukan bisnis dengan ketekunan, evaluasi dan
belajar dari kesalahan, dan terus “melacak” hak untuk bisa pensiun
kurang dari 5 tahun.
“Jadi selain mempersiapkan mental, telah berkomitmen untuk bisnis ini
tidak perlu untuk melakukan bisnis saat ini penuh, Namun dapat
digunakan sebagai bagian-waktu Cukup dilakukan setidaknya satu sampai
dua jam per hari.,. Dari Senin sampai Jumat, seperti sebagai lembur,
“kata Hira.
Ketika ditanya berapa banyak modal yang dibutuhkan, Hira mengatakan,
jika Anda ingin menghasilkan ribuan dolar dan pensiun dalam 3 sampai 4
tahun, untuk berinvestasi. Jika Anda ingin menjadi seorang internet
marketer, maka harus siap dengan dana investasi sedikitnya 120 juta
dolar AS, atau sekitar $ 1 juta per bulan.
Ia mengaku, untuk tahun pertama ia menghabiskan uang pada mobil kijang
baru. Dana yang digunakan adalah tabungan dari gaji mengajar bahasa
Inggris. Itu karena dia membeli banyak informasi yang tidak terpakai.
Hira juga menyayangkan mentalitas ingin membuat uang cepat sehingga
mengirim e-mail spam ke banyak orang. Itu sangat mengganggu dan sangat
tidak profesional. Dia mendapatkan banyak e-mail dari orang-orang dari
Indonesia yang tiba-tiba mengirim e-mail dan meminta untuk bisnis. Di
Amerika Serikat orang seperti itu bisa dihukum lima tahun penjara. “Tapi
bukan hanya karena di Indonesia tidak ada hukum untuk” e-mail spam “,
maka orang atau memanen bebas spam,” kata Hira.
Hira belum pernah mendengar spammer kaya atau menghasilkan ribuan
dollar dari internet. Jadi cara yang baik untuk belajar dan berusaha
untuk menjadi seorang internet marketer profesional.
Asian Brain
Mengingat jumlah percobaan dan kesalahan hidup selama penelitian,
Hira juga bermaksud untuk mendirikan sebuah sekolah marketing internet
online yang ia beri nama “Brain Internet Marketing Center Asian”. Tempat
pembelajaran informal pada strategi pemasaran berbasis internet situs
diharapkan untuk memulai pada tahun 2005.
Melalui Pusat Brain Internet Marketing Asia, Hira berharap untuk
membantu industri dalam negeri atau industri kecil, profesional, dan
masyarakat Indonesia pada umumnya untuk belajar tentang internet
marketing dan mengembangkan bisnis mereka melalui internet.
Selain pekerjaan baru diharapkan dampak, juga dapat meningkatkan
devisa Indonesia. Hira internet marketing center juga berharap untuk
mengubah dunia kesan bahwa masyarakat Indonesia biasanya hanya menipu
melalui internet.
Hira percaya bahwa pemasaran internet adalah prospek yang cerah di
abad 21. Mengingat siapa saja bisa menjadi seorang internet marketer
dengan investasi uang tunai relatif lebih murah dibanding bisnis
offline. Apalagi, jika didukung oleh komitmen dan kerja keras, itu telah
menjadi sukses besar menanti.
Tidak mengherankan, Hira mengatakan teman-temannya yang bekerja
sebagai pegawai atau pompa bensin “PizzaMan” berhasil menjadi jutawan
internet (dalam dolar AS) pada periode 5-10 tahun. Ada kemungkinan masa
depan juga milik “desa” seperti dirinya untuk internet marketing barunya
selama lebih dari dua tahun. “Tujuan saya adalah untuk ‘pensiun’
sebelum usia 30 tahun, tidak dalam beberapa dekade.”

No comments:
Post a Comment